PERCEPATLAH e-Voting untuk Pemilu

Banyaknya kisruh serta biaya dan sumber daya yang besar untuk Pemilu konvensional, semestinya sudah bisa memaksa pemerintah untuk segera beralih ke e-Voting. Berikut sekilas tulisan ringkas saya terkait e-Voting. Semoga berguna.

PORSENI Bappenas

https://vt.tiktok.com/ZSLEu6NXv/

Booklet Perencanaan

Booklet tentang perencanaan, semoga berguna.

In Memoriam Robin Asad Suryo

Innalillahiwainnailaihirojiuun. Sekitar 6.00 pm pada hari baik Jumat 25 November 2022, saya dapat kabar bahwa engkau telah pergi untuk selamanya. Saya yakin, bukan karena doa saya di depan Kabbah dan juga di mesjid Nabawi tidak mangkus, tetapi Allah memang sdh memutuskan yang terbaik untuk mu.

Seolah video lama diputar ulang, melintas berulang ulang di ruang virtual saya. Betapa tidak, kira-kira 32 tahun lalu saya bersama alm Robin (maaf, kembali saya pakai nama kecil saja) diterima bersama sama, berdua seangkatan, di Biro Perhubungan dan Pariwisata (PP), Bappenas. Saya membantu pak Widjojo dan Robin membantu alm Pak Arsyad Idrus. Saya membidangi postel, termasuk juga BMG, urusan meteorology dan geofisika, sekarang BMKG dan perhubungan laut membantu pak Petrus dan alm p Sugiono. Sementara Robin membantu pekerjaan pak Arsyad yg sangat padat yaitu Perhubungan Darat. Saat dulu itu, ya dulu, dibawah Kepala Biro, segala urusan terbagi habis oleh para Kabag.

Kami di Biro PP langsung dikomandani oleh Pak Widjojo, Pak Arsyad, Pak Sugiono, dan pak Yusuf. Ketiga nama terakhir sudah berpulang mendahului Robin dan kita semua. Ada bbrp senior lain spt pak Endang Safei, pak Ranendra Dangin, pak Petrus Sumarsono dan bu Umiyatun Hayati Triastuti, akrabnya saya panggil mbak Atik, sampai sekarang. Karena memang saya anak tertua yg gak punya kakak. Jadi merasa sangat nyaman memanggil “uni” alias mbak. Bahkan saya pernah numpang KK ke rumah kakak Mbak Atik, untuk mendapatkan KTP DKI.

Robin awalnya satu ruangan dengan saya, pak Petrus dan mbak Atik. Kemudian karena pembagian pekerjaan atau karena alasan lain yg saya tidak tahu, dipindah ke ruangan sebelah, namun tetap di lantai V, gedung Bappenas yg dekat Gereja, biasa disebut Gedung 2A. Kepindahan Robin sering diledekin pak Ranendra…,”ngapain lu pindah kesana.. cuma nonton xyz terbang..!!” begitu guyon pak Ranendra. 🤣

Robin, sebagaimana kita2 yang lain, memang tergolong pekerja keras 😂. Keinginan nya yang besar utk melanjutkan kan sekolah di LN nampaknya telah mendorong alm bersama boss Wariki Sutikno utk kursus sendiri in house English. Mungkin juga terinspirasi oleh kakaknya, yg juga Doktor dari LN.

Robin rasanya duluan berangkat satu batch dari saya. Seingat saya alm sempat diterima di kota wisata San Francisco utk program Master, tapi kemudian pindah, hingga menggondol gelar PhD di Coloruda, eh Colorado States.

Pembawaannya yang tenang dengan gaya dan pandangan serta kedipan mata dan gerakan jari tangan nya yang khas, plus pendidikan yg lebih dari cukup utk seorang birokrat, memuluskan karirnya hingga bisa menduduki eselon 1 di LKPP sebagai deputi pada mid 2018, lalu baru saja tahun 2021 lalu dilantik sebagai Seskretaris Utama LKPP yg sedang sibuk2nya memaksimalkan penyerapan produk dalam negeri, termasuk UMKM yg saya bidangi, dalam belanja APBN.

Banyak cerita yg kami share bersama mulai dari “cultural schock” ketika merencanakan program, hingga membahas dan merevisi APBN, dan berbagai kegiatan, sampai trick utk menghadapi perilaku dominan manager lapangan negara donor yg sering memaksakan kehendak mereka. Masa-masa awal di biro termasuk paling “wet” ketika itu membuat kami jadi lebih dekat. Berbagai pengalaman membahas anggaran di Lapangan Banteng sering kami jadikan bahan candaan, terkadang renungan.

