some numbers on energy

Berikut dengan hormat kami laporkan Status Produksi Minyak dan Gas Bumi, Lifting, ICP, Harga BBM, Premium Reborn, Mineral dan Batubara, serta Ketenagalistrikan, per tanggal 20 Juli 2018 sbb:

1. Produksi Minyak

Produksi harian minyak Tgl 19 Juli 2018 : 754.900 BOPD.
Rata2 Produksi Bulanan : 723.331 BOPD.
Rata2 Produksi Tahunan : 773.471 BOPD.
Target APBN : 800.000 BOPD.

2. ICP

Rata-rata ICP Bulanan
Jan : 65,59 USD/Barrel.
Feb : 61,61 USD/Barrel.
Mar : 61,87 USD/Barrel.
Apr : 67,43 USD/Barrel.
Mei : 72,46 USD/Barrel.
Jun : 70,36 USD/Barrel.
Rata-rata ICP Bulanan Januari s.d Juni 2018 adalah 66,55 USD/Barrel.
Asumsi APBN 2018 adalah 48 USD/Barrel.

3. Produksi Gas

Produksi harian Gas Tgl 19 Juli 2018 : 7.889 MMSCFD.
Rata2 Produksi Bulanan : 7.722 MMSCFD.
Rata2 Produksi Tahunan : 7.770 MMSCFD.
Target Lifting APBN : 6.720 MMSCFD.

4. Produksi Ekuivalen Minyak dan Gas

Produksi harian Tgl 19 Juli 2018: 2.163.718 BOEPD.
Rata2 Produksi Bulanan : 2.102.277 BOEPD.
Rata2 Produksi Tahunan : 2.160.871 BOEPD.
Target Lifting APBN : 2.000.000 BOEPD.

5. Lifting Tahun Berjalan

Lifting Minyak
• Hari ini: 475,80 Mbbls
• Rata2 bln Juli: 512,31 Mbopd
• Rata2 Thn 2018: 746,42 Mbopd
(93,30% dari target APBN 2018 sebesar 800 mbopd).
Outlook Thn 2018: 777 Mbopd dengan upaya penurunan deadstcok
(97,1% dari target APBN 2018 sebesar 800 mbopd)
Catatan : Lifting Arun Condensate 120MB ke Kapal Gamsunoro baru selesai tanggal 20 Juli dari ALD 18-19 Juli.
Stock Hari ini: 11,95 MMbls (termasuk dead stock yang tersebar di seluruh terminal).
• Forecast ending stok bulan Juli 2018 berdasarka shipcord 17 Juli adalah 7,65 MMBls dan berpotensi ke 7,34 juta MMbls bila uncommited parcel bisa disepakati dg Pertamina. Angka forecast ending stok Juli 6 juta MMBls belum dapat tercapai karena mempertimbangkan kecukupan kargo lifting berikutnya, efisiensi pengangkutan pada saat terminasi WK, dan periode lifting bbrp KKKS yang tidak berlangsung setiap bulan.
• Hasil evaluasi sementara upaya minimalisasi deadstock, deadstock dapat diturunkan sebesar 500 MB dari 5 jt bbls menjadi 4,5 jt bbls (total deadstock sebesar 3,8 MMBBLS).
• Saat ini sedang dilakukan upaya kreatif untuk meminimalkan deadstock dan juga verifikasi ke beberapa terminal KKKS diantaranya Balongan, PetroChina, Saka, Petronas, Menggung PEP Field Cepu dan dilanjutkan ke Terminal lainnya.

Salur Gas
• Hari ini: 6.564 mmscfd
• Rata2 bln Juli: 6.407 mmscfd
• Rata2 Thn 2018: 6.437 mmscfd, dg breakdown penyaluran melalui gas pipa 3.934 mmscfd dan feed gas ke kilang LNG 2.471 mmscfd, gas ke LPG 32 mmscfd (95,79% dari target APBN 2018 sebesar 6.720 mmscfd)
• Outlook Thn 2018: 6.289 mmscfd (93,6% dari target APBN 2018 sebesar 6.720 mmscfd)

Lifting LPG
• Hari ini: 60 MT
• Rata2 bln Juli: 1.791 MT/day
• Rata2 Thn 2018: 1.648 MT/day

Note: lifting LPG dalam jumlah besar terjadi secara berkala sekitar 3 minggu sekali (sekitar 30 ribu MT) dari Petrochina Jabung

6. Harga BBM

A. Jenis BBM Tertentu dan BBM Khusus Penugasan status 1 Juli 2018 (Kepmen ESDM Nomor: 1887 K/12/MEM/2018)
1. Kerosene : 2.500,00 IDR (0,17 USD/Liter)
2. Diesel : 5.150,00 IDR (0,36 USD/liter)
3. Ron 88 Penugasan: 6.450,00 IDR (0,45 USD/Liter)

B. Jenis BBM Umum
1. Gasoline ( Indonesia Ron 92) Wilayah Jakarta: 9.500,00 IDR (0,66 USD/Liter) Status 1 Juli 2018
2. Diesel (Indonesia Diesel 53) Wilayah Jakarta: 10.500,00 IDR (0,73 USD/Liter) Status 1 Juli 2018

