Money and Churchill

Former Prime Minister of the United Kingdom, Winston Churchill, once said: “I took a taxi one day to the BBC offices for an interview

When I arrived, I asked the driver to wait for me for forty minutes until I got back, but the driver apologized and said, “I can’t, because I have to go home to listen to Winston Churchill’s speech“.

I was amazed and delighted with the man’s desire to listen to my speech! So I took out 20 pounds which was huge money at the time and gave it to the taxi driver without telling him who I was. When the driver collected the money, he said: “I’ll wait for hours until you come back sir! And let Churchill go to hell.
…….
You can see how principles have been modified in favour of money; nations sold for money; honour sold for money; families split for money; friends separated for money; people killed for money; and people being made slaves for money

I find this very interesting and decided to share
Hope you learn something from this.😫😫

Puisi (bukan) Lin Liangduo itu…

Diketahui puisi ini bukan dari Prof Lin… Entah mana yg benar, isinya tetap bermanfaat.

http://ec-general.blogspot.com/2008/05/correction-poem-not-by-prof-duo-liang.html?m=1

Lin Liangduo, seorang guru besar kehormatan fisika Amerika keturunan Cina, menerbitkan sebuah puisi berbahasa Inggris di Washington Post berjudul “Bagaimana Anda ingin kami bertahan hidup?” Tulisannya itu dibaca dan diikuti di Internet dan memancing diskusi yang panas antara netizen berbahasa Mandarin dan dunia Barat. Puisi ini mengungkapkan rasa sedih dan marah banyak orang Amerika berdarah Cina yang telah dipendam dalam waktu yang cukup lama, dan oleh karenanya dijuluki sebagai “anak panah tajam” yang ditujukan pada prasangka-prasangka negatif orang Barat terhadap bangsa Cina di rantau.
以下為中文版:(berikut adalah puisi tersebut dalam bahasa asli dan terjemahan bahasa Indonesia oleh Erik)
你究竟要我們怎樣生存
Bagaimana anda menginginkan kami bertahan hidup
我們是東亞病夫時!
Di masa lampau, saat kami masih sebagai bangsa pesakitan di Asia Timur!
我們被說是黃禍;
Kami dituding “Bencana Kuning”
我們被預言是下一個超級大國了!
Sekarang ini saat kami diramalkan akan menjadi negara superpower!
我們被指是主要威脅。
Kami dituduh sebagai ancaman utama terhadap dunia
那時我們閉關自守!
Di masa lampau, saat kami menutup diri terhadap perdagangan internasional !
你走私鴉片來強開門戶;
Kalian menyelundupkan opium membuka gerbang kami dengan paksa.
我們擁抱自由貿易了!
Sekarang ini saat kami menganut sistem perdagangan bebas!
你責罵我們搶走你的飯碗。
kalian menyalahkan kami telah merampas pekerjaan kalian.
那時我們風雨飄搖!
Di masa lampau saat kami berada dalam keadaan darurat genting!
你鐵蹄犯境要求機會均等;
Kalian yang masuk ke negeri kami datang dengan pelana besi menuntut kesempatan hak yang sama dengan kami di dalam negari kami
我們要整合破碎的山河!
Sekarang ini saat kami berusaha mengintegrasikan kembali tanah air yang tercerai berai!
你說我們“入侵”……
Kalian menuduh kami adalah agresor
我們試行馬列救國!
Di masa lampau, kami menganut faham komunisme untuk membangun negeri
你痛恨我們成為異己分子;
Kalian menghujat kami sebagai pembangkang;
