A n a k

Copy paste dari seorang teman. Semoga berguna.

Aamiin yra

” OLAH RAGA BOLA DALAM KEHIDUPAN TUA”

@@@

MENGERIKAN SEKALI
“KISAH NYATA INI….πŸ‘‡

Cerita dari Rumah Jompo πŸ‘΄πŸΌπŸ‘΅πŸ½πŸ 

Pembicaraan teman saya dgn OPA yg menatap kosong.
Opa mulai bercerita tntg hidupnya sambil menghela napas panjang..πŸ‘΄πŸ»πŸ‘΄πŸΎπŸ˜­

Sejak masa muda saya menghabiskan waktu utk terus mencari usaha yg baik utk keluarga saya,
Khususnya utk anak2 yg sangat saya cintai..
πŸ§’πŸ»πŸ‘§πŸ»

Sampai akhirnya mencapai puncaknya, kami bisa tinggal di rumah besar dgn segala fasilitas yg bagus. 🏘

Dmkn pula dgn anak2, mereka semua berhasil sekolah ke luar negeri dgn biaya yg tidak pernah di batasi. 🏬

Akhirnya mereka semua berhasil dlm sekolah, dlm usaha dan juga dlm berkeluarga.πŸ‘©πŸ»β€πŸŽ“πŸ‘¨πŸΌβ€πŸŽ“

Tibalah saatnya kami sbg orangtua merasa sdh saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami..

Tiba2 istri tercinta yg sll setia menemani sejak saya memulai kehidupan meninggal dunia krn sakit mendadak.πŸ’”πŸ³

Sejak kematian istri, saya hanya tinggal dgn para pembantu.

Anak2 semua tdk ada yg mau menemani, mrk sdh mempunyai rumah yg besar2.

Hidup rasanya hilang, tiada lagi yg mau menemani saat saya memerlukannya..

Tdk sebulan sekali anak2 mau menjenguk atau memberi kabar melalui telepon..

Tiba2 si sulung datang mengatakan kalau dia akan menjual rumah saya krn selain tdk efisien juga saya dpt tinggal bersama nya.
Dgn hati berbunga saya menyetujuinya, saya tdk memerlukan rumah besar lagi tanpa adanya orang2 yg saya kasihi.

Stlh itu saya ikut dgn si sulung..Namun apa yg saya dapatkan?
Setiap hr mereka sibuk sendiri2 dan kalaupun ada di rmh, tak pernah sekalipun menyapa saya.

Semua keperluan saya pembantu yg memberi. Untung semenjak muda sy sll hidup teratur, meskipun sdh tua saya tdk pernah sakit2an.

Lalu saya berpindah ke rumah anak lainnya,
sambil berharap saya akan mendptkan sukacita di dlmnya, tapi rupanya sia2.

Yg lebih menyakitkan semua alat2 utk saya pakai mereka ganti.
Mereka sediakan peralatan dr kayu dgn alasan keselamatan saya, tp sebetulnya mereka takut kalau2 saya memecahkan alat mereka yg mahal.
Setiap hari saya makan n minum dari alat2 kayu atau plastik yg sama dgn yg mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka.

Setiap hari saya makan n minum sambil me-ngucurkan airmata😒😭 dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?

Akhirnya saya tinggal dgn si bungsu, anak yg sangat saya kasihi melebihi yg lainnya.

Karena dahulu dia adalah anak yg memberikan sukacita pd kami semua.
Tapi apa yg saya dapatkan? Stlh bbrp lama tinggal disana, si bungsu n istrinya mendatangi saya utk mengatakan bhw mrk akan mengirim saya tinggal di Panti Jompo dgn alasan spy saya punya teman berkumpul.

Mereka jg berjanji akan sll mengunjungi saya.
Sdh 2 thn berlalu tetapi tdk sekalipun mereka datang mengunjungi saya, apalagi membawa makanan kesukaan saya.

Hilang semua harapan ttg anak2 yg saya besarkan dgn segala kasih sayang dan kucuran keringat.

Saya bertanya2…
Mengapa kehidupan di-hari tua demikian menye-dihkan, padahal saya bukanlah orangtua yg me-nyusahkan anak2 saya.

SEMOGA KISAH NYATA INI MENJADI RENUNGAN BAGI KITA SEMUA
BAIK SEBAGAI ANAK MAUPUN ORANG TUA.

