Perlu Klarifikasi dan Pelurusan ttg Go Digital

Sekilas tulisan berikut terdengar provokatif, but somehow it is not. What daya think guys?

https://whscorpora.co.id/bagaimana-usaha-modal-raksasa-menguasai-umkm/

BAGAIMANA USAHA MODAL RAKSASA MENGUASAI UMKM

Teman2, sy ingin mengajak kalian membedah Gofood (dan berlaku juga untuk GrabFood).

Sy menggunakan data dari warung kecil UMKM yang sy miliki. Warung kecil sy ini melayani Dine-In dan juga Delivery menggunakan jasa Gofood dan GrabFood.

Kenapa kami menggunakan jasa GoFood dan GrabFood? Apakah lebih menguntungkan?

TIDAK! Pada dasarnya sama saja..

Warung sy sudah ada sebelum GoFood hadir. Dan ketika GoFood muncul dan mulai meng-gurita, kami terpaksa ikut masuk gerbong.

Seperti pepatah, “Jaman wes edan. Nek ora melu edan, ora keduman!”.

Tp percaya atau tidak, itulah yang terjadi. Pilihannya, naik gerbong atau lapak kami mati tergilas roda besi GoFood. Dan ketika sy katakan mati, itulah yang benar2 bisa terjadi. Karena berdasarkan hitungan dan jg pengalaman, tidak mungkin melawan kekuatan usaha modal raksasa seperti GoFood.

Loh, kenapa kok sepertinya menganggap GoFood lawan? Bukan kah GoFood kawan?

Oke..

Bayangkan seperti ini..

Sebelum ada GoFood, transaksi makan hanyalah antara pedagang dan pembeli. Langsung. Mau delivery ataupun Dine-In, langsung!

Sebagai Pedagang, sy tidak memiliki masalah apapun. Normal saja. Biasa saja.

Tapi tiba2, muncul GoFood di antara pedagang dan pembeli menjadi perantara.

Dan itulah yang sesungguhnya terjadi, GoFood adalah anak baru yg tiba2 muncul antara pedagang dan pembeli. Mirip seperti ormas pungli yg muncul antara kontraktor dan kliennya.

Tp tentu saja dgn wajah ramah, mulut manis dan tampilan menawan.

GoFood mengenalkan teknologi baru dan bla bla bla.. Tapi intinya tetap sama. Ada pihak ke-3 yg tiba2 muncul diantara pedagang dan pembeli. Dan seketika, rantai ekonomi bertambah 1.

Dan..

Sudah hukum alam, bertambahnya rantai ekonomi, akan bertambah pula biaya ekonomi. Akan ada 1 pihak lagi yg memasang margin keuntungan.

Pertanyaannya, biaya ekonomi tambahan ini dibebankan ke siapa?

Idealnya, tentu dibebankan kepada pembeli karena sesungguhnya pembeli lah yang paling mendapatkan manfaat munculnya GoFood yaitu; kemudahan, kenyaman, gaya hidup, dan lain2.

Tapi kenyataannya, GoFood meminta 20% (18%) dari tiap nilai transaksi kepada pedagang!

Ya, ya..

Kalian akan bilang, kan GoFood tidak memaksa. Pedagang kan bisa saja menolak!

Dan di sinilah pepatah di awal tadi berlaku, “Jaman wes edan. Nek ora melu edan, ora keduman!”.

Mari kita runut pola-nya dan percaya atau tidak, mirip VOC ketika menguasai perdagangan Nusantara.

⭕TAHAP 1

Ketika GoFood pertama kali muncul, tentu tidak ada satu pembeli pun yg terpikirkan untuk menggunakan jasa delivery GoFood. Pikiran pertama yg muncul adalah, “Ngapain juga bayar tambahan biaya delivery yg mahal?”

Namun pembeli salah!

GoFood adalah USAHA MODAL BESAR. Modalnya bisa di-“bakar” sampai pembeli sakaw. Dan tahap pertama adalah, diskon besar2an hingga di-level yg tidak masuk akal!

Hingga pembeli berfikir, “Gila! Ngapain capek2 beli ke warung kalo pake Gofood bisa dapat diskon makanan dan biaya antarnya gratis?”

Di tahap ini, GoFood mulai memasukkan semua warung2 UMKM di segala penjuru ke dalam database aplikasinya tanpa sepengetahuan pedagang. Dan Pedagang jg tidak peduli.

Dan beberapa periode kemudian, muncul antrian jaket hijau di-warung2 memesan makanan delivery. GoFood menjadi viral karena banyak diskon.