我們擁抱資本主義了!
Sekarang ini saat kami melaksanakan sistem kapitalisme
你又恨我們當了資本家。
Lagi lagi kalian pula yang mencaci kami sebagai kaum kapitalis.
當我們的人口到達十億!
Di masa lampau saat populasi kami mencapai satu miliar penduduk!
你說我們在摧毀地球; kalian menuduh kami merusak bumi ini,
我們要限制人口了!
Sekarang ini saat kami berusaha membatasi jumlah penduduk
你說我們踐踏人權。Kalian menuding kami menginjak-injak hak asasi manusia.
那時我們一貧如洗!
Di masa lampau, saat kami sangat sangat miskin!
你視我們賤如狗;
Kalian memandang kami seperti anjing
我們有鈔票借給你了!
Sekarang ini saat kami meminjamkan uang untuk kalian
你怨我們令你國債累累。Kalian menyalahkan kami telah menyebabkan hutang luar negeri kalian membengkak
我們發展工業了!
Sekarang kami mengembangkan industrialisasi
你說我們是污染者;
Kalian menuding kami sebagai pencemar lingkungan
我們有貨品賣給你了!Sekarang kami menjual produk kami kepada kalian!
你說我們是地球暖化的因由。
Kalian pula yang menuduh kami biang kerok penyebab pemanasan global.
我們購買石油!
Sekarang kami membeli minyak bumi
你說我們榨取兼滅族;
Kalian bilang kami memeras dan melakukan genosida
你們為石油開戰!
Kalian melancarkan peperangan demi minyak bumi
你說是為了解救生靈。
Tapi kalian katakan itu adalah peperangan demi kemanusiaan
那時我們動亂無序!
Di masa lampau saat negara kami kacau tak teratur
你說我們沒有法治;
Kalian mengejek kami negara tanpa sistem hukum
現在我們要依法平暴!
Sekarang ini saat kami menumpas kejahatan dan menegakkan keadilan berdasarkan hukum
你說我們違反人權。
Kalian katakan kami telah melanggar HAM!
我們靜默無聲時!
Di masa lampau, saat kami diam membisu
你說我們欠缺言論自由;
Kalian katakan tidak ada mimbar bebas di negeri kami
我們不再緘默!
Sekarang saat kami tidak lagi diam
你說我們是被洗了腦的仇外暴民。
Kalian bilang kami adalah massa xenofobia yang telah dicuci otak
為什麼你這樣憎恨我們?
Mengapa kalian begitu dengkinya membenci kami?
我們想知道。
Kami ingin tahu
“不”,你說,“我不恨你們。
“Tidak” kalian bilang “kami tidak dengki atau benci pada kalian”
我們也不恨你!
Kami juga tidak membenci kalian!
只是,你了解我們嗎?
Hanya saja, apakah kalian memahami kami?
“當然了解”,你說。
“Tentu saja paham” jawab kalian
“我們消息多的是,有 AFP、CNN、還有BBC……”
Sumber berita kami banyak sekali, ada AFP, CNN dan juga BBC…
那麼你究竟要我們怎樣生存?
Lantas, bagaimana kalian menginginkan kami bertahan hidup?
回答之前,請仔細的想一想……因為你的機會不是無限的。
Sebelum menjawab, tolong direnungkan dengan seksama, …. karena kesempatan kalian tidak banyak lagi.
已經夠多了……這個世界容不下更多的偽善了。
Cukuplah sudah….. terlalu banyak kemunafikan yang tak tertampung lagi oleh dunia ini.
我們要的是同一個世界,同一個夢想,靖世太平。
Yang kami inginkan adalah sebuah dunia kebersamaan, dunia dengan mimpi yang sama, yakni dunia yang damai.
這個寬廣、遼闊的藍地球,容得下你們,容得下我們。
Bumi hijau yang luas ini masih cukup untuk menampung kalian dan juga menampung kami.
歐美到中國投資看上是中國工人的低工資,到他們賺夠了,或可說剝削夠了,反過來指責中國工人沒有西方人的福利和保障,他們要到別處去。
Bangsa Eropa dan Amerika berinvestasi di negeri kami hanya karena upah pekerja di China yang murah, setelah mereka puas menghisap buruh kami. Kini berbalik mereka menuding kami tidak memberikan kesejahteraan dan perlindungan kepada buruh kami seperti mereka orang Barat. Itu karena mereka ingin berpindah untuk menanam modal di negeri lain.

Democrazy. “Demokrasi Terpimpin dan Demokrasi Pancasila itu Demokrasi Otoriter” Gonggong.

Indahnya Menyimak sejarah dari ahlinya, dg pikiran positif dan hati terbuka. No prejudice insights inside!

Tenggelamnya Kapal Seikh Madinah

Ijin share kisah perjalanan dakwah para ulama di tanah Minangkabau dan mengubah kerajaan Budha Pagaruyung menjadi kerajaan Islam 🙏
https://fatchuri.com/tenggelamnya-kapal-syeikh-madinah/

TENGGELAMNYA KAPAL SYEIKH MADINAH
Fatchuri Rosidin

Ada yang istimewa pagi itu di masjid Nabawi. Syeikh Ahmad Qusyasyi, seorang ulama besar Madinah yang lahir tahun 1583 dan tokoh pembaharu tarekat Syattariyah, akan melepas salah satu muridnya untuk memulai perjalanan dakwah. Sang murid, Abdullah Arif, telah duduk di depannya. Ia telah bangun sejak dini hari, mendirikan shalat malam yang panjang, dan dilanjutkan dzikir khusuk selepas subuh.

Abdullah Arif telah menyampaikan keinginannya untuk berdakwah ke Sumatroh, Jawa, atau Mamluk (Maluku) di kepulauan nusantara. Sejak membaca buku Ibnu Battutah berjudul Rihlah ilal Masyriq (Pengembaraan ke Timur), ia tertarik mengunjungi negeri-negeri yang diceritakan Ibnu Battutah: Sumatroh, Jawa, dan Mamluk.

“Berangkatlah dengan bekal taqwa; sebaik-baik bekal perjalanan. Aku mengijinkanmu berdakwah ke negeri Sumatroh, Jawa, Makassar, atau Mamluk. Di Makassar kau bisa bertemu dengan muridku Yusuf al-Makassari. Di Jawa kau bisa menemui Abdul Muhyi Pamijahan. Di Sumatroh bagian utara ada muridku Abdurrauf As-Singkili; Qadhi kesultanan Aceh Darussalam. Engkau pergilah lebih ke selatan, di tempat di mana Islam belum banyak dikenal.,” pesan Syeikh Ahmad Qusyasyi kepada muridnya sambil memberikan beberapa buku untuk bekal perjalanan, salah satunya buku yang ditulis Syeikh Al Burhanpuri yang berjudul Tuhfah al Mursalah Ila Ruhi Nabi.

“Baik, Guru. Saya sudah siap berangkat. Mohon doakan agar Allah meridhoi perjalanan dakwah ini,” jawab Abdullah Arif.

Dari Madinah, Abdullah Arif menempuh perjalanan darat sejauh 212 km ke arah barat melalui al-Fiqrah, Maqra’, hingga tiba di kota pelabuhan Yanbu. Yanbu merupakan kota pelabuhan dagang yang berkembang sejak abad ke-15; menggantikan peran pelabuhan al-Sereen yang telah memainkan perannya sebagai bandar perdagangan internasional selama 500 tahun. Dari Yanbu, ia menumpang kapal yang akan berlayar menuju Aceh.

Sumatroh adalah nama yang diberikan oleh Ibnu Battutah yang mengunjungi pulau itu di tahun 1345 dan sempat tinggal di ibu kota kesultanan Aceh Darussalam selama 25 hari menjadi tamu Sultan Malik al-Zahir II. Aceh yang berada di ujung utara Sumatroh merupakan bandar pelabuhan internasional tempat pertemuan para saudagar dari Arab, Eropa, Persia, India, Cina, Melayu, Jawa, dan kepulauan Mamluk.

Dari Yanbu, kapal yang ditumpangi Abdullah Arif melintasi Laut Merah, kemudian berbelok ke timur mengarungi Laut Arab dan berlabuh di Muskat, Oman. Muskat bukan daerah asing baginya karena ia lahir dan menghabiskan masa kecilnya di Oman sebelum menuntut ilmu ke Madinah. Dari Muskat, kapal kembali berlayar ke arah timur menyusuri pantai barat India hingga berlabuh di Maladewa. Ia sempat tinggal dan berdakwah di sana. Lalu ia melanjutkan perjalanan menuju Aceh. Dari Aceh, ia berganti kapal dan bertolak ke arah selatan melalui pantai barat Sumatroh.