C. Program Indonesia Satu Harga, harga di pengecer sebelum ada penyalur resmi :
– Tahun 2017:
1. Kec. Krayan Kab. Nunukan-Kalimantan Utara, semula Rp 40.000 (P/S) per liter
2. Kec. Anggi Kab. Pegunungan Arfak-Papua Barat, semula Rp. 15.000-30.000 per liter
3. Kec. Ilaga Kab. Puncak-Papua, semula Rp. 50.000-100.000 per liter
4. Kec. Elelim Kab. Yalimo-Papua, semula Rp. 20.000-30.000 per liter
5. Kec. Kenyam Kab. Ndunga-Papua, semula Rp. 20.000-50.000 per liter
6. Kec. Kenyam Kab. Ndunga-Papua, semula Rp. 20.000-50.000 per liter
7. Kec. Kobakma Kab. Mamberamo Tengah-Papua, semula Rp. 30.000-60.000 per liter
8. Kec. Karubaga/Wenam Kab. Tolikara-Papua, semula Rp. 20.000-50.000 per liter
9. Kec. Sugapa Kab. Intan Jaya-Papua, semula Rp. 30.000-60.000 per liter
10. Kec. Ledo Kab. Bengkayang-Kalimantan Barat, semula Rp. 10.000 (P/S) per liter
11. Kec. Batang Tarang Kab. Sanggau-Kalimantan Barat, semula Rp (P/S) 10.000 per liter
12. Kec. Pulau-pulau Batu-Nias Selatan- Sumatra Utara, semula Rp 15.000 (P/S) per liter
13. Kec. Siberut Selatan-Kep. Mentawai- Sumatra Barat, semula Rp 8.000 (P) 7.000 (S) per liter
14. Kec. Karimun Jawa-Jepara-Jawa Tengah, semula Rp 8.000 (P/S) per liter
15. Kec. Ra’as-Sumenep-Jawa Timur semula Rp 10.000 (P/S) per liter
16. Kec. Jagoi Babang- Bengkayang-Kalimantan Barat, semula Rp 10.000 (P/S) per liter
17. Kec. Long Apari Kab. Mahakam Ulu- Kalimantan Timur, semula Rp 18.000 (P/S) per liter
18. Kec. Labuhan Badas-Sumbawa-NTB, semula Rp. 8.000 (S) per liter
19. Kec. Waingapu-Sumba Timur- NTT, semula Rp 9.500 (S) per liter
20. Kec. Distrik Pania Barat/Obano- Paniai-Papua, semula Rp. 15.000 (P/S) per liter
21. Kec. Wangi-wangi Kab. Wakatobi-Sulawesi Tenggara, semula Rp 8.000 (S/P) per liter
22. Kec. Morotai Utara Kab. Morotai-Maluku Utara, semula Rp 10.000 per liter
23. Kec. Moswaren Kab. Sorong Selatan-Papua Barat, semula Rp 15.000 (P/S) per liter
24. Kec. Melonguane Kab. Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, semula Rp. 25.000 (P/S) per liter
25. Kec. Kayoa Barat-Halmahera Selatan-Maluku Utara, semula Rp.10.000 (P/S) per liter
26. Kec. Danau Sembuluh Kab. Seruyan-Kalimantan Tengah, semula Rp 10.000 (P/S) per liter
27. Kec. Amalatu, Kab. Seram Barat-Maluku, semula Rp. 10.000 (P/S) per liter
28. Kec. Paloh Kab. Sambas-Kalimantan Barat, Semula Rp 8.000 (P/S) per liter
29. Kec. Nusa Penida Kab. Klungkung-Bali, Semula Rp 10.000 (P/S) per liter
30. Kec. Kabaruan Kab. Kepulauan Talud-Sulawesi Utara, semula Rp. 10.000 (P/S) per liter
31. Kec. Suasapor Kab. Tambrauw Papua Barat, semula Rp. 20.000 (P/S) per liter
32. Kec. Oksibil Kab. Pegunungan Bintang, Papua, semula Rp. 50.000 (P/S) per liter
33. Kec. Lahomi Kab. Nias Barat-Sumatra Utara, semula Rp. Rp 10.000 (P/S) per liter
34. Kec. Bunguan Timur Kab. Natuna-Kepulauan Riau, semula Rp. 7.500 (P/S) per liter
35. Kec. Pulau Tiga Kab. Natuna-Kepulauan Riau, semula Rp. 7.500 (P/S) per liter
36. Kec. Enggano Kab. Bengkulu Utara-Bengkulu, semula Rp. 10.000 (P/S) per liter
37. Kec. Biduk Biduk, Kab. Berau-Kalimantan Utara, semula Rp. 12.000 (P/S) per liter
38. Kec. Atambua, Kab. Belu-Nusa Tenggara Timur, semula Rp. 8.000 (P/S) per liter
39. Kec. Sipora Utara Kab. Kepulauan Mentawai-Sumatera Barat, semula Rp. 10.000 (P/S) per liter
40. Kec. Una-Una Kab. Tojo-Sulawesi Tengah, semula Rp. 10.000 (P/S) per liter
41. Kec. Mindiptana Kab. Boven Digoel-Papua, semula Rp. 10.000 per liter
42. Kec. Sajingan Besar Kab. Sambas-Kalimantan Barat, semula Rp. 9.000 per liter
43. Kec. Kep. Aruri Kab. Supiori-Papua, semula Rp. 20.000 per liter
44. Kec. Inanwatan Kab.Sorong Selatan-Papua Barat, semula Rp. 15.000 per liter
45. Kec. Weda Kab. Halmahera Tengah-Maluku Utara, semula Rp. 8.000 per liter
46. Kec. Waropen Bawah Kab.Waropen-Papua, semula Rp. 10.000 per liter
47. Kec. Tj. Palas Tengah Kab. Bulungan-Kalimantan Utara, semula Rp. 10.000 per liter
48. Kec. Wangi-wangi Selatan Kab. Wakatobi-Sulawesi Tenggara, semula Rp. 9.000 per liter
49. Kec. Puring Kencana Kab. Kapuas Hulu-Kalimantan Barat, semula Rp. 9.000 per liter
50. Kec. Tabalar Kab. Berau- Kalimantan Timur, semula Rp. 15.000 per liter
51. Kec. Kelay Kab. Berau-Kalimantan Timur, semula Rp. 9.000 per liter
52. Kec. Nonggunong Kab.Sumenep, Jawa Timur, semula Rp. 10.000 per liter
53. Kec. Jemaja Kab. Anambas-Kepulauan Riau, semula Rp. 10.000 per liter
54. Kec. Tambelan Kab. Bintan-Kepulauan Riau, semula Rp. 25.000 per liter
55. Kec. Pulau Laut Kab. Natuna-Kepulauan Riau, semula Rp. 10.000 per liter
56. Kec. Serasan Kab. Natuna-Kepulauan Riau, semula Rp. 9.000 per liter
57. Kec. Sandai Kab. Ketapang-Kalimantan Barat, semula Rp. 7.000 per liter
– Tahun 2018:
58. Kec. Sei Menggaris Kab. Nunukan-Kalimantan Utara, semula Rp. 10.000 (P) 8.000 (S) per liter
59. Kec. Liang Kab. Banggai Kepulauan-Sulawesi Tenggah, semula Rp. 12.000 (P) 10.000 (S) per liter
60. Kec. Banggai Tengah Kab. Banggai Laut-Sulawesi Tenggah, semula Rp. 30.000 (P) 15.000 (S) per liter
61. Distrik Prime Kab. Lanny Jaya-Papua, semula Rp. 40.000 (P) 20.000 (S) per liter
62. Kec. Way Tenong Kab. Lampung Barat-Lampung, Semula Rp. 7.500 – 8.000 (S) per liter
63. Kec. Wawoni Barat Kab. Konawe Kepulauan – Sulawesi Tenggara, Semula Rp. 8.000-15.000(P), 7.000-18.000 (S) per Liter
64. Kab. Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, Semula Rp. 7.200-8.000(P), 6.000-7.000 (S) per Liter.
65. Kab.Asmat Papua, Semula Rp. 15.000-18.000 (P/S) per Liter.
66. Kab. Kepulauan Sula Maluku Utara, Semula Rp. 15.000-17.000 (P), 7.000-9000 (S) per Liter.

Saat ini, harga BBM di penyalur lokasi tersebut sesuai harga penetapan Pemerintah yaitu premium JBKP Rp 6.450 perliter, Solar/Biosolar JBT Rp 5.150 per liter.