Salah satu yg tidak terlupakan adalah saat makan siang bersama. Ada saja sering sekali para bapak2 Kabag membeli makana siang, terutama jika menu di “piring terbang” kurang menarik. Menu lontong capgomeh dan sate dari resto Tan Goei, sate kambing dan tongseng mesjid Sunda Kelapa, gado-gado dan beberapa resto enak di Menteng lainnya pasti pernah singgah di meja makan lantai 5. Terima kasih para Senior! Mungkin hanya tinggal pak Widjojo yg bisa senyum – senyum membaca tulisan ini. Juga momen2 bersama menunggu nasi bungkus malam hari menjelang atau setelah magrib, kami lewati bersama sambil menanti koreksian naskah Lampiran Pidato Presiden turun dari Wamen arau dulu Menteri Muda PPN, alm bapak Benny Mulyana.

Saya dan Robin, sering menunggu alm Pak Udin yg selalu tergopoh gopoh keberatan membawa pesanan makan siang. Makan siang kami selalu dihiasi canda ria dan ketawa ketika membahas berbagai hal, mulai dari politik, keuangan hingga cerita masing2 masa lalu para senior. Yang selalu saya ingat salah satunya adalah pengalaman masa sekolah alm Pak Sugiono ttg bersekolah disalah satu negara Balkan yg dingin.

Sorenya, juga sering dilewatkan dengan menu siomay atau roti St Anna yg sangat enak, tentu saja buat saya dan Robin. Roti ini biasanya favorit nya pak Yusuf yg juga sdh alm. Pagipun kami sering dapat kiriman kue dan berbagai jenis penganan dari Bulik, ya Bu Lieke Widjojo yg sangat enak dan jumlahnya cukup utk tidak berebutan.

Seingat saya Robin juga memiliki jiwa seni yg tinggi. Kami dulu sempat latihan band di ruangan Korpri, sekarang sudah jadi bagian gedung RSG. pas masuk Bappenas, belok kiri dan posisinya sebelah kanan. Sekarang mungkin tidak jauh dari Klinik Mata.

Saya ingat lagu Robin yg ternyata sdh menikmati Carpenters waktu itu. Judul nya “Top of the World”. Sayang kebersamaan kami di musik tidak berlanjut, meski alat2 band banyak disumbang oleh biro PP, yang kepala bironya adalah pak PP Simatupang, ya pak Pum atau sering juga dipanggil pak Pung. Alat band ini awalnya diambil dari “sumbangan” kawan2 instansi lain saat pak Mach Yusuf menjadi Pengurus KORPRI. Sayang ketika kami pergi sekolah sebagian alat musik sdh tidak jelas rimbanya.

Pertemuan saya terakhir dg alm baru bbrp bulan lalu, ketika kami satu flight ke Bali dengan salah seorang Deputi LKPP lainnya, bu Sarah Sadiqa. Sepintas Robin terlihat sehat dan baik-baik saja.

Alm Robin AS, paling kanan di belakang koper.

Kami sempat ngobrol ngalor ngidul melepas kangen. Meski satu komplek, kesibukan yg cukup tinggi membuat kami hanya say hi atau melambaikan tangan jika berpapasan baik ketika sama2 dalam mobil atau ketika saya menyelesaikan putaran terakhir Jakis, begitu kami menyebutnya untuk acara jalan pagi bagi pegawai senior atau yg sdh pensiun.

Selamat jalan sahabat, terbang lah yang tinggi menuju “top of the world!” mu, sementara kami menyelesaikan sisa tugas di sisa umur menuju pensiun.

Jujurly, saya sdh akan mengajak mu utk masuk grup pejalan kaki komplek, Jakis. Sayang engkau pergi lebih awal diluar dugaan kami.

Innalillahiwainnailaihirojiuun.

Antara Mekah ke Jeddah

27 November 2022

What A Vision.

Continue reading

My Masterpiece…

My first, My Masterpiece..

Sebuah tulisan lama, hasil perenungan 14 tahun semenjak bekerja di Bappenas akhir 1989 lalu. Diterbitkan pada 11 Januari 2003 lalu, persis ketika saya ultah ke-40, sekaligus sebagai kado ultah.Semoga berguna.

Aamiin yra.

Kritik Dulu, Maaf Menyusul (jika salah)

Bismillahirrahmanirrahiim.

Saya sempat membaca dan awalnya tidak percaya kalau Ketua KPU Husni Kamil Malik meninggal dunia. Karena itu ketika imam shalat subuh di Mesji Al-Ikhlas dikomplek kami menyampaikan informasi  akan akan ada shalat ghaib mendoakan almarhum Husni sebelum shalat dimulai saya maklum.