Ketika kita (suami istri) masih muda dan memiliki anak2 yg masih kecil, maka mereka menjadikan kita seperti :
BOLA BASKET πŸ€
yg selalu menjadi rebutan karena ada sesuatu yang mereka ingin dapatkan dari kita.

Tetapi ketika kita telah menjadi tua, maka kita akan seperti :
BOLA VOLI🏐
yang dioper ke sana ke mari, dari satu anak ke anak yang lain karena mereka anggap ortunya menyusahkan dan membatasi kebebasan mereka utk beraktivitas.

Dan ketika kita telah menjadi semakin tua, maka anak-anak memperlakukan kita seperti :
BOLA SEPAK⚽
yg ditendang kesana kemari krn semakin menyusahkan dan hanya dianggap sbg beban.

Dan ketika kita sdh jompo, anak anak memperlakukan kita seperti :
BOLA GOLF ⚾
yang dibuang sejauh mungkin.

INGATLAH…,
Sebagai ANAK2 yg memiliki ORANG TUA, kitapun akan menjadi tua, dan apa yg kita telah “TABUR” didlm kehidupan, akan kita “TUAI” hasilnya kemudian.

Oleh sebab itu jadikanlah org tuamu seperti :
BOLA RUGBY🏈
meskipun berlumuran lumpur tetap dipeluk dan didekap dgn eratnya.

Hormatilah ayahmu dan ibumu ❀ πŸ™πŸ™‡πŸ»β€β™€πŸ™‡πŸ»β€β™‚
πŸ‘¨πŸ»πŸ‘©πŸ»

Sumber :
Kumpulan Renungan & Kisah Sejati..untk itu bimbinganlah anak2 kita dlm agama agar memahami&mengamalkan ajaran agama bahwa berbakti thd orangtua adalah pintu menuju surga..ridhonya orangtua adalah ridonya Allah SWT….semoga bermanfaatπŸ™

5

5 STEPS TO START your NEW BUSINESS

Hari Jumat Malam,hujan deras melanda Jakarta yang makin gelap. Kami bertiga sedang makan malam di sebuah restoran di Kawasan Sudirman.
Sebut saja Namanya Ita, lulusan Computer Science dari Amerika. Setelah berkarier selama 20 tahun berkarier di perusahaan IT, sekarang dia ingin membuka bisnis sendiri.
Orang ketiga malam itu adalah David, seorang lulusan Australia, yang sudah menjalankan bisnis sejak beberapa tahun lalu dengan sukses, dan sekarang dia menjadi business coach pada beberapa start-up di Jakarta.
Dinner yang tadinya hanya makan malam dan nostalgia, ternyata menjadi diskusi yang serius.

Ita, yang sedang memulai bisnis barunya menanyakan ke David.
Meskipun Ita sudah mempunyai ide tentang product apa yang akan dikembangkan dan dijual ke customernya. Ita menanyakan ke David, bagaimana cara mengembangkan bisnis tersebut sejak awal, agar memperbesar kemungkinan untuk berhasil.

David mulai menyampaikan pendapatnya,”You don’t start a business because you have a great product to sell. Kita menjalankan bisnis karena kita akan bisa memecahkan permasalahan yang dihadapi customer kita (sehingga mereka bersedia membeli product itu dari kita, terus menerus). β€œ
Simon Sinek bilangnya β€œYou start with why”
Why you want to start your business?
Why your customers want to buy from you?
Why the choose your product , compared to others.

Kemudian, David membagi action plan itu dalam lima langkah!

a) ASK YOUR 5 CUSTOMERS
Tanyakan kepada 5 orang yang (potentially) akan menjadi pelanggan anda di masa depan. Apa permasalahan yang mereka hadapi. Mengapa solusi yang ada saat ini (competitor anda), belum mampu menjawab sepenuhnya permasalahan yang mereka hadapi.
Ingat, anda tidak menjual sebuah product.
Anda menawarkan solusi pada permasalahan yang mereka hadapi (agar mereka mau membelinya dari anda).
Untuk itu mereka harus memilih anda, dan product anda harus lebih relevant daripada product lainnya. Dan berarti anda harus benar-benar mengerti permasalahan yang mereka hadapi.