Realisasi Lokasi BBM Satu Harga 2017: Pertamina 54 Lokasi & AKR 3 Lokasi
Target Lokasi BBM Satu Harga 2018: 73 lokasi

Note:
Harga semula pada lokasi BBM satu harga sumber BPH Migas (last update 30 April 2018)

D. Per-Negara status data Tgl 16 Juli 2018 dengan Kurs Tengah BI Rp.14.396/USD (sumber: http://www.globalpetrolprices.com)
1. Gasoline
– Malaysia : 7.629,88 IDR (0,53 USD/Liter)
– Thailand : 15.691,64 IDR (1,09 USD/Liter)
– Singapore : 23.033,60 IDR (1,60 USD/Liter)
– Philippines : 14.683,92 IDR (1,02 USD/Liter)
2. Diesel
– Malaysia : 7.773,84 IDR (0,54 USD/Liter)
– Thailand : 12.380,56 IDR (0,86 USD/Liter)
– Singapore : 17.419,16 DR (1.21 USD/Liter)
– Philippines : 12.092,64 IDR (0,84 USD/Liter)

7. Progres Penyaluran Premium Jamali

Total SPBU Premium eksisting 1.519, dengan target Premium Reborn 571 SPBU, dan Realisasi 571 SPBU sudah menjual Premium. Detil status SPBU per Provinsi di Jamali adalah sbb:
– Jawa Barat : 278 SPBU Eksisting; 246 Target Reborn Premium; 246 sudah menjual Premium.
– Banten : 97 SPBU Eksisting; 54 Target Reborn Premium; 54 sudah menjual Premium.
– DKI Jakarta : 186 SPBU Eksisting; 10 Target Reborn Premium; 10 sudah menjual Premium.
– Jawa Tengah : 255 SPBU Eksisting; 117 Target Reborn Premium; 117 sudah menjual Premium.
– DI Yogyakarta : 51 SPBU Eksisting; 13 Target Reborn Premium; 13 sudah menjual Premium.
– Jawa Timur : 518 SPBU Eksisting; 125 Target Reborn Premium; 125 sudah menjual Premium.
– Bali : 134 SPBU Eksisting; 6 Target Reborn Premium; 6 sudah menjual Premium.

Catatan:
Laporan Posko Nasional ESDM, Rabu 27 Juni 2018 Shift II.
Sebanyak 438 SPBU telah dimonitor, dan sisanya akan segera dilakukan monitoring.

8. Berita OPEC Harian

Harga Referensi OPEC Basket data tanggal 19 Juli 2018 sebesar $ 70,91/b. Data WTI tanggal 19 Juli 2018 sebesar $ 69,46/b mengalami kenaikan 1,01% dari hari sebelumnya. Harga gasoline RBOB data tanggal 19 Juli 2018 sebesar $ 2,04/gal tidak mengalami perubahan dari hari sebelumnya. Sedangkan ICE Brent pada 19 Juli 2018 sebesar $ 72,58/b mengalami penurunan 0,44% dari hari sebelumnya.

Note: Faktor utama naiknya harga minyak karena salah satu produsen utama OPEC yakni Arab Saudi mengatakan ekspornya akan mengalami penurunan.

9. Harga Batubara Acuan

A. Harga Batubara Acuan status bulan Juli 2018 CV 6322 kcal/kg GAR = 104,65 USD/ton
B. Rencana Produksi Batubara tahun 2018 = 485 juta ton
C. Rencana DMO Batubara tahun 2018 = 114 juta ton

sumber :
Kepmen ESDM No. 1892K/30/MEM/2018 tentang Harga Batubara Acuan bulan Juli 2018

10. Harga Mineral Acuan

Harga Mineral Acuan, status bulan Juli 2018
1. Tembaga (Cu): 6.996,69 USD/dmt
2. Nikel (Ni): 15.067,86 USD/dmt
3. Kobalt (Co) : 86.321, 43 USD/dmt
4. Aluminium (Al): 2.275,45 USD/dmt
5. Timbal (Pb): 2.452,33 USD/dmt
6. Seng (Zn): 3.128,57 USD/dmt
7. Emas sebagai Mineral Ikutan: 1.295,15 USD/ounce
8. Perak sebagai Mineral Ikutan: 16,62 USD/ounce

Sumber:
Kepmen ESDM No. 1892K/30/MEM/2018 tentang Harga Mineral Acuan Logam bulan Juli 2018

11. Status Ketenagalistrikan

Sistem Ketenagalistrikan Jamali:
Wilayah jawa dan bali terdiri 1 sistem ketenagalistrikan jamali dgn status siaga tgl 19 Juli 2018 (cadangan putar 596,36 MW).

Sistem Ketenagalistrikan Non-Jamali:
– Wilayah sumatera terdiri dari 7 sistem ketenagalistrikan dgn status 19 Juli 2018:
4 normal (sbu, sbst (interkoneksi sbs-sbt), batam-bintan (interkoneksi batam-tn. pinang), belitung);
1 siaga (bangka);
0 defisit.

– Wilayah Indonesia timur terdiri dari 12 sistem besar ketenagalistrikan dgn status 19 Juli 2018:
7 normal (kendari, sulbagsel, lombok, kupang, ambon, sorong, jayapura);
4 siaga (khatulistiwa, barito-mahakam (interkoneksi kaltim-kskt), sulutGo, ternate);
0 defisit.

Catatan:
• Penurunan Unplanned produksi sebesar 24,7 mbopd & 120 mmscfd, serta Planned sebesar 0,5 mbopd & 67 mmscfd.

Keterangan Penurunan:
a) Planned
1. Star Energy: -0,5 mbopd & -24 mmscfd; Perbaikan instrument KF Taurus Gas Comp tmt 14 Juli. Est s/d 21 Juli.
2. ENI: -43 mmscfd; Keg preventive maintenance 8K secara berurutan EGC-2,1,3 tgl 18 Jul – 1 Agt.

b) UnPlanned
1. CPI & BOB BSP: -23,9 mbopd; akumulasi Prod trtahan sbsar 53 mbbls di Kotabatak dikrnkan pigging stuck (Perkiraan awal posisi pig antara km 29.075 – km 30.875) tgl 13 Juli. pukul 14.00 14 Juli mulai mematikan smr, 320 smr di CPI dimatikan hingga saat ini. by pass line 6” tlh berhasil tie in sepanjang 2 km dari km 28.100 dan sdg dilakukan pengetesan. Secara parallel jg dilakukan inject chemical untuk mlarutkan wax. Apabila upaya tersebut tdk berhasil maka akan dilakukan penambahan bypass line 8” dari km 30.000 ke km 31.600
2. Petronas Ketapang; -0,8 mbopd & -22 mmscfd; GTC A di FSO trip tmt 14 Juli. Sdg dlm perbaikan. Estimasi 21 Jul back online
3. CNOOC: -98 mmscfd; Kebocoran di 20”subsea gas line CNOOC ke PLTGU Clilegon jam 8.50. ditemukan pipa putus, sdg dilakukan upaya untuk rektifikasi pipa.

c) Operasional

d) Offtaker
1. JOB Medco Tomori: -1,4 mbopd & -53 mmscfd; Prod diturunkan terkait prmasalahan pd unit Boiler offtaker PAU tmt 12 Jul. Perkiraan perbaikan 10 hari.
2. PHE WMO: -0,8 mbopd; LPG Plant pertagas Shutdown akibat prmasalahan pd comp pd 15 Juli jam 00.46. Sdg dalam perbaikan.

e) Subsurface

– Target Produksi dan ICP hasil rapat paripurna DPR-RI
– Sistem ketenagalistrikan wilayah SBS dan SBT telah interkoneksi
– Sistem ketenagalistrikan wilayah batam dan tj. pinang telah interkoneksi
– Sistem ketenagalistrikan wilayah barito dan mahakam telah interkoneksi
– Kondisi sistem ketenagalistrikan wilayah jayapura status tgl 8 Juli 2018
– Kondisi sistem ketenagalistrikan wilayah kendari dan sulbagsel status tgl 10 Juli 2018
– Kondisi sistem ketenagalistrikan wilayah sorong status tgl 11 Juli 2018
– Kondisi sistem ketenagalistrikan wilayah jayapura status tgl 15 Juli 2018
– Kondisi sistem ketenagalistrikan wilayah ambon status tgl 16 Juli 2018
– Kondisi sistem ketenagalistrikan wilayah lombok dan sulutGo status tgl 17 Juli 2018
– Kondisi sistem ketenagalistrikan wilayah ternate dan kupang status tgl 18 Juli 2018.

French and Africa!

FRANCE IS THE ONLY AFRICAN TEAM LEFT IN THE WORLD CUP ⚽

France World Cup Players

1) Presnel Kimpembe – Congo

2) Samuel Umtiti – Cameroon

3) Paul Pogba- Guinea

4) Kylian Mbappé – Cameroon/Nigeria

5) Ousmane Dembélé – Senegal/Mali

6) Corentin Tolisso – Togo

7) N’Golo Kanté – Mali

8) Blaise Matuidi – DR Congo, Angola

9) Steven Nzonzi – DR Congo

10) Steve Mandanda – DR Congo

11) Adil Rami – Morocco

12) Nabil Fekir – Algeria

13) Djibril Sidibé – Senegal

14) Benjamin Mendy – Senegal

Say what you want about France but their preparation for this tournament was second to none. Spent half the 19th century conquering Africa so they could build this side 😄

Cakil.

Layakkah Mr Cakil Dipenjara?
Oleh
Indra J Piliang
Sang Gerilya Institute

Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Markas Besar (Mabes) Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dengan cepat berhasil menangkap pembobol situs Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI. Namanya keren: Mr Cakil alias DS. Usianya? Baru 18 tahun. Sehari-hari dia bekerja membantu pamannya berjualan bubur ayam. Mr Cakil belajar dari google tentang bagaimana membobol situs Bawaslu RI. Yang juga membuat polisi berdecak kagum, Mr Cakil selama ini sudah membobol puluhan situs, termasuk situs DPRD Provinsi Banten, Dinas Pedesaan di Banten dan Universitas Brawijaya.

Berapa lama Mr Cakil belajar secara otodidak? Dua tahun. Artinya, Mr Cakil belajar sejak berusia 16 tahun. Ia memiliki waktu lebih banyak, berhubung berhenti dari Sekolah Menengah Pertama (SMP), setelah ibunya meninggal dunia. Mr Cakil berasal dari Desa Cibuntu, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Bekasi.

Polisi mengamankan barang bukti berupa satu buah smartphone, duabuah kartu Subscriber Identity Modul (SIM), dua buah kartu micro Secure Digital (SD) yang masing-masing berkapasitas 16 gigabyte dan sebuah akun facebook dengan nama Muhammad Acil (Alone).

Mr Cakil lahir pada tahun 2000. Ia termasuk kategori Generasi Z dalam tipologi yang diulas oleh sosiolog Karl Mannheim. Generasi Z adalah mereka yang sangat familiar dengan internet. Mereka lahir antara tahun 1995 sampai tahun 2010. Usia tertua sekarang adalah 23 tahun. Artinya, mereka yang berusia tertua itu sudah menjadi pemilih pemula pada pemilu dan pilpres 2014. Mereka bisa jadi sudah mengikuti pemilihan kepala desa (walinagari) dan pilkada lebih dari satu kali.

Yang jelas, lebih dari 40 % dari Generasi Z ini bakal menjadi pemilih dalam Pemilu dan Pilpres Serentak tanggal 17 April 2019 nanti.

Saya menduga, Generasi Z dan sebagian dari Generasi Millenial alias Generasi Y yang lahir sebelum mereka, adalah pihak yang tak terjangkau oleh survei-survei tradisional. Ketika lembaga-lembaga survei dihantam dengan “penyimpangan angka” hasil survei terakhir dengan hasil pilkada serentak 2018 ini, asumsi saya makin besar. Soalnya, kenaikan suara pasangan Sudrajat – Ahmad Syaikhu di Jawa Barat atau Sudirman Said – Ida Fauziyah di Jawa Tengah equivalen dengan kehebatan kampanye digital kedua pasangan ini di media sosial. Situs-situs perekam pertarungan sosial media di masing-masing provinsi mencatat kehandalan akun-akun sosial yang mendukung kedua pasangan ini bisa menyaingi atau bahkan mengungguli pasangan-pasangan lain.

Teori betapa pengaruh media sosial dalam pilkada kurang dari 5% yang didapatkan oleh lembaga-lembaga survei, seyogianya ditinjau kembali.

Dengan ciri-ciri yang sudah banyak dibahas, sulit sekali bagi surveyor manapun untuk bisa mewawancarai Generasi Z ini. Mereka rata-rata asosial, namun aktif di media sosial. Mereka berbicara di media-media sosial yang mereka miliki. Sama sekali sulit berkomunikasi dengan mereka dalam waktu yang lama, katakanlah limabelas atau tigapuluh menit, apatah lagi satu jam atau lebih. Sementara, rata-rata satu quisioner yang disiapkan oleh lembaga survei membutuhkan waktu untuk wawancara sekitar satu jam lebih. Dengan aktivitas mereka yang sekitar 18 jam di media-media sosial, katakanlah 6 jam untuk istirahat dan tidur, sudah pasti mereka bakal juga tersentuh dengan aktivitas kampanye politik yang dilakukan oleh pihak lain, katakanlah Generasi Y dan Generasi X. Minimal, dalam akun-akun facebook, instagram atau twitter, mereka yang bukan anonim bakal berteman dengan paman, tante, kakak ataupun keluarga batih dan keluarga besar lainnya. Walau bisa saja pasif, tapi setidaknya status yang dimiliki oleh lingkaran pertemanan dalam akun-akun media sosial mereka secara sengaja atau tidak sengaja bisa mereka baca.

***

Saya tidak ingin menulis lebih lanjut tentang pengaruh media sosial dalam pilkada serentak 2018 lalu. Yang saya tertarik, bagaimana seorang Mr Cakil muncul di tengah-tengah pusaran (kriminal) politik nasional? Di tengah-tengah down-nya situs perhitungan suara yang dimiliki Komisi Pemilihan Umum (KPU), serta terjadinya pembajakan atas situs Bawaslu RI; kenapa justru Mr Cakil malah dijadikan sebagai tersangka? Bukankah Mr Cakil ini yang menunjukkan kepada bangsa dan negara Indonesia tentang rentan, lemah dan rapuhnya firewall yang melindungi situs-situs resmi yang menjadi rujukan banyak pihak?