Segera setelah shalat subuh selesai, Imam membalikan badan mengumumkan akan ada shalat ghaib dan dengan cekatan membacakan alfatehah terlebih dahulu. Dalam hati saya merasa mantap dan tidak ada prasangka apa2. Saya yang berada agak diujun selatan Imam sempat mendengarkan arahan ringkas dari Imam yang akan memulai shalat ghaib. Namun sayup-sayup saya mendengar suaranya bahwa shalat ghaib 3 takbir.

Dalam hati saya merasa, Imam salah sebut saja karena selain imam juga ada beberapa pengurus DKM yang mumpuni ikut shalat jamaah pagi ini.

Takbir demi takbir berjalan lancar. Setelah Al Fatehah di takbir pertama, diikuti Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW di rakaat kedua. Begitu pula saya membaca doa pertama “Allahumma firlahu warhamhu..dst”.

Celakanya ketika menunggu takbir keempat yang akan diiukti doa “Allahumma Latahrimna dst…” SAng Imam malah menyudahi shalat ghaib dengan membaca assalammualaikum yang juga diikuti makmum.

“Nah…kejadian deh ” pikir saya. Benar harusnya empat takbir Imam lupa atau salah hanya membaca tiga takbir. Tak berapa lama kami pun bergumam. Namun secara umum kami memakluminya, manusia memang tempatnya salah. Dan hampir sepakat untuk istigfar dan berhenti, tidak mengulangi lagi. Terjadi diskusi kecil antara bbrp kelompok dari jumlah jamaaah yang tidak penuh dua shaf karena sudah banyak yang mudik lebaran.

Memang kita manusia tempatnya khilaf. Namun belakangan Sang Imam mengaku juga jarang mengimami shalat jenazah atau ghaib. Imam kami termasuk yang sangat bagus bacaannya. Jadi kamipun percaya. Begitupula ada beberapa pengurus sebelumnya menyampaikan rencana shalat ghaib itu. Seyogyanya sudah ada persiapan.

Kenyataan terkadang memang berbeda dengan rencana atau isi pikiran kita.

Saya dalam perjalanan pulang mulai menyalahkan diri sendiri. Biasa, sikap kritis selalu muncul pada berbagai kondisi. Kenapa tidak dibantah ketika saya mendengar suara “3 takbir” sebelum shalat ghaib dimulai. BAtin saya berperang. Harusnya saya mengacungkan tangan dan mengkoreksi apa yang saya dengar. Setidaknya mempertanyakan. Belakangan saya dengar dari yang berdiri di belakang imam, sudah sempat diingatkan 4 takbir, tetapi suaranya pelan.

Kesimpulan saya, kritik, protes, ataupun koreksi yang dengan niat baik MEMANG HARUS SEGERA DISAMPAIKAN TANPA TEDENG ALING2 DAN TANPA HARUS MEMPERTIMBANGKAN INI ITU.

Karena jika tidak, rencana bisa saja tinggal rencana. Pikiran baik kita saja terkadang memang tidak cukup, meski niat juga sudah baik. Meskipun shalat ghaib tadi sunat adanya, dan juga fardhu kifayah, dilihat dari diri saya sendiri, maka saya tetap menyalahkan keengganan saya, kelambatan saya, dan unggah ungguh saya yang merasa ewuh pakewuh, tidak enak terhadap jemaah kalau harus tampil beda di dalam jamaah mesjid.

Saya hanya bisa menyesalkan diri sendiri yang tidak cepat bereaksi. Memang comfort zone bisa melenakan dan membawa kita sengsara nampaknya. Meski awalnya dimulai dari kejadian rada sepele dan bisa dimaafkan.

Semoga kita bisa lebih kritis lagi di masa datang, TANPA HARUS ADA PERASAAN TAKUT SALAH DAN INI ITU, karena jika ternyata kita keliru, inshaAllah masih tersisa ruang untuk meminta maaf.

Semoga kita memang bukan bangsa penakut, apalagi untuk kebenaran yang kita yakini.

Wassalammualaikum wrwb.

Sawangan, bada’ Subuh 3Syawal 1437 H, 8 Juli 2016.

Idul Adha, Menteri PPN/Ka Bappenas, dan listrik itu.

Tidak pelak lagi. Salut dan terkejut saya pagi tadi, 27 November 2009. Ternyata dalam kesyahduan peringatan Idul Adha yang ditandai dengan shalat sunat IDUl Adha berjamaah di Mesjid AL-Ikhlas Komplek Bappenas CInangka, telah hadir pula untuk pertama kalinya Menteri Negara PPN/Ka Bappenas beserta rombongan pejabat. Untuk pertama kalinya seorang Menteri shalat Idul Adha berjamaah di komplek Bappenas, barbaur dengan para pegawai yang tentu saja sangat senang dan bangga kedatangan tamu istemewa tersebut.

selengkapnya…..