b) CHECK YOUR 5 COMPETITORS
Setelah anda mengerti masalah mereka , sekarang anda cek dulu apa yang sudah ada di luar sana.
Jangan sampai anda di dalam gua dan bikin sesuatu yang persis sama dengan orang lain.
Konsepnya sederhana ATM, amati , tiru dan modofikasi.
Jadi cari lima product sejenis, amati apa saja kelebihan mereka.
Kemudian catat apa yang masih bisa anda lakukan untuk membuat product yang lebih relevant lagi

c) DEVELOP YOUR 5 DIFFERENTIATORS

Kembangkan lima kelebihan anda.
Lima faktor yang mereka punyai dan tidak dipunyai kompetitor anda.
Lima hal yang akan membuat customer anda memilih anda daripada product lain.
Dan differentators ini harus relevant dengan interview anda dengan lima customer (di point a) di atas).

d) LAUNCH IN 5 MONTHS

Dream Big. Start small. ACT Now.
Jadi gak usah nunggu lama lama, nanti trend bisa berganti, kebutuhan customer bisa berganti, dan product anda tidak relevant lagi.
5 months is the max, between the starting of your idea and the launch of your product.

e) GET 5 LEARNING POINTS AND IMPROVE

Setelah anda launch, dapatkan feedback dari customer anda.
Gunakan feedback yang positive untuk membangun kepercayaan anda.
Tapi terutama, dapatkan saran yang akan memperbaiki product anda dan semakin meningkatkan relevancy nya ke pelanggan anda.
Collect five of them and use them to improve your product for the next release.

Akhirnya, David meringkas, action plan itu dalam lima langkah di bawah ini:

β€’ ASK YOUR 5 CUSTOMERS
β€’ CHECK YOUR 5 COMPETITORS
β€’ DEVELOP YOUR 5 DIFFERENTIATORS
β€’ LAUNCH IN 5 MONTHS
β€’ GET 5 LEARNING POINTS AND IMPROVE

Hujan masih deras, tapi jam sudah menunjukkan jam 10 malam. Ita sudah ditunggu suaminya di Lobby. David harus menyetir mobilnya ke Sentul.
Terima kasih untuk diskusi yang positive!

Semoga Husnul Kotimah Uda JJ, Pejuang dan Pahlawan Kemanusiaan dari Padang

Ucapan dari utusan Palestine. Subhanallah
Rami sekali jamaah menshalatkan Uda Joserizal Jurnalis, 20 Jan 2020

[1/20, 05:04] +62 811-848-554: Innalillahi wa innailaihi rajiun
Kita kehilangan seorang pejuang kemanusiaan yg gigih dan berani, yg mendedikasikan sebagian besar hidupnya utk orang lain.
Saya pribadi sangat kehilangan almarhum, sebagai alumni Asrama Daksinapati, dan kehilangan sebagai sahabat walaupun perbedaan profesi membuat kami jarang bertemu. Beruntung sekali-sekali kami bisa bertemu ketika saya menemani isteri berobat tulang kaki ke Bekiau di RS Siaga Pasar Minggu.

Insya Allah, Dokter Yose husnul khotimah.
Aamiin YRA πŸ™πŸ™πŸ˜”πŸ˜”
[1/20, 06:33] +62 819-894-186: SATURDAY, JANUARY 9, 2016

dr. JOSE RIZAL JURNALIS PENDIRI MER-C JUGA ORANG SUMANIAK

9 Januari 2016 M – 30 Rabiul Awal 1437 H
Dilaporkan oleh: Fitra Yadi

dr. Jose Rizal Jurnalis SpBO (Spesialis Bedah Orthopedi) dilahirkan di Padang pada tanggal 11 Mei 1963 merupakan salah seorang pendiri organisasi kemanusiaan Mer-C (Medical Emergency Rescue Committe). Anak dari Almarhum Prof. Ir. Jurnalis Kamil, Ph.D dan ibunya seorang akademisi juga yang berasal dari Sumaniak yaitu Prof. Zahara Idris, MA.

Nama aslinya adalah Jusrizal Jurnalis. Mengapa kemudian berubah menjadi Jose Rizal, dia mengatakan bahwa hal inilah satu-satunya bentuk ketidaktaatannya pada orang tua. Jose yang menghabiskan masa kecilnya hingga tamat SMA di padang mengaku sebagai anak yang taat kepada perintah orang tua.

Jose Rizal merupakan salah seorang pendiri organisasi kemanusiaan Mer-C (Medical Emergency Rescue Committe). Laman situs mer-c.org mengatakan bahwa hingga saat ini Mer-C sudah mengirimkan lebih dari 124 misi kemanusiaan ke berbagai daerah di tanah air termasuk 2 misi ke Afghanistan, 1 misi ke Irak, 1 misi ke Iran (di bawah naungan Departemen Kesehatan RI), 1 misi ke Thailand, 2 misi ke Kashmir Pakistan, 1 misi ke Libanon Selatan, 1 misi ke Sudan, 1 misi ke Somalia, 2 misi ke Palestina (pada saat agresi militer Israel ke Jalur Gaza) dan 5 misi ke Palestina yang berkaitan dengan pembangunan RS Indonesia.