Apakah ini artinya tambahan Omset bagi pedagang?

TIDAK!

Omset tetap sama. Hanya pembelinya saja berubah cara belinya.

⭕TAHAP 2

Ketika GoFood sudah viral dan sudah menjadi hal umum di kalangan pembeli, maka GoFood pun mulai bergerilya ke pedagang2.

Mereka menawarkan kerja-sama dgn menjadi Partner Resmi GoFood dgn biaya 20% komisi untuk GoFood.

Tentu saja para pedagang menolak mentah2. Ngapain harus ngeluarin 20%? Tanpa GoFood aja Omset kita baik2 aja!

Namun Pedagang salah!

GoFood adalah USAHA MODAL BESAR. Modalnya bisa di-“bakar” sampai pembeli sakaw.

Di Tahap 2 ini, GoFood mengubah cara diskonnya. Diskon gila2an hanya diberikan untuk warung2 yg menjadi Partner Resmi GoFood.

Pembeli yg sudah mabuk diskon, tidak lagi fanatik pada merek warung. Mereka fanatik pada diskon.

Dan tak lama kemudian, antrian jaket hijau di warung2 yg menolak kerjasama GoFood tiba2 menghilang. Dan otomatis, Omset turun drastis!

Pada akhirnya, bisa ditebak! Persis seperti sebuah kerajaan di Nusantara yg menandatangani perjanjian dgn VOC, para pedagang UMKM akhirnya menandatangani kerjasama dgn GoFood.

Dan antiran jaket hijau kembali muncul. Omset kembali normal.

⭕TAHAP 3

Apakah sudah selesai? Tentu belum! Operasi baru akan dimulai..

Setelah banyak warung2 yg menjadi Partner GoFood dgn komisi 20%, GoFood pun mulai bergerilya lagi ke para pedagang.

Mereka menawarkan layanan iklan dan promo di Aplikasi GoFood sehingga warung akan lebih “terlihat” pembeli.

Tentu saja para pedagang menolak mentah2. Ngapain ngeluarin duit lagi buat iklan dan promo? Tanpa iklan dan promo aja omset udah kembali normal!

Namun Pedagang salah!

GoFood adalah USAHA MODAL BESAR. Modalnya bisa di-“bakar” sampai pembeli sakaw.

Di tahap 3, GoFood mengubah cara diskonnya lagi. Kali ini, diskon gila2an diberikan kepada partner GoFood yang beriklan dan promo!

Pembeli yang mabuk diskon, sudah pasti membeli warung2 yg beriklan dan promo.

Dan sekali lagi, antrian jaket hijau menghilang dan Omset sekali lagi merosot drastis.

Dan seperti DeJaVu, pedagang pun terpaksa beriklan dan ikut promo. Persis raja2 Nusantara yg cuma bisa diam dgn semua aturan2 VOC.

⭕TAHAP 4

Dan ketika GoFood sudah mencengkeramkan cakarnya di ekonomi masyarakat. Ketika pedagang sudah terbelenggu dan pembeli sudah mabuk kepayang, diskon pun dicabut pelan2.

Bakar Modal mulai dikurangi.

Dan ketika ada pedagang ada yang ingin “memberontak”, cukup bakar modal sekali lagi, dan pedagang itu pun mati.

Dan itulah kisah bagaimana Warung kecil UMKM sy pun harus melompat naik ke gerbong GoFood dan terbelenggu diam saja mengikuti arah yg dipilih lokomotif kereta; GoFood.

Dan itulah bagaimana USAHA MODAL RAKSASA menguasai UMKM.

Transformasi Usaha di Tengah Pandemi untuk Kebangkitan UMKM

Dalam rangka menyebarluaskan informasi terkait perizinan dan sertifikasi UMKM pagi ini, Sabtu 14 Agustus jam 10-11 pagi saya diundang oleh teman2 komunitas @99_usahaku dan grup Telkomsel untuk sharing dan diskusi santai. Berikut bahan terkait diskusi tersebut yang berisikan tata cara dan informasi seputar perizinan dan pengurusan sertifikat, mulai dari PIRT, Izin Edar BPOM, Sertifikasi Halal dari BPJPH dll.

Selengkapnya dapat di download dibawah ini.

Semoga bermanfaat,

Salam Sehat. Wassalammualaikum wrwb.

Catatan: File pertanyaan hanya kisi2 saja, real diskusi ada dalam youtube.

Menumbuhkan Ekraf untuk UMKM Indonesia

Dalