BALADA PRIA 75 TAHUN

BALADA PRIA 75 TAHUN

oleh A. Slamet Raharjo

Rasanya belum lama, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Anak-anak yang dulu kecil, tak terasa besar dengan sendirinya, mereka sudah jadi sarjana dan kerja, sudah punya anak yg lucu lucu. Kita kita sudah punya cucu, kita sudah tidur dengan nenekĀ², tapi ada teman2 kita yg anaknya belum kawin karena telat kawinnya.

Bahagianya dekat cucu, karena dulu dengan anak tak dekat, tak banyak waktu, saat itu sedang berat-beratnya bekerja, kurang waktu untuk mereka.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Burung yg dulu perkasa, sekarang sudah kurang berdaya, kalaupun bisa: may be yes, may be no, malah ada yang sudah disfungsi.

Semakin tua, istri juga mulai malas melayani, kalau melayani setengah terpaksa, menopause bikin susah menikmatinya. Akibatnya kena prostat. Tapi kalau lihat barang bening, mata masih nakal, pikiran masih binal, tapi hanya sampai disitu. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Sudah mengalami pahit manis getirnya dunia, asin hambar kecut gurihnya bumi. Dulu banyak yg orang tuanya melarat, moto orang tua dulu: banyak anak banyak rejeki. Ternyata tidak begitu, hidupnya jadi berat dan melarat. Bisa kuliah di Universitas, itu sebuah keberuntungan. Kebanyakan kuliah dengan biaya sendiri, sambil kuliah ngajar/ngasih les, sambil kuliah nyopir taksi, sambil kuliah bikin skripsi, sambil kuliah jual beli: jual celana beli nasi.

Bekerja keras, bertahan hidup, alhamdulilah lulus, lalu merangkak dari bawah, berjuang menjadi kepala kereta api, menggeret gerbong keluarga, membiayai saudara agar lulus sarjana, membiayai orang tua yg kehabisan dana. Tak mengeluh dan mengaduh, menjalaninya dengan ikhlas dan gembira.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Momen paling bahagia adalah ketika diterima di Universitas, ketika lulus jadi sarjana: yang pinter jadi peneliti atau dosen, yang malas dan nyontekan malah jadi bos. Yg jadi wiraswasta, mentalnya harus jadi orang kaya, modalnya nyali dan doa, harus berani ngomong besar, harus kerja keras, tidak siang tidak malam, kerja, jatuh, bangun lagi, jatuh, bangkit lagi, hingga kurang waktu untuk anak2, kurang waktu untuk isteri.

Ada yg beruntung sukses, ada yg tidak beruntung nyungsep, rejeki tak bisa dikejar, kalau waktunya tiba, rejeki datang sendiri, tapi kalau tanpa usaha, mana mungkin rejeki menghampiri. Alhasil sejak umur empat puluhan, banyak yg sudah mulai terjaga: rumah mobil tanah sudah ada, piknik keluar negeri, makan mahal dan nginap di hotel berbintang, nonton musik dan nyawer.

Rasanya belum lama, ternjata sudah 75 tahun umurnya.

Waktu kerja dulu adalah waktunya mencari dan menyimpan, waktu sudah tua, waktunya pensiun berhenti kerja, waktunya menjaga harta dan melepas perlahan sesuai kebutuhan agar di masa tua aman, bisa mencukupi semua kebutuhan, syukur bisa memberi warisan, bisa mengurus kebutuhan sendiri tanpa mengganggu anak, karena anak kita punya kebutuhan sendiri.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Sudah saatnya pikirkan masa depan bila diberi hidup 10 tahun lagi, berapa kebutuhan 10 tahun ke depan, berapa dana yang harus disimpan, taruh dana di deposito, pilih bank meyakinkan, walau kecil bunganya tapi aman. Dana cadangan tunai harus cukup, apalagi kalau tak ada asuransi, bila ada yang sakit dibutuhkan, bila ada kebutuhan mendadak, diperlukan.

Investasi di masa tua dihindari, salah salah habis merugi, salah salah mewariskan hutang. Siapkan dana tunai yang cukup, aset yg ada dijual, berlian, emas kalau perlu dijual, rumah yg besar dan luas, kalau terpaksa dijual juga lalu beli rumah yang dibutuhkan, bukan yang diimpikan, atau tinggal di apartemen, bahkan tinggal di panti jompo, toh kembali pokok, tinggal berdua, anak anak sudah meninggalkan rumah, sudah 4 L: lu lagi, lu lagi.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Harus bersiap tinggal di panti jompo, tidak perlu gengsi, tidak perlu malu, jaman sudah berubah, tak perlu dengar gunjingan orang karena akan banyak panti jompo bagus, di situ ada banyak fasilitas lengkap: ada suster, dokter yg setiap saat bertugas, ada menu makanan sehat berkualitas, karena anak anak belum tentu punya waktu mengurus, seperti saat mengurus mereka.

Bukankah sekarang terasa rumah membebani, biaya listrik, air dan iuran sarana, besar. Ketika pembantu tak ada, sopir tak ada, baru terasa beratnya urusan rumah. Padahal capai sedikit badan sudah menjerit, malah malah bisa jatuh sakit. Biaya kesehatan makin besar, seperti memelihara mobil tua. Ternyata makin tua, makin kaya, makin kaya penyakit.

Kesehatan jadi urutan pertama, sehat ukurannya gampang, tidur nyenyak, makan enak, dan lancar berak.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Saatnya jangan terlalu pelit untuk diri sendiri, sudah cukup cinta dan materi, kepada anak, isteri, orang tua dan saudara, kita beri. Saatnya memperhatikan diri. Siapkan duit untuk kebutuhan ini. Celakanya, saat muda mau makan enak duit tak ada, saat tua, duit ada, makan enak tak bisa. Itu namanya apes. Polisinya istri dan anak, mereka galak semua. Ini dilarang, itu dilarang, ketika lemes, pusing dan sakit2an, dibilang dokter kurang gizi. Alamak!

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Celaka, kita masih memikirkan masa depan anak kita, bahkan cucu kita. Ingin membantu keuangan mereka, merasa itu tanggung jawab kita. Kita jadi stres sendiri, kita bisa stroke malah bisa out. Bukankah anak anak punya rejeki masing masing? Kita tidak boleh terlalu protektif, bisa bisa mereka tidak mandiri. Tugas kita sebagai orang tua adalah mengenalkan anak ke Sang Pencipta, memberi panutan dan tuntunan, mengajarkan moral dan budi pekerti, membiayai anak jadi sarjana, bisa membiayai perkawinan mereka, bisa kasih uang muka rumah sederhana, yang terpenting memberi waktu, perhatian dan cinta.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Anak anak keluar rumah, mereka sudah berkeluarga, di rumah tinggal berdua, rumah besar yg dimimpi, sudah ada dan nyata, tapi sunyi.

Di rumah ada isteri, teman bercanda, berbagi rasa, teman dalam untung dan malang, partner berbincang juga partner perang, bisa perang mulut atau perang bisu, kata orang, itu buahnya pernikahan. Semua itu tidak mengapa, itu biasa, selama menyempurnakan rumah tangga, asal menambah kemesraan dan cinta.

Isteri tambah tua, tambah pula bawelnya, tambah pula bobotnya, tambah banyak cemburunya. Itu dari sononya, terima saja. Kita juga begitu, gampang tersinggung, gampang marah, merasa mau menang, padahal kurang memberi uang, malah kadang ngutang.

Kita sekamar tapi nonton TV nya beda. Kita suka film action, dia suka drama Korea, manusia diciptakan berbeda, justru itulah keindahannya, seperti pelangi di cakrawala, indah karena kombinasi berbagai warna.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Dulu waktu muda, semua sibuk, di luar sibuk kerja, ada isteri kerja, ada isteri jadi ibu rumah tangga, waktu berdua terbatas karenanya.

Saat tua ada baiknya, banyak waktu bersama, berjalan, bergandengan tangan, beribadah, ziarah dan piknik bersama, saling memberi saling melayani, saatnya menambal luka.

Saatnya mesra, saatnya berbagi suka, karena sejatinya, istri adalah garwo, sigaraning nyowo. Istri adalah pembawa rejeki kita.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Ketika berhenti kerja, saatnya bisa mengisi hari hari, mencari passion kita.

Yg hobi menulis, menulislah, yg hobi melukis, melukislah, yg hobi membaca, membacalah, yg hobi tanaman, bertanamlah, yg hobi menyanyi, menyanyilah, yg hobi kerja, bekerjalah, boleh kerja tapi yang ringan saja. Raga harus aktif, pikiran harus dilatih stay happy,. Otak harus on, seperti naik sepeda, kalau berhenti, jatuh bangun lagi.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Teman teman berguguran, kita antri menunggu panggilan, yang alim, dermawan dan baik, biasanya duluan.