“Ada badai di depan!” suara teriakan seorang awak kapal membangunkan semua penumpang yang sedang terlelap malam itu saat kapal baru beberapa jam melewati kepulauan Nias. Abdullah Arif yang sedang shalat malam mempercepat shalatnya untuk berjaga-jaga jika badai menghantam kapal.

Dan yang dikhawatirkannya terjadi. Ombak besar mengombang-ambingkan kapal, membawa kapal itu naik di ujung lidah gelombang, lalu dalam sekejap dihempaskan ombak. Ia merasakan kapal itu seperti jatuh dari jurang, kemudian menabrak dasar jurang. Belum sempat bangun dari jatuh, sebuah ombak yang lebih besar kembali datang dan menggulung kapal. Nahkoda dan awak kapal berjuang menjaga agar kapal tidak terbalik. Cukup lama kapal terjebak dalam gulungan ombak dan hujan badai hingga sebuah ombak besar menghantam lagi dan menghancurkan kapal. Ia dan beberapa penumpang serta awak kapal terlempar dan jatuh ke laut.

“Allahu Akbar!” seru Abdullah Arif saat ombak besar kembali datang, “jika Engkau ridhoi hamba berdakwah di negeri ini, selamatkanlah hamba sebagaimana Engkau selamatkan Yunus dari gelapnya lautan.”

Lalu, ombak besar itu pun menggulung tubuhnya membawanya menuju takdir Allah berikutnya.

Abdullah Arif terseret ombak dan terdampar di pantai Tiku; sebuah pantai di pesisir barat Sumatroh, dua hari perjalanan kaki dari Bukittinggi melalui danau Maninjau. Daerah itu ditempati masyarakat Minangkabau dan merupakan wilayah kerajaan Pagaruyung ; sebuah kerajaan Budha yang didirikan pada tahun 1347 oleh seorang Pangeran Majapahit bernama Adityawarman.

Abdullah Arif diselamatkan beberapa orang nelayan dan dirawat hingga sembuh luka-lukanya.

“Maha besar Allah yang di tangannya semua takdir di tentukan. Allah telah mengirimkan aku ke negeri ini. Maka di negeri inilah aku akan memulai dakwah,” ujar Abdullah Arif pada dirinya sendiri.

Setelah mengucapkan terima kasih dan berpamitan pada nelayan yang menolongnya, Abdullah Arif berjalan kaki ke arah selatan mencari tempat yang tepat untuk berdakwah hingga sampai di daerah Ulakan, Pariaman. Setelah mendapat ijin dari penguasa Ulakan Rangkayo Rajo Mangkuto, ia mendirikan masjid dan memulai dakwah. Penduduk Ulakan memanggilkan Syeikh Madinah.

Suatu hari, seorang remaja usia belasan tahun dengan wajah yang terlihat kelelahan datang ke masjid.

“Tuan, bolehkah saya meminta air untuk menghilangkan dahaga?” katanya kepada Syeikh Madinah.

Melihat kondisinya yang kusut dan kelelahan, Syeikh Madinah mengambilkan air dan makanan yang langsung diterima anak itu dengan wajah berbinar.

“Siapa namamu, nak?” tanya Syeikh Madinah setelah anak itu menghabiskan makanannya.

“Nama saya Kanun, Tuan. Tapi teman-teman saya memanggil saya Pono,” jawabnya.

“Di mana rumahmu, Pono? Kelihatannya kamu datang dari jauh,” tanya Syeikh Madinah lagi.

“Rumah saya di Sintuk, Tuan. Tak sampai setengah hari jalan kaki dari sini. Ayah saya miskin, di rumah tidak ada makanan. Saya pergi dari rumah, membantu siapa saja yang membutuhkan tenaga saya asal bisa memberi saya makan.”