Dikutip dari wikipedia.org ayahanda Jose Rizal yaitu almarhum Prof. Ir. Jurnalis Kamil, Ph.D adalah seorang ahli pertanian dan pernah menjabat sebagai Rektor UNAND Padang periode 1984-1993 menggantikan rektor sebelumnya, Prof. Drs. Mawardi Yunus. Pada tahun 1993, setelah itu beliau digantikan oleh Prof. Dr. Ir. Fachri Ahmad, MSc. Ayahanda Jose Rizal pernah dicalonkan menjadi Gubernur Sumatera Barat pada tahun 1987, namun ia kalah dari Hasan Basri Durin yang kemudian menjadi gubernur Sumatera Barat ke 5. Ibu Jose Rizal yaitu Prof. Zahara Idris, MA adalah seorang akademisi di Padang yang telah menulis banyak buku tentang pendidikan.

Jose Rizal menempuh pendidikan SD di PPSP IKIP Padang, kemudian melanjutkan ke SMP PPSP Ikip Padang juga dan SMA 2 Padang. Kemudian ia kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selama di UI ia aktif di Forum Studi Islam dan pernah diamanahi sebagai ketua umum FSI di sana. Jose Rizal pernah bekerja sebagai dokter Spesialis di RS. Setia Mitra, RS. Budi Asih, dan RS. Siaga Raya Jakarta. Joserizal menikah dengan seorang wanita bernama Dian Susilawati dan telah dikaruniai tiga orang anak, yakni Aisha, Nabila, dan Saladin.

intelijen.co.id menuliskan bahwa Joserizal Jurnalis merupakan dokter sekaligus aktivis yang membantu masyarakat korban perang. Jose juga merupakan pendiri organisasi kemanusiaan Mer-C (Medical Emergency Rescue Committe) yang melakukan pertolongan medis dalam wilayah-wilayah konflik dan peperangan. Jose menyelesaikan pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan mengambil spesialis bedah umum.

Jose telah melakukan pertolongan dalam beberapa wilayah konflik, antara lain di Maluku, Mindanao, Afghanistan, Irak, dan Gaza. Dalam melakukan tugasnya di daerah konflik Jose sering mengalami keterbatasan peralatan. Di Maluku misalnya, dia harus mengamputasi kaki dengan gergaji kayu. Sementara di Afghanistan, dia sempat kehabisan jarum suntik.

Seperti yang terjadi di irak, korban perang di Irak menunggu tangan dinginnya. Dengan bekal Rp 200 juta sumbangan dari masyarakat, Jose berangkat ke Bagdad, ibukota Irak. Bapak tiga anak ini pergi bersama Fauzi Nasution seorang ahli bedah umum, serta Sarbini dan Yogi Prabowo sebagai dokter umum. Para dokter yang tergabung dalam MER-C (Medical Emergency Rescue Committe) ini berencana berada di Bagdad selama sebulan. Mereka tidak peduli meski hingga jam keberangkatannya belum mendapat ijin masuk Irak. β€œKami akan masuk lewat Yordania atau Suriah,” kata Jose.

Bagi Jose, Irak bukanlah medan tempur di luar negeri pertama yang dijajalnya. Sebelumnya pengabdiannya telah meringankan korban perang saat terjadi konflik di Mindanao, Philipina. Dua tahun lalu dia masuk ke Afghanistan untuk mengobati rakyat sipil korban serangan Amerika Serikat. Saat itu bersama tim MER-C dia menembus Afghanistan melalui Quetta (perbatasan Afghanistan-Pakistan di sebelah tenggara). Kemudian melanjutkan ke wilayah Selatan hingga Kandahar yang merupakan jantung pertahanan Taliban.

Masih segar dalam ingatan Jose, ketika timnya hendak masuk ke sebuah kota. Saat itu kota di selatan Afghanistan ini mendapat hujan bom. Dia kemudian berdialog dengan pihak Taliban untuk mengeluarkan tim dokter dari kota tersebut demi keselamatan bersama. Namun permintaan itu ditolak. β€œJangan dok, masyarakat sudah tahu dokter mau datang. Nanti, kami tidak bisa mengatasi kekecewaan mereka,” Jose menirukan jawaban tentara Taliban itu. β€œSaat-saat seperti itu yang membuat para dokter ini merasa pentingnya kehadiran mereka,” kenang Jose.

Perasaan yang sama dirasakannya saat menolong korban konflik atau bencana di tanah air. Konflik berdarah di Tual (Maluku Tenggara), Ambon, Galela, Halmahera, Bengkulu, hingga Aceh merupakan perhatian utama para dokter MER-C.

Peristiwa Maluku merupakan pemicu berdirinya MER-C. Saat terjadi pertumpahan darah di wilayah tersebut, tidak ada satu lembaga internasional yang mau terlibat. β€œKami sebagai dokter mempunyai ikatan emosional dengan hal ini. Maka dibentuklah MER-C,” katanya tentang lembaga swadaya masyarakat di bidang kegawatdaruratan medis yang baru berusia empat tahun ini. Meskipun MER-C berasaskan Islam, namun di lapangan mereka haram membeda-bedakan korban yang harus ditolong.

Menurut Jose, masalah utama yang dihadapi di kawasan konflik selalu keterbatasan peralatan. Di Maluku misalnya, dia harus mengamputasi kaki dengan gergaji kayu. Sementara di Afghanistan, dia sempat kehabisan jarum suntik. Akibatnya persediaan jarum yang ada dipakai beberapa kali. Masalah baru muncul, karena tidak adanya alat sterilisasi. Maka rebusan air panas dipakainya. β€œKalau nggak ada antibiotik, bisa menggunakan madu,” paparnya.

Sebagai manusia biasa, Jose mangaku tidak bisa menyembunyikan rasa takut saat berada di medan tempur. Namun baginya hidup dan mati seseorang tidak bakal mundur ataupun maju dari jadwal yang ditetapkan Tuhan. β€œTetapi saya juga tidak mau takabur,” katanya. Dia tetap memperhitungkan setiap langkah sehingga tidak hanya mengandalkan nekat.

Namun yang dilakukan Jose bersama rekan-rekannya di MER-C tidak hanya melahirkan tanggapan positif. Banyak juga sinisme yang ditujukan pada mereka. Para penentang menuding mereka mencari popularitas. Selain itu muncul pendapat bahwa masih banyak masalah dalam negeri, mengapa harus repot-repot datang ke wilayah konflik di negeri seberang.

Bukan hanya pandangan miring dari pihak luar, langkah Jose pun sempat ditentang keluarganya. Orang tuanya selalu berupaya melarangnya. Begitu pula dengan istrinya yang mencegahnya saat pertama kali hendak berangkat ke Maluku. Namun Jose menganggap dia hanya perlu memberitahu tentang niatnya, tanpa perlu mendapat ijin.

Bisa jadi, bagi Jose inilah saatnya pria kelahiran Padang, Sumatera Barat ini menentukan pilihan penting dalam hidupnya. Sepanjang hidupnya dia selalu menurut kemauan orang tua. Saat anak-anak dia bermimpi untuk menjadi astronot atau tentara. Saat SMA cita-citanya berubah ingin menjadi ahli nuklir. Namun sang ayah, Jurnalis Kamil mendesaknya untuk menjadi dokter.

‘Gelar dokter diraih (1988). Jose lantas bertugas di sebuah Puskesmas di Padang. Ketaatan pada orang tuanya pula yang mendorong Jose mengambil program spesialis bedah orthopedi. Ceritanya bermula dari sebuah tragedi, ketika ibunya ditimpa musibah kecelakaan. Kakinya patah dan harus menjalani operasi. Dua tahun kemudian ternyata tulang yang patah itu tidak tersambung sehingga harus dioperasi ulang. Rupanya ini memberikan kesan yang mendalam, dan sejak saat itu Jose ingin mendalami spesialis bedah orthopedi. Gelar ini digondol pada 1999.  Namun gelar spesialis itu tidak pernah memberikan rasa puas. β€œSaya baru merasa sebagai dokter sungguhan setelah terjun ke Maluku,” kata Jose.