Waktunya bertobat, belum terlambat, waktunya dengan Allah, kita dekat. Waktunya taat beribadah, waktunya banyak amal kita buat, waktunya kita membuat wasiat, membagi warisan untuk anak kita, supaya tidak menjadi bencana, bila terjadi sesuatu pada kita. Semua tahu semua terencana, karena warisan itu bermata dua: bisa jadi hadiah, bisa jadi musibah, setidaknya kita bisa mengantisipasi.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Anak-anak sekarang bukan seperti kita dulu, nurut sama orang tua. Mereka kini punya pendapat sendiri, kadang kita tidak mengerti. Kita tidak bisa memaksa, hanya bisa mengarahkan dan memberikan nasehat bila didengar. Belum tentu anak kita mau melanjutkan usaha kita, yang nyata sudah terbukti hasilnya. Bila anak lelaki kita kawin, kita harus siap kehilangan, bila anak perempuan kita kawin, mudah mudahan ia masih kita miliki, harta berharga kita hanyalah melihat anak.

Mereka bahagia, kita ikut bahagia, semua pencapaian kita, akan tidak berarti ketika anak kita gagal.

PERCEPATLAH e-Voting untuk Pemilu

Banyaknya kisruh serta biaya dan sumber daya yang besar untuk Pemilu konvensional, semestinya sudah bisa memaksa pemerintah untuk segera beralih ke e-Voting. Berikut sekilas tulisan ringkas saya terkait e-Voting. Semoga berguna.

Dahil Sayo cover Eddy Satriya

In a cozy night in Yogyakarta, I made it to sing Dahil Sayo, one of the beautiful song from the Phillipines ( in Tagalog-so sorry for my pronounciation). Video taken by my beloved daughter. hope you enjoy this song. #dahilsayo #becauseofyou

For lyrics pls check here https://eddysatriyamusiccorner.blogspot.com/2008/11/dahil-saiyo-nat-king-cole.html

@uddaeddy

Dahil Sayo ( Because of You). A big love song, once a favorit song of Imelda Marcos, The Phillipines. Dahil sa iyo, nais kong mabuhay Dahil saiyo, hanggang mamatay Dapat mong tantuin, wala ng ibang gilliw Puso koā€™y tanungin, ikaw at ikaw rin Dahil sa iyo, ako’y lumigaya Pagmamahal, ay alayan ka Kung tunay man ako, ay alipinin mo Ang lahat sa buhay ko, dahil sa iyo #dahilsayo #thephillipines #natkingcole #uddaeddyjazz #yogyakarta #fyp #fypć‚·ć‚šviral #uddaeddy #kurenahuddaeddy

ā™¬ Dahil Sa’yo – Celeste Legaspi

Geram by Tjali R, LCLR 1979

Sebuah lagu lama yang kami nyanyikan bertiga dengan Bang Tony P Sianipar dan Paul di acara Ganeshow 21 Maret 2023 menjelang puasa Ramadan 1444H. Enjoy it.

GoTo Group enables MSMEs to upskill with Konferensi Maju Digital 2022

https://www.thejakartapost.com/ms/gojek-2019/2022/11/04/goto-group-enables-msmes-to-upskill-with-konferensi-maju-digital-2022.html

Mr. Postman

Mr. Postman, masih ingat lagu itu?
Ya itulah lagu generasi “kolonial” yg dinyanyikan Beatles pada eranya dan dipopularkan oleh banyak penyanyi atau grup setelahnya, seperti The Carpenters dll.


Sepulang dari Mesjid komplek, tadi saya berpapasan dg seorang kurir pengantar barang dg tumpukan kiriman yg masih harus diantar ke alamat. Iseng saya bertanya berapa banyak paket yg harus dia antar. Dijawab 75. Dapat berapa per paket. Dia jawab lagi Rp 1.500.
Hm..sy bergumam dan kagum serta ada rasa prihatin. Bensin oleh siapa? Dari pengantar sendiri. Terbayang sulitnya mencari lapangan pekerjaan hari ini. Sdh tidak ada uang lagi atau amplop di kantong saya, juga di motor. Ingin saya suruh dia mengikuti hingga rumah, tapi urung.


“Paket..!” saya dengar panggil an. Saya keluar dan berharap si Abang tadi. Ternyata bukan, orang ini lebih kecil namun tumpukan barang nya lebih banyak.


Pertanyaan saya sama dg si Abang yg di mesjid. Dijawab, dia hanya dapat Rp 500 per paket. Hm lebih murah lagi ya, jawab saya. Memang pak, tapi ini Zona Nyaman saya jawabnya. Pagi siang ini dia harus antar sekitar 100 paket. Ada yg lebih mahal, di atas Rp 2000 per paket dll, sambil dia menyebut bbrp market place.


Begitulah kehidupan usaha mikro, sangat bergantung ke rantai pasok yg lebih besar.
Sekilas terbayang kehidupan sebagian mhsw Indonesia di US dulu yg menjadi loper koran di dinginnya pagi bersalju, harus mengayuh sepeda dan mengantar koran ke rumah 2.

Disana, masa2 libur Natal dan tahun baru adalah masa panen mereka karena banyak orang Kaya berbagi rezeki berupa uang tips. Nah bagaimana kita? Tidak ada salahnya anda selipkan uang tips lebaran, sadarlah atau apapun namanya. Akan sangat membantu mereka, mari share rezeki utk negeri.
Selamat siang.

Assalammualaikum wrwb.
#shareutknegeri
#depumi
#sedekah #kurenahuddaeddy

Teruslah bergerak… Keep Moving

Sumber: dari seorang teman di sebuah WAG

Transformasi Usaha di Tengah Pandemi untuk Kebangkitan UMKM

Dalam rangka menyebarluaskan informasi terkait perizinan dan sertifikasi UMKM pagi ini, Sabtu 14 Agustus jam 10-11 pagi saya diundang oleh teman2 komunitas @99_usahaku dan grup Telkomsel untuk sharing dan diskusi santai. Berikut bahan terkait diskusi tersebut yang berisikan tata cara dan informasi seputar perizinan dan pengurusan sertifikat, mulai dari PIRT, Izin Edar BPOM, Sertifikasi Halal dari BPJPH dll.

Selengkapnya dapat di download dibawah ini.

Semoga bermanfaat,

Salam Sehat. Wassalammualaikum wrwb.

Catatan: File pertanyaan hanya kisi2 saja, real diskusi ada dalam youtube.

Menumbuhkan Ekraf untuk UMKM Indonesia

Dalam rangka membantu UMKM tetap berkembang dan tumbuh di saat pandemi, kami menjadi salah satu narsum dalam webinar kata data. Berikut link youtube dan draft paparan/diskusi. semoga berguna.

Terima kasih, salam sehat.

The Power of Jamaah

Not only has Covid19 brought economic impact, but it also has put our life in misery. In every aspects. The severe impacts on national economy has forced government of Indonesia to declare the state of emergency which is called “Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat”. To soften the terms, now government will use new term “PPKM Level 4.”

PPKM Level 4 or PPKM has limited the movement among people, transportation, and all short of physical mobility in order to reduce the transmission of the deadly virus. Recently Indonesia has reached the top, eliminating India and the US in terms of daily Covid cases. As of today, 20 July 2021 at 06.48am Western Indonesian Time (WIB, GMT +7), covidvisualizer.com shows that Indonesia recorded 2,911,733 total cases; 542,938 active +34,257; 74,920 deceased + 1,338; and 2,293,875 recoverd + 32,217. While Indonesia has spent around 58 million vaccine doses.

As predicted by OECD in the mid of 2020, there will be a possibility of the pandemy to have a second hit scenario. It happens nowadays. As the consquences, the recovery time for economic growth will elapse longer. It also affects other sectors, including social life and religious matters.

PPKM has banned people from a mass and public gathering. Therefore, as the mall and super market limit their operating hours, the mosques, churches, vihara and others are subjected to temporarily closed. Problems. While the warong, kiosks and street vendor can only practice the take away menu, how about services in the public house of worships such as mosque and church? There is no clear sanction for this specific items. As Islam dominates the people believes, it quite hard to draw the line.

Yet, people are then divided. In one side, follows authority instruction and clear the mosque from the activites. On the other side, some mosques are still open with limitation such as not airing out the voice of Adzan and Iqamah etc,. As our housing complex is occupied dominantly by governmenr officers, the situation becomes a dillemma. As of today, in the Iedul Adha celebration, the authority of the mosque what so called DKM, stands for Dewan Kemakmuran Mesjid, spent no signals whether to have or not to have the Ied Shalat/pray.

Beautifully done, everyone knows ones position. No blaming to each other. The jamaah understood the difficulty faced by the DKM authority dominated by officers, in staying in line with regulations. Some of jamaah made a quick assessment of the situation. They made decision last night, to still have the Iedul Adha prayer with limitation in Tuesday morning happened. It must be quick, at the proper distant, wearing mask, and no sound in the air. It did happened. Alhamdulillah.

It show us the power of jamaah.

Rabbana Ya Allah ya Kareem please protect us and take out the Covid from our dunya, Aameeen yra.