“Kalau begitu, kau bisa membantuku di sini. Kau bisa makan di sini setiap hari,” kata Syeikh Madinah yang langsung diiyakan oleh Pono.

Sejak hari itu, Pono tinggal bersama Syeikh Madinah di Ulakan. Beberapa hari sekali ia pulang ke rumahnya di Sintuk. Pono membantu membersihkan masjid, memasak makanan, bahkan mendampingi Syeikh Madinah berdakwah di kampung-kampung. Ia pun akhirnya sering menyimak apa yang disampaikah Syeikh Madinah dalam dakwahnya.

“Tuan, apakah orang miskin seperti saya bisa menjadi muslim?” tanya Pono suatu hari.
“Islam itu bukan agama untuk orang kaya saja,” jawab Syeikh Madinah, “Islam diturunkan oleh Allah melalui nabi Muhammad untuk semua manusia. Dan dalam Islam, derajat seseorang tidak ditentukan oleh kekayaannya, tetapi ketakwaannya.”

Pono lahir sebagai penganut Budha mengikuti orang tuanya. Ia lahir di Padang Panjang tahun 1641. Karena kemiskinan yang berat, ayahnya membawanya merantau ke daerah pesisir yang lebih ramai dengan harapan mendapatkan pekerjaan di pelabuhan atau bekerja kepada seorang saudagar.

Hari itu, Pono membaca syahadat dan menyatakan keislamannya di depan Syeikh Madinah yang kemudian memberinya nama baru: Burhanuddin. Nama barunya itu memiliki arti orang yang mendapat pencerahan agama.

Selama beberapa tahun, Burhanuddin menjadi murid Syeikh Madinah. Ia pun tetap bekerja membantu semua pekerjaan Syeikh Madinah dan mendampinginya berdakwah ke kampung-kampung. Kecerdasan dan ketekunannya membuat ia menjadi salah satu murid kesayangan Syeikh Madinah.

Suatu hari, Syeikh Madinah memanggil Burhanuddin.

“Aku akan melanjutkan perjalanan dakwah ke tanah Jawa. Dakwah di sini aku serahkan kepadamu,” kata Syeikh Madinah kepadanya, “tapi sebelumnya, pergilah ke Aceh untuk memperdalam ilmu kepada Syeikh Abdurrauf As-Singkili dan sampaikan salamku kepadanya.”

Syeikh Madinah meninggalkan Minangkabau dan pergi ke Banten memenuhi permintaan Sultan Banten untuk berdakwah di sana. Ia juga menikah dengan putri sultan Banten dan mendapat gelar Pangeran Kasunyatan. Sebagai ulama, ia dikenal dengan sebutan Kyai Dukuh.

Memenuhi pesan gurunya, Burhanuddin berangkat ke Aceh dan berguru kepada Syeikh Abdurrauf As-Singkili selama beberapa tahun dan kembali melanjutkan dakwah di Ulakan. Tahun 1680, Syeikh Burhanuddin mendirikan surau gadang dan Pesantren Luhur sebagai pusat pendidikan Islam. Sejak itu, ia dikenal masyarakat dengan sebutan Syeikh Burhanuddin Ulakan.

Lewat Pesantren Luhur, Syeikh Burhanuddin berhasil melakukan kaderisasi ulama melahirkan ulama-ulama besar seperti Syekh Ismail Abdullah, Syekh Ahmad Khatib bin Abdul Latif, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli, Syekh Jamil Jaho, Syekh Jalaluddin, dan Syekh Jambil Jambek. Mereka kemudian menyebarkan Islam di pelosok kerajaan Pagaruyung. Islam akhirnya dianut oleh sebagian besar masyarakat Minangkabau dan juga pejabat-pejabat istana hingga Pagaruyung kemudian berubah menjadi kerajaan Islam dan menjadikan syariat Islam sebagai dasar negara hingga lahir falsafah adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah. END