Panti Wreda /Jompo

KE PANTI-WERDHA


ARTIKEL ini ditulis Chi Jin Shan*, sastrawan yang tinggal di Hu Bei, China, untuk menggambarkan suasana hati dan perasaannya ketika akan segera menghuni Panti Werda.

“KETIKA AKU AKAN BERANGKAT MENUJU PANTI WERDHA”

Aku akan segera menghuni Panti Werda. Kalau tidak terpaksa, aku tidak akan menghuni Panti Werda. Tetapi kehidupan sudah tidak mampu lagi untuk mengurus diri sendiri, sedangkan anak2 begitu sibuk bekerja juga mengurus serta membesarkan cucu2ku; waktu untuk kita sudah sangat minim sekali, rasanya ini adalah satu2nya jalan keluarku.

Aku harus berbenah untuk pindah rumah, pindah ke Panti Werda !

Kondisi dan suasana serta fasilitas Panti Werda bagus sekali: Ruang Tidur yang bersih, dilengkapi dengan peralatan listrik yang modern dan praktis; semua sarana hiburan juga lengkap; menu harian juga enak; pelayanan juga sangat memadai; lingkungan sekitar juga cantik; hanya saja ‘tidak murah’.

Uang pensiunku pasti tidak cukup. Tapi aku punya rumahku sendiri, segera akan aku jual, oleh karenanya uang sudah bukan masalah. Untuk melewati masa tuaku uangku pasti tidak akan habis, sisanya, sepeninggalku yang akan datang, biarlah jadi warisan untuk anakku.

Anakku sangat ber-empati: Hartamu sebaiknya pakailah untuk kenikmatanmu sendiri, jangan merisaukan kami anakmu. Sisanya juga akan kami pertimbangkan untuk masa tua kami juga.

Apa kata pepatah: 破家值万贯,yang artinya barang di rumah tua banyak sekali. Sepanjang kehidupan barang2ku yang terkumpul dari jarum benang lengkap, kotak2 penyimpanan, lemari, laci semuanya terisi penuh dengan barang2 kebutuhan sehari-hari: baju 4 musim, kebutuhan tempat tidur 4 musim, menumpuk segunung; aku gemar sekali menyimpan, perangko terkumpul setumpuk; peralatan dapur juga terkumpul puluhan mungkin ratusan set; belum terhitung barang berharga souvenir kecil besar, giok, dll., ada yang tergantung di dinding, juga dua ekor ikan kuning kecilku.

Apa lagi buku2, sebidang dinding dengan rak buku yang penuh.

Ada lagi botol2 dengan anggurnya, dari arak lokal sampai western wine, juga tersimpan puluhan botol; masih juga seperangkat peralatan listrik lengkap; ber-macam2 perlengkapan memasak listrik, panci wajan piring mangkok, minyak beras garam serta ber-macam2 bumbu dapur, mengisi penuh setiap sudut dapurku; juga setumpuk buku2 resep masakan….

Melihat barang2 yang banyak sekali seisi rumahku, aku jadi sedih dan gelisah! Di Panti Werda hanya ada satu ruang, sebuah lemari, sebuah meja, sebuah tempat tidur, sebuah sofa, sebuah kulkas, sebuah mesin cuci, sebuah TV, sebuah kompor induksi, sebuah microwave. Sama sekali tidak ada tempat untuk menyimpan semua barang2 berhargaku yang aku kumpulkan sepanjang hidupku.

Seketika ini, tiba2 saja aku merasa, semua barang yang selama ini aku anggap berharga ternyata semua terlalu berlebih dan terlalu banyak, barang2 ini semua sama sekali bukan menjadi bagianku! Aku hanya sekali-kali saja melihatnya, bermain dengan barang2 ini, dipakai sebentar Barang2 ini semua kenyataannya adalah milik alam semesta ini, kita semua hanyalah pengunjung yang datang mampir untuk melihat-lihat.

ForbidenCity milik siapa? Raja menganggap milik baginda, tapi hari ini, dia milik rakyat, dia milik masyarakat.

Tiba2 saja aku jadi memahami satu hal: Kenapa Bill Gates mau mendonasikan seluruh hartanya nantinya; Kenapa MaWeiDu mengumumkan akan mendonasikan seluruh koleksi barang antik di museumnya.

Semua itu karena mereka paham: Semua ini pada dasarnya adalah bukan milik mereka, mereka hanya sekali2 me-lihat2, bermain2, dipakai,……. Ketika lahir tidak membawanya, nanti ketika meninggal juga tidak bisa membawanya, bukankah akan lebih baik bila menorehkan sedikit nama harum, sekaligus beramal dan berdana. Sungguh amat cerdik !

Sedang seluruh barang2 yang banyak sekali di dalam rumahku ini, sungguh sangat ingin sekali aku donasikan, namun amat sulit melakukannya. Sekarang mau mengurusnya benar2 jadi masalah rumit. Anak cucu hanya bersedia menerima satu dua dengan niat yang terpaksa.

Bisa aku bayangkan, suasana seperti apa yang akan anak cucuku lakukan pada barang2 yang aku anggap berharga dan kesayanganku ini  :

Semua baju2 seprei selimut yang pernah aku pakai semuanya akan dibuang; puluhan buku2 album foto kenanganku semua akan dimusnahkan; sebidang dinding buku2 berhargaku di lemari akan dijual sebagai barang rombengan; souvenir dan semua pernik2 yang kukumpulkan puluhan tahun dianggap tidak berkenan akan disingkirkan semua; perabot kayu merah yang tidak berguna, dijual dengan harga murah…..

Seperti akhir cerita dari Loteng Merah: Yang tertinggal adalah semuanya kosong, sangat bersih !

Akhirnya, memandang tumpukan baju2ku yang menumpuk seperti gunung, aku hanya mengambil beberapa potong yang paling sering dan paling nyaman aku pakai; perlengkapan dapur aku hanya mengambil wajan dan ember; buku aku ambil yang benar2 masih layak dan pantas dilihat lagi; pecah belah kubawa 1 set cangkir untuk minum teh; kuambil Identitas diriku, Surat Pensiunku, Kartu Berobat,  Buku Rekening Bank, tentu saja kartu ATMku, cukup sudah !

Ini adalah semua harta yang ada di rumahku! Aku telah akan meninggalkannya, aku pamit dengan tetanggaku, aku berlutut di depan pintu rumahku dan menyembah tiga kali, aku kembalikan rumahku ini kepada dunia ini !

Benar sekali! Kehidupan manusia hanya butuh sebuah tempat tidur, sebuah Ruang Tidur, selebihnya hanya untuk dilihat dan dipakai untuk bermain sebentar!

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.