Satu orang Mr Cakil sudah mampu berhadapan dengan Cyber Crime yang dimiliki oleh Mabes Polri. Bagaimana jika yang belajar secara otodidak itu lebih dari seorang? Katakanlah sepuluh orang remaja putus sekolah. Jangan-jangan, mereka bukan hanya bisa memindahkan gunung, tapi malah mengguncangkan jagat raya perpolitikan kita. Mereka bisa saja menyasar beragam situs, bukan saja milik pemerintah atau swasta yang diakui oleh Mr Cakil dengan bangga, tetapi juga milik lembaga-lembaga internasional. Pun dengan peralatan yang sederhana yang kini sudah ada di tangan jutaan anak-anak Indonesia: smartphone.

Yang saya bayangkan sederhana, bukan juga cara baru, yakni Mr Cakil justru direkrut oleh negara untuk menjebol situs-situs yang penting dalam simulasi yang terkoordinasi. Bukankah di negara-negara maju, sosok seperti Mr Cakil ini malahan dipekerjakan di pusat-pusat riset dan pengembangan yang dimiliki oleh lembaga-lembaga penting? Katakanlah Central Intelligence Agency (CIA) alias badan intelijen milik Amerika Serikat. Bukan saja Amerika Serikat yang merekrut anak-anak ajaib seperti Mr Cakil, tetapi juga China, Singapura, Inggris dan lain-lain. Mereka malah menyekolahkan remaja-remaja seperti Mr Cakil, sembari aktivitas mereka disembunyikan dari publik. Apabila Mr Cakil dan kawan-kawannya dikriminalisasi secara biasa, justru kemampuannya sama sekali bakal padam. Bangsa juga tak bisa berpijar.

Pemilihan nama Mr Cakil juga bukan nama biasa. Hikayat bangsa Indonesia sudah lama mengenal nama Buto Cakil atau Mpu Cakil. Nama Cakil identik dengan sakti, urakan dan merdeka. Di zaman Kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung Hanyakrakusumo menciptakan tokoh raksasa bernama Buto Cakil yang ahli memainkan keris Kulomunyeng. Keahlian itu membuat Buto Cakil tak terkalahkan. Ia hanya bisa dikalahkan oleh kerisnya sendiri, akibat tertusuk sendiri, dalam kesombongan yang dilakukan secara sembrono.

Mirip dengan kisah tertusuknya Maharaja Prabu Linggabuana oleh keris Mpu Gandring di Bubat, akibat melompat dari atas kudanya, lalu tergelincir gegara menginjak kotoran kerbau Si Binuang yang ditambatkan di area perkemahan Mahapatih Gajah Mada. Kebetulan, Gajah Mada sedang memegang Mpu Gandring yang selalu dibawanya berkeliling nusantara itu. Keris yang tak pernah membunuh raja manapun selama pelaksanaan Sumpah Palapa itu, ternyata menusuk dada seorang raja yang tergelincir, akibat amukan amarah untuk ingin balik ke tanah Sunda. Bagaimana tidak marah? Maharaja Hayam Wuruk yang sudah tiga hari ditunggu, ternyata masih berpesta di satu pedesaan.

Dalam sandiwara radio yang terkenal pada akhir tahun 1980an dan awal tahun 1990an, terdapat kisah Mpu Tong Bajil. Nama Tong Bajil sendiri sudah ada dalam zaman Kerajaan Kediri, sebagai salah satu korban keris Mpu Gandring selain Kebo Ijo, Ken Arok dan Anusapati. Sosok Tong Bajil dalam sandiwara Arya Kamandanu itulah yang mengingatkan sosok Mpu Cakil. Dalam kisah Wiro Sableng, “Mpu Cakil” atau “Tong Bajil” atau “Buto Cakil” itu adalah Wiro Sableng sendiri, juga dua orang gurunya: yakni Sito Gendeng dan Kakek Segala Tahu. Sastra klasik Indonesia itu sangat menerima kehadiran sosok-sosok aneh yang ilmunya melebihi manusia normal. Lagak apapun yang mereka peragakan, sama sekali tak memicu antipati, apalagi sampai melahirkan komunitas haters di media sosial. Bahkan, kentut mereka yang bertuah dan gigi mereka yang hitam sama sekali tak memunculkan para pembully.

Bagi saya, kehadiran Mr Cakil adalah bentuk dari kesaktian remaja-remaja zaman baru yang sama sekali tak bisa ditangkap, diadili dan dipidana dengan hukum-hukum yang mulai menunjukkan kekunoannya. Seorang asisten dalam berjualan bubur dengan penghasilan yang hanya bisa digunakan untuk membeli pulsa, sama sekali bukan musuh bangsa ini. Mr Cakil bukan kriminal, tapi seniman yang sedang menguji seberapa kuatnya benteng-benteng pemilu yang sdbuat oleh lembaga-lembaga negara.

Kembalikan Mr Cakil ke bangku sekolah. Daripada ia dihukum dengan ancaman selama sepuluh tahun penjara, lebih baik disekolahkan sampai jenjang perguruan tinggi. Amandemen kembali Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Bikin pasal khusus atau pasal tambahan dalam revisi UU ITE itu yang bisa memberikan kekecualian bagi remaja seperti Mr Cakil untuk tidak ikut terkena pidana. Atau, kalaupun ia dipidanakan, pakai nama lama: disekolahkan. Sehingga, ketika ia menamatkan sekolah sepuluh tahun lagi, di usia 28 tahun, ia sudah menjadi seorang ahli di bidang teknologi informasi yang lahir dari Generasi Z.

Bukankah setelah Generasi Z, bakal muncul Generasi Alpha yang lebih nCakil dan makin mBajil lagi?

Jakarta, 07/07/2018

NB: Tulisan ini boleh dimuat di situs manapun, termasuk situs Bawaslu.
#GenerasiZ #GenerasiAlpha #MrCakil #WiroSableng #TuturTinular #CIA #Bawaslu #KPU #EmpuGandring

Radikal revisited.

ITB KAMPUS RADIKAL
Oleh: Radhar Tribaskoro

Tahun 1980an ketika saya menggeluti dunia kemahasiswaan di ITB tidak ada yang menjuluki ITB sebagai kampus radikal. Padahal belum lama, tahun 1978, kampus itu diserbu dan diduduki oleh tentara. Pemerintah Orde Baru tidak suka kepada mahasiswa ITB yang mengumumkan penolakan atas pencalonan kembali Soeharto sebagai presiden. Penyerbuan itu memicu penyerbuan atas kampus-kampus lain. Tahun 1978 itu saya masih siswa SMA XI Bulungan, ikut diserbu juga karena mengadakan demo solidaritas untuk mahasiswa ITB. Kepala sekolah, guru dan beberapa pengurus OSIS kena popor. Lumayan chaos juga waktu itu.

Walau begitu tidak ada orang bilang kampus ITB adalah kampus radikal. Padahal, kritik-kritik mahasiswa ITB yang tercantum dalam Buku Putih Mahasiswa ITB (salah satu penulisnya RIzal Ramli) menurut saya cukup radikal. Buku Putih itu menyoal dwifungsi ABRI, mafia berkeley, mafia bisnis jepang, termasuk first lady teen percent. Semua masalah itu masih menggema bahkan sampai saat ini.

Jadi darimana muncul radikalisme yang dituduhkan oleh pemerintah itu?

Saya kebetulan menjadi bagian dari satu periode panjang gerakan mahasiswa yang merentang sejak 1980 s/d 1998. Saya akan coba menelusuri sejak kapan dan dalam cara bagaimana radikalisme dikatakan menyusupi ITB.

Pada masa itu gerakan mahasiswa terlarang. Organisasi mahasiswa seperti Dewan Mahasiswa (lembaga eksekutif) dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (lembaga legislatif) dibubarkan. Pemerintah beralasan kok ada lembaga eksekutif dan legislatif segala, memangnya mahasiswa mau bikin “negara dalam negara.” Saya ingat kami, mahasiswa yang tergabung dalam Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan (PSIK) – sebuah unit kegiatan di ITB, ketawa bareng membaca argumen itu. Mana ada negara luasnya cuma sebatas jalan ganesha. DM-MPM itu emangnya mengurus apaan?

Hehehe… jadi jangan terlalu terkesiap, pemerintah itu sejak dulu suka memproduksi argumen konyol.😂😅

TRANSFORMASI GERAKAN MAHASISWA

Sepanjang 1980an tuntutan gerakan mahasiswa berkisar pada kebebasan berkumpul, berserikat, dan berpikir. Tuntutan ini saya kira terkait dengan kondisi pada waktu itu yang tidak memungkinkan mahasiswa berorganisasi secara mandiri. Karena tidak mendapat tempat di kampus secara perlahan tetapi pasti gerakan mahasiswa menyebar ke masyarakat. Dimulai dari pembentukan kelompok-kelompok studi lantas meluas menjadi LSM-LSM dengan berbagai bidang garapan. Dengan bergabung ke dalam aneka LSM gerakan mahasiswa secara otomatis bertransformasi menjadi gerakan sosial.

Sampai di sini saya ingin mengatakan bahwa perkembangan gerakan mahasiswa selalu merupakan respon atas aksi atau tindakan negara. Dengan demikian, transformasi gerakan mahasiswa menjadi gerakan sosial tidak dapat dilepaskan dari rantai restriksi di kampus yang dibentangkan oleh pemerintah sendiri.

Setelah bertransformasi menjadi gerakan sosial maka tinggal menunggu waktu untuk bertransformasi lagi menjadi gerakan politik. Dan demikianlah yang terjadi, para mahasiswa (banyak yang sudah mantan waktu itu) akhirnya membentuk sebuah partai politik disebut Partai Rakyat Demokratik. Transformasi ini bersifat final, dalam arti bahwa sekarang mahasiswa secara terbuka mau berebut kekuasaan dengan rejim orde baru.

Mahasiswa Bandung pada waktu itu tidak mendukung pendirian PRD.

PRD sendiri berawal dari organisasi semi-politik SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi). Mahasiswa Bandung sepakat dalam pembentukan SMID. Namun ketika mahasiswa-mahasiswa terutama dari Yogyakarta menghendaki langkah lebih progresif untuk membentuk partai politik, Bandung menolak. Saya waktu itu memperkirakan rejim tidak akan menerima transformasi yang terlalu jauh. Mereka akan bertindak keras untuk mencegah gerakan mahasiswa bereskalasi vis a vis Orde Baru.

RESPON KERAS NEGARA

Kecurigaan saya terbukti. Setelah mahasiswa Yogyakarta nekad membentuk PRD, mahasiswa Bandung membentuk organisasi semi politik baru yang diberi nama Aldera (Aliansi Demokrasi Rakyat). Kedua organisasi itu dihantam dengan sangat keras, para pemimpinnya bahkan diculik.

Sampai di sini saya ingin kembali ke gerakan mahasiswa ITB. Jauh sebelum SMID, PRD dan Aldera terbentuk, perlawanan mahasiswa terpusat di kampus ITB. Perlawanan itu tidak pernah surut sejak 1978 sebab ada kegiatan regenerasi kepemimpinan yang terus berlangsung di PSIK maupun himpunan-himpunan jurusan. Perlawanan malah semakin menyebar dengan semakin intensnya keterlibatan mahasiswa ITB dalam penyediaan layanan bantuan hukum, bantuan teknologi tepat guna dan layanan LSM lainnya.

Perlawanan mahasiswa ITB tersebut, pada suatu titik, harus dimatikan. Penguasa hanya butuh satu alasan, dan alasan itu datang dalam sebuah demo kecil yang menolak kedatangan Mendagri Rudini di salah satu asrama ITB. Demo itu harus terjadi. Karena sejak peristiwa pembunuhan Rene Conrad di tangan kadet kepolisian dan pendudukan kampus oleh TNI ada mitos di kalangan mahasiswa bahwa tidak boleh ada menteri datang ke kampus ITB.

Demo itu biasa saja, hanya diikuti beberapa puluh orang (karena kebanyakan mahasiswa masih libur semesteran) dan berlangsung kurang dari sejam. Yang luar biasa adalah respon negara. Rupanya inilah titik kulminasi yang mereka tunggu. Bakorstanasda turun penuh, perintah penangkapan dikeluarkan kepada puluhan aktivis mahasiswa ITB. Rektor ITB ketika tidak ketinggalan, puluhan mahasiswa dipecat atau diskors. Forum Komunikasi Himpunan Jurusan (FKHJ) yang pada saat itu menjadi lembaga sentral mahasiswa dibubarkan. Semua itu terjadi pada bulan Agustus 1988.

RADIKALISME KAMPUS ITB

Peristiwa Agustus 1988 menjadi titik tolak yang penting dalam gerakan mahasiswa di ITB khususnya. Setelah peristiwa ini aktivis-aktivis mahasiswa ITB hampir serentak meninggalkan Bandung menuju Jakarta. Di sana mereka menempuh karir profesional (Ridwan Jamaludin, Sesmen Menkomaritim), karir politik (Pramono Anoeng, wakil ketua DPRRI), aktivis HAM (Hendardi, Direktur Setara Institute) atau aktivis sosial (Fadjroel Rahman).

Kampus ITB dengan sendirinya mengalami vakum dari aksi-aksi politik. Benarkah?

Peristiwa 5 Agustus 1988 memang berhasil menyingkirkan suatu kelompok aktivis mahasiswa. Namun sejalan dengan ketidak-hadiran kelompok tersebut maka menyerbu masuk kelompok lain, yang sebelumnya sulit berkembang. Kelompok tersebut membangun intelektualisme bersendikan Islam. Kegiatannya lebih banyak bersifat pengajian dan sosial sehingga relatif mudah diterima oleh rektorat ITB.

Sampai di sini saya harus lebih detil, karena ‘intelektualisme bersendikan Islam’ itu banyak ragamnya. Dan saya tidak ingin orang menggebyah-uyah sehingga menimbulkan salah pengertian.

TRADISI INTELEKTUAL MAHASISWA ITB

Tradisi intelektual mahasiswa ITB bermuara kepada 2 sumber. Sumber pertama adalah sosialisme. Kalau saya mengatakan sosialisme jangan ditafsirkan bahwa ada mahasiswa ITB yang murid fanatik Karl Marx. Sejatinya, saya tidak pernah menjumpai orang semacam itu.

Banyak orang lantas mengaitkan sosialisme itu dengan PSI (Partai Sosialis Indonesia) yang tokohnya waktu itu di Bandung, Rachman Tolleng, sering menjadi narasumber dan sangat dihargai oleh mahasiswa. Jadi seakan-akan mahasiswa ITB siap-perintah-laksanakan apapun diminta bung RT. Sejatinya mahasiswa ITB tidak pernah beraksi karena disuruh orang. Aktivis ITB sangat mandiri, mereka punya uang. Kalau tidak punya uang ke Jakarta mereka melompat ke gerbong Kereta Api dan main gaple dengan crew.

Pengalaman intelektual saya di ITB tidak pernah diajarkan ideologi. Kami belajar menggunakan akal sehat, menggunakan rasionalitas. Lain dari itu kami diajar berbelas kasih kepada rakyat. Saya masih ingat dalam pendidikan dasar PSIK, Indro Tjahyono bilang “Subsidi negara untuk pendidikan kita sangat besar, SPP itu tidak ada artinya. Kita berutang budi kepada rakyat yang membiayai kita sekolah di sini.” Oleh karena itu berjuang untuk rakyat mestilah menjadi kemestian bagi semua mahasiswa.

Aktivis Student Center ITB tidak pernah menyebut dirinya sosialis, mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai kelompok independen. Seperti diketahui organisasi-organisasi mahasiswa selepas Orde Lama hampir semua berafiliasi kepada partai politik. Misalnya GMNI berafiliasi ke PDI, Gemsos berafiliasi kepada PSI, CGMI kepada PKI, HMI ke Masyumi atau PPP dsb. Aktivis ITB tidak berafiliasi kepada partai manapun.

Sikap independen ini merata di seluruh organisasi mahasiswa ITB, baik DM, Himpunan/Jurusan atau Unit Kegiatan. Akibatnya eksistensi organisasi ekstra-universitas (GMNI, HMI, PMII, dsb) relatif sangat terbatas. Berbeda dengan keadaan di kampus-kampus lain.

Sumber intelektual kedua adalah pemikiran Islam, dalam hal ini adalah pemikiran tauhid yang diajukan oleh Imaduddin Abdurrachman seorang dosen ITB dan mantan aktivis HMI. Pemikiran Islam yang disampaikan oleh Bang Imad, begitu kami memanggilnya, sangat rasional sehingga mudah dicerna oleh kebanyakan mahasiswa ITB. Pada tahun 1980-1990an mahasiswa-mahasiswa yang terinspirasi oleh Bang Imad terkonsentrasi di Masjid Salman. Mereka tidak banyak ikut berkecimpung di Student Center ITB, pusat perlawanan mahasiswa kepada rejim Soeharto waktu itu.

Dominasi kelompok independen atas aktivisme di kampus ITB mau tidak mau mengusik sejumlah mahasiswa muslim juga. Dimotori oleh aktivis mahasiswa dari Departemen Geodesi, yaitu Arwin Lubis, Syahganda dan Ultra Syahbunan, berdirilah Keluarga Mahasiswa Islam ITB, atau Gamais.

Namun perlu dicatat, Gamais dan kelompok independen hanya pengelompokan habitat saja. Keduanya sangat mengedepankan rasionalitas dan kecintaan kepada masyarakat, sehingga dalam berbagai aksi menghadapi rejim Orba tidak ada kesulitan bagi keduanya untuk bergabung.

KELOMPOK RADIKAL DI ITB?

Sepeninggal kelompok independen aktivis Gamais mendominasi aktivisme di ITB. Untuk beberapa saat mereka memberi perlawanan atas kekuasaan rektorat yang antipati kepada kegiatan intelektual maupun aksi politik. Namun pihak rektorat ITB sudah berbulat-tekad mengggulung semua aktivis anti-pemerintah. “Kalau perlu dengan memecat separuh mahasiswa,” kata Wiranto Arismunandar, Rektor ITB saat itu. Gamais akhirnya pun surut.

Rejim tentunya sangat puas atas berhasilnya kampus ITB dinetralisir, lepas dari kenyataan bahwa sebetulnya gerakan mahasiswa telah sepenuhnya bertransformasi menjadi gerakan sosial. Pada tahun 1997, Wiranto Arismunandar diangkat menjadi Mendiknas, sementara Purek III Bidang Kemahasiswaan Dr. Indradjati Sidi diangkat menjadi Dirjen Dikdasmen. Tetapi kalau mereka berpikir berhasil membungkam perlawanan mahasiswa mereka harus gigit jari.

Suatu bentuk perlawanan lain dengan inspirasi intelektual yang berbeda tumbuh seperti kecambah. Pertama, sejalan dengan jatuhnya rejim Orba muncul kekuatan baru yang membentuk Partai Keadilan. Di Bandung, partai ini menimba kadernya dari kampus ITB terutama. Banyak mahasiswa ITB yang berhasil direkrut oleh PK melalui berbagai liqo’ atau halaqoh yang mereka selenggarakan. Apakah mereka radikal? Tentu saja tidak, sebab Partai Keadilan (sekarang PKS) menempuh jalan konstitusional dalam mencapai cita-citanya.

Kelompok lain yang juga tumbuh bagai kecambah di kampus ITB adalah Hizbut Tahrir. Kelompok ini belum terlalu lama masuk ke Indonesia. Pertama kali didirikan oleh Al-Nabani Hizbut Tahrir bertujuan membangun kekalifahan yang membentang dari Maroko sampai Pilipina Selatan. Hizbut Tahrir berhasil membangun akarnya di kampus-kampus Indonesia. Tahun lalu organisasi ini dilarang oleh pemerintah. Apakah Hizbut Tahrir radikal?

Radikal tidak berasosiasi selalu negatif. Bagi kebanyakan aktivis radikal memiliki makna positif yaitu pengertian yang mendalam sampai menyentuh akar (radics) permasalahan. Tetapi pemerintah lebih suka menggunakannya secara negatif, yaitu menunjuk kepada orang yang bertindak atas dasar kebencian dan tidak toleran. Menurut hemat saya, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) tidak termasuk dalam pengertian radikal itu. HTI tidak melakukan tindak kekerasan, mereka berdemo dengan santun, menghormati sarana publik dan tidak meninggalkan sampah. Mereka juga tidak berkomunikasi dengan bahasa kebencian.

Memang mereka memperjuangkan negara khilafah berdasar syariat islam, namun bila perjuangan mereka sebatas ide atau gagasan konstitusi kita tidak melarang. Apa yang mereka lakukan masih dilindungi oleh prinsip kebebasan berpikir. Apa yang mereka lakukan tidak berbeda dengan mempelajari, memperdebatkan atau mendiskusikan Marxisme atau Neoliberalisme. Bila dua hal terakhir bukan masalah tentu ‘negara khilafah’ juga bukan masalah.