Kehadiran Jose bersama tim MER-C serta Tim Bulan Sabit Yordania (tim dokter Yordania) di Bagdad memang tidak bakal menghentikan perang di Irak. Namun niat mereka menyelamatkan setiap jiwa merupakan sumbangan besar negeri ini bagi rakyat sipil di Irak yang menjadi korban terbesar dalam perang

“Hari-hari Joserizal di Gaza Tekan Kontrak Mati Berkali-kali” demikian ditulis di groups Yahoo K26-ITS. Selingkapnya laman itu menuliskan bahwa Dokter spesialis bedah tulang kelahiran Padang 11 Mei 1963 ini sudah kenyang terjun ke berbagai daerah konflik ataupun bencana alam. Sebagai salah seorang pendiri MER-C (Medical Emergency Rescue Committee), Januari silam ia berangkat ke Gaza, Palestina, memimpin Tim Medis MER-C. Bagaimana kisah putra pasangan Prof.Ir. Jurnalis Kamil, Ph.D, MSc. – Prof. Zahara Idris, MA ini selama di Gaza?

Malam setelah Israel mulai melakukan pengeboman ke wilayah Gaza, aku, Joserizal Jurnalis, langsung menghubungi MER-C agar segera menyiapkan tim. MER-C adalah lembaga sosial kemanusiaan yang hingga kini sudah melakukan lebih dari 70 misi kemanusiaan, di dalam dan luar negeri. Aku termasuk salah seorang pendirinya dan sekarang menjadi salah seorang Presidium di sana.

Sebelumnya, aku ditelepon seseorang. Dari kode wilayah nomor teleponnya, aku tahu, dia dari Palestina. Katanya, Gaza diserang. Keesokan harinya, kami pun me-launching rencana keberangkatan tim ke Palestina. Kenapa kami langsung bereaksi? Sebetulnya, sudah lama kami tahu, wilayah Gaza diblokade meski baru tahu detail blokadenya belakangan.

Warga Gaza tak punya akses ke luar. Di laut, mereka hanya boleh berlayar sejauh 2 km. Kehidupan di Gaza sungguh susah. Semua tergantung dari luar. Aliran listrik dan sebagian air minum, dari Israel. Mata uang yang berlaku juga mata uang Pound Israel. Selain itu, mereka hidup dari pasokan barang perdagangan dari Mesir.

Begitulah, aku berangkat 1 Januari 2009 bersama seorang relawan MER-C, M. Mursalim. Dua hari berikutnya, menyusul 3 orang lain, yaitu dr. Sarbini (Ketua Presidium MER-C), dr. Indragiri, Sp.An. (Spesialis Anastesi) dan Ir. Faried Thalib. Aku sendiri sebelumnya sudah menyiapkan istri dan anak-anak, termasuk seandainya terjadi hal paling buruk padaku. Meski sudah berpengalaman ke berbagai medan konflik, keluarga selalu was-was setiap aku pergi.

Sejak awal kami tahu, Gaza daerah sulit. Sampai Kairo, kami makin yakin, daerah itu memang sulit. Dari mulai prosedur perizinan, cara membeli obat, membeli ambulans, dan sebagainya. Pokoknya, secara administrasi, susah. Sebelumnya, sudah ada dokter Norwegia yang masuk, tapi ternyata ia berbekal nekad.

Cukup lama kami menunggu sampai bisa masuk Gaza. Hampir 2 minggu. Sebelumnya, kami berbagi tugas. Sebagian di perbatasan di Raffah, sebagian lagi di Kairo membeli mobil dan obat-obatan untuk warga Gaza. Setelah cukup matang, barulah kami bergabung lagi di Raffah. Di sana, kami pun hanya bisa menunggu.

Belakangan, kami tahu dari orang Mesir, kami boleh masuk ke Gaza jika membawa surat rekomendasi dari Kedutaan Besar RI di Kairo. Padahal, saat itu, kami sudah di perbatasan sementara jarak perbatasan ke Kairo sekitar 600 Km. Ya, sudah, akhirnya kami kembali ke Kairo, minta surat rekomendasi ke KBRI Kairo. Kami harus menandatangani surat yang isinya, seandainya terjadi sesuatu, kami tidak akan menuntut Pemerintah RI. Kami teken saja.

Pihak KBRI kemudian mengirim surat itu ke Gubernur Sinai untuk minta izin. Ternyata, kami harus meneken kontrak mati. Menjelang berangkat, berubah lagi. Kami harus menandatangani surat yang isinya tidak akan menuntut Pemerintah RI, otoritas Palestina, dan Pemerintah Mesir, jika terjadi
apa-apa. Ya, kami teken saja, karena kami memang ingin menolong orang. Masak harus mundur gara-gara itu?

Tapi terus terang, aku kecewa berat terhadap pihak KBRI di Kairo. Kami memang dibantu, tapi aku merasa mereka tidak full membantu. Hanya beberapa orang di kedutaan yang membantu dengan hati. Bayangkan, kami ini, kan, mau masuk ke daerah perang membawa misi negara. Meski NGO, kami membawa bendera Merah-Putih. Tapi sambutan duta besarnya terkesan ogah-ogahan.

Bahkan saat berangkat dari kedutaan ke perbatasan, hanya diantar seorang staf dan wakilnya. Sementara untuk menjemput Umi Saodah (TKW Indonesia yang terjebak di Gaza), KBRI Kairo mengirim tim lengkap dan rela menunggu selama 2 hari di Raffah. Itu pun mereka tak mau masuk ke Gaza. Relawan kitalah yang diminta mencari.

Setelah urusan di KBRI Kairo selesai, kami kembali ke Raffah. Di perbatasan, melalui pembicaraan yang cukup intens, akhirnya kami dapat izin masuk (Sabtu, 17/1). Pengeboman terus berlangsung sejak pagi hingga malam. Bahkan, saat kami berada di kantor imigrasi di perbatasan, sebuah bom jatuh sangat dekat sampai ruangan imigrasi bergetar hebat. Daarrr! Nyaliku pun sempat
menciut.

Ketika kami menyerahkan paspor, petugas imigrasi Mesir kembali bertanya, “Are you sure you want to go inside?” Kalau yakin, kami harus tandatangan kontrak mati lagi. Kami pun teken. Kami melewati perbatasan menggunakan bus. Biayanya 91 pounds (sekitar Rp 200 ribu). Padahal, jaraknya hanya sekitar 200 meter! Turun dari bus, kami pindah naik ambulans bersama dokter dari Mesir dan Turki, menuju RS Asy Syifa di Gaza City, sekitar 40 km dari perbatasan.

Di dalam mobil, aku menundukkan kepala sambil berdoa. Aku tidak mau kepala menjadi sasaran tembak para sniper. Beberapa kali ambulan sempat berhenti, benar-benar menegangkan. Tidak ada kendaraan lain atau pengawalan selama perjalanan. Di Khan Younis, kota antara Raffah dan Gaza City, rombongan berhenti sebelum melanjutkan perjalanan ke Gaza City.

Terakhir, kami berhenti agak lama, sekitar 2 jam. Sebelum berhenti, teman dokter dari Mesir bilang “Nobody move! Don’t open the door! Keep your head out of the window!” Berita yang aku dengar, ada pertempuran di jalan dan ambulans harus berbalik arah mencari jalan lain. Dan ternyata kami memang berada di tengah-tengah “pertempuran”. Di kanan-kiri jalan, tank Israel berjajar. Kami baru tahu itu dari sopir setelahnya.

Akhirnya, kami sampai di Gaza City sekitar pukul 21.00. Sambutannya luar biasa karena mereka tahu kami masuk di tengah hujan bom, di tengah pertempuran sengit di daerah antara Khan Younis – Gaza. Mereka sangat senang dan berterimakasih. Malam itu langsung digelar pertemuan membahas rencana
pekerjaan besok. Kami pun diberi satu ruangan beserta kasur. Pokoknya, kami dijamu dengan baik. RS Asy Syifa sendiri relatif aman, meskipun ada beberapa bom yang jatuh di sekitarnya.


Selamat Jalan “Mujahidku”

(Kado khusus buatmu untuk menebus dosaku ketika aku tak jadi mampir ke rumahmu saat engkau menungguku)

Tony Rosyid

Dr. Joserizal Jurnalis Sp OT. Seorang aktifis kemanusiaan. Kini, ia telah menghadap Allah usai mengakhiri kontrak takdir dunianya di Rumah Sakit Harapan Kita. Tepat jam 00.38 WIB. Berpulang ke Sang Pencipta di usia muda 56 tahun. Terhitung sejak 11 Mei 1963 ia dilahirkan sampai 20 Januari 2020.

Dalam kontrak takdir manusia, tempat dan tanggal lahir tak terlalu penting. Kapan, dimana dan bagaimana manusia berakhir kontrak hidupnya juga tidak begitu penting. Di jalan, di rumah sakit, sedang tidur di kasur, itu semua tak lebih dari pilihan Tuhan dan kebutuhan para penulis sejarah. Yang dilihat dari manusia adalah karya apa yang lahir saat kontrak berjalan.