Jadi siapa yang sesungguhnya radikal? Siapa yang bolak-balik menyerukan intoleransi? Siapa yang berkali-kali melakukan tindak-kekerasan? Dimana mereka, siapa yang melindungi mereka?

Yang jelas, orang2 intoleran, pengujar kebencian dan penganjur kekerasan itu tidak pernah ada di kampus-kampus perguruan tinggi. Apalagi di ITB.

Kotak Kosong itu…! Benarkah?

Bacaan bagus kwalitasnya.
.
Meneruskan yang benar !!!
KEMENANGAN KOTAK KOSONG DI KOTA MAKASSAR

(Saat JK, Hamdan Zoelva Lawan Rakyat Makassar).

Rakyat Makassar dengan cerdik dan gemilang telah mengukir sejarah baru di Indonesia. Untuk pertama kali dalam sejarah Pilkada di negeri ini, Calon tunggal yang diusung 10 Partai (PDIP, PKS, PKB, PBB, PPP, PKPI, Golkar, Gerindra, Nasdem dan Hanura) DIKALAHKAN SECARA SANGAT MEMALUKAN oleh KOTAK KOSONG dengan prosentase suara 53%.

Meskipun ini hanya terjadi di skope lokal Pemilihan Walikota, namun rakyat Makassar sudah berani menunjukkan kepada dunia bahwa dalam Pemilihan Kepala Daerah, kesadaran Masyarakat Jauh Lebih Utama Dalam berdemokrasi.

JK sejak 2016 Tidak Suka Danny Pomanto (DP) Incumbent walikota makassar Karena DP Tdk Pernah hadir menjemput Jk saat mendarat di makassar. JK Juga Marah Karena Program revitalisasi Pasar Sentral Tidak Dijalankan sesuai keinginanya JK. (Silahkan Nonton YouTube JK Maki maki dan ancam DP).

Kelompok Bisnis JK dimakassar sangat Progresif mengambil alih Lahan Pemerintah utk dijadikan Komersial centre atas nama Kalla Group seperti Lahan Terminal Daya, Lahan Terminal Panaikang semua Sdh berubah Fungsi menjadi Pusat Bisnis Kalla Group.

Karena itu Kota Makassar Harus “Diamankan dari Penguasa Lokal yang Independen”

Maka dilakukan 4 Langkah untuk Mengamankan Pilwali yaitu

1. Proses Hukum Kasus Korupsi DP sejak akhir tahun lalu, namun hasilnya belum berhasil dijadikan TSK sampai Gelar Pendaftaran Pilkada. Semua SKPD Sdh diPeriksa.

2. Tutup Pintu Parpol utk DP, Borong semua Parpol dengan Power wakil Presiden. Tercatat Ada 6 Parpol (PAN, PDIP, Gerindra, PD, PPP, Golkar) yang Sdh rekomendasi kan DP Akhirnya dicabut dan dialihkan Ke Ponakan JK. Karena lobby sang Penguasa.

3. DP pun memilih Jalur Independen dan DP Resmi jadi Calon Walikota, DP berkampanye Selama 2 bulan.

4. Secara Mengejutkan Atas kesaksian HAMDAN ZOELVA selaku Pakar Hukum (Tim ahli JK) Akhirnya Pengadilan Memutuskan DP melanggar Persyaratan Calon Independen dengan menggunakan ASN sebagai Pengumpul KTP. Dan KPUD mks menggugurkan DP sebagai Calon walikota telah berkampanye Selama 2 bulan.

Akhirnya Calon Tunggal Ponakan JK Pun terwujud. Keluarga Jk pun sumgringah menghadapi Pencoblosan 27 Juni. Mereka Angga Pilwali Sudah selesai. Walikota Appi tinggal diLantik.

Namun Kenyataan Jadi Lain

Masyarakat Makassar Sudah lama Bosan dengan kekuasaan JK yang dipamerkan didepan Rakyat. Tanpa bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh rakyat.
Karena itu Rakyat Maakssar bersatu Menyelamatkan Demoraksi dengan Menangkan KOTAK KOSONG.

merupakan tamparan keras terhadap arogansi elite Penguasa politik yang lebih mementingkan pilihan calon atas dasar kepentingan Bisnis dibandingkan dengan kekuatan figur calon yang punya kapabilitas mumpuni di mata rakyat.

Cerita perjalanan Pilkada di kota Makassar dari awal memang penuh kontroversi dan drama yang memilukan. Di awal proses ada 2 pasangan yang akan berlaga di kontestasi Pilkada 2018. Pasangan pertama adalah ‘incumbent’ yaitu Mohammad Ramdhan ‘Danny’ Pomanto yang maju berpasangan dengan Indira Mulyasari Paramusti yang maju melalui jalur Independen. Lawannya adalah Munafri Arifuddin berpasangan dengan Andi Rahmatika Dewi yang diusung oleh koalisi gemuk 10 partai yang menguasai 43 dari 50 kursi DPRD Kota Makassar. Perlu diketahui Munafri Arifuddin atau akrab dipanggil Appi ini adalah menantu Pemilik Bosowa Group Aksa Mahmud yang juga ipar Jusuf Kalla.

Di tengah proses pencalonan yang sudah sampai pada tahap akhir tiba-tiba prahara melanda pasangan Danny – Indira. Dia terkena kasus hukum karena dituduh memanfaatkan jabatannya dengan membuat program yang dianggap berpotensi mempengaruhi suara elektoral masyarakat. Sehingga singkat cerita pasangan Danny – Indira didiskualifikasi oleh KPUD Kota Makassar dalam Pilkada 2018.

Kasus ini sendiri menjadi polemik di kalangan masyarakat dan ahli hukum. Banyak ahli hukum menyatakan bahwa yang dilakukan Danny bukan suatu pelanggaran Pemilu karena program tersebut adalah program lama yang sudah disetujui DPRD Kota Makassar jauh hari sebelum tahapan pencalonan Pilkada dilakukan. Tapi pendapat ahli hukum dan perlawanan gigih Danny sia-sia, karena KPUD Kota Makassar tetap berpegang teguh keputusan MA. Banyak kalangan menilai kasus ini sangat kontroversial dan sangat bernuansa politis mengingat lawan Danny didukung partai-partai besar dalam koalisi tambun 10 partai.

Selamat dan selamat untuk masyarakat Makassar. Saya mengapresiasi keberanian Anda semua. Untuk sementara waktu Kota Makassar memang harus rela dipimpin Pejabat Sementara Walikota sampai diadakannya Pilkada Serentak lagi pada 2020. Tapi keberanian masyarakat Makassar telah menjadi inspirasi bagi masyarakat lain di Indonesia agar ke depan berani melawan KETIDAKADILAN dan KESEWENANG-WENANGAN partai politik.

Masyarakat Makassar sudah menunjukkan pelajaran berharga kepada kita semua bahwa daulat tertinggi dalam demokrasi adalah RAKYAT, BUKAN PARTAI POLITIK.

Bravo Makassar !!!

Salam Satu Indonesia,
*Rudi S Kamri*
28062018