Dr. Joserizal Jurnalis Sp OT sepertinya sadar itu. Tak ada guna hidup tanpa karya. Karya bukan untuk kebanggaan diri seperti identitas, status dan posisi. Tapi karya yang dibutuhkan dan bisa dinikmati oleh banyak orang. Maka, ia pun mendirikan Tim Kemanusiaan yang ia namai Medical Emergency Rescue Committee. Publik lebih mengenal dan familier dengan istilah MER-C. Mudah diingat. Ingat MER-C, ingat Joserizal. Jangan lihat usianya, tapi lihat karyanya.

MER-C bekerja di wilayah konflik seperti Ambon, Maluku, Iraq, Afganistan dan sejumlah wilayah yang lain. Juga bekerja di wilayah bencana. Membantu korban dari sisi kemanusiaan. Berisiko dan taruhan nyawa itu pasti.

Diantara yang dilakukan MER-C adalah membangun Rumah Sakit di Gaza. Anda tahu bagaimana situasi di Gaza? Berapa jumlah perempuan dan anak-anak yang ditembak mati? Belum lagi jumlah remaja dan lelaki dewasa yang dibantai. Puluhan tahun tanpa ada jedah setiap saat senjata memakan korban. Mereka adalah muslim Palestina yang tanahnya dirampas. Sejengkal tanah yang dipertahankan sejak tahun 1947 telah mengubur jutaan nyawa mereka.

Saat pembangunan Rumah Sakit, puluhan pekerja konstruksi yang dibawa Joserizal terjebak di tengah perang. Mereka takut, lalu minta pulang? Tidak! Mereka bilang: kami akan selesaikan tugas ini hingga tuntas, meski risiko tertembus peluru dan terkena serpihan rudal. Amazing!

Hasilnya? Rumah sakit megah di Gaza terbangun. Dilengkapi dengan lantai underground. Ruangan khusus untuk korban emergency ketika perang sedang terjadi dan lantai atas dibombardir peluru kendali.

Inilah karya Joserizal. Karya anak Indonesia. Melalui tangan Joserizal, sumbangan rakyat Indonesia mengalir ke Gaza, membantu para korban perang. Atas nama kemanusiaan. Inilah jihad tepat guna dan sasaran. Inilah jihad yang sesungguhnya. Jihad kemanusiaan.

Indonesia butuh orang-orang seperti Joserizal. Gaza butuh orang-orang macam Joserizal. Dunia butuh Joserizal-Joserizal baru untuk lahir dan mengabdikan seluruh hidupnya bagi kemanusiaan.

Selamat jalan Pejuang dan Mujahidku. Jasamu abadi dan karyamu menginspirasi lahirnya Joserizal-Joserizal baru di setiap pelosok tanah yang diberi nama Indonesia. Dunia bangga padamu.

Jakarta, 20 Januari 2020.

Alhamdulillah, 57.

Bertambahnya umur mengingatkan saya akan tulisan saya yang pertama terbit di Koran SInar Harapan, 11 Jan 2003, ketika itu saya memberikan kado ultah untuk diri sendiri memasuki usia 40 tahun. Semoga karya2 lain menyusul dan dapat bermanfaat bagi sesama. Aamiin yra.

Latar belakang terbitnya tulisan ini adalah karena situasi yang semakin tidak jelas serta ketiadaan ethics of conduct dalam berprofesi di Indonesia saat itu. Banyak terjadi moonlighting, dwi fungsi ABRI, juga termasuk tri darma perguruan tinggi yang disalah artikan. SIngkat cerita, silakan baca tulisan saya yang ibarat lukisan saya sebut master piece. Semoga mencerahkan, meski sudah 17 tahun silam.

Dosen-Peneliti-dan-Birokrat-lengkap-dengan-Sinar-Harapan

The White Book “Indonesia Digital for Future Economy and Inclusive Urban Transformation”

Indonesia Digital for Futures Economy and Inclussive Urban Transformation

pix9

Note. This publication may be reproduced in whole or in part for educational or non-profit purposes without special permission from the copyright holder, provided that the source is acknowledged.

Buku ini dipersembahkan untuk seluruh peminat TIK/telematika/ICT Indonesia dan LN. Mohon maaf buku dalam bahasa Inggris, untuk menghindari delay waktu sosialisasi dan diseminasi. SIlakan diperbanyak atau disebarkan untuk keperluan pendidikan dan non profit, sejauh dilakukan pengutipan sesuai standar berlaku.

Terima kasih atas perhatian dan kritik atau komentar.

Wassalammualaikum wrwb

Eddy Satriya

( @uddaeddy ) / eddysatriya@ekon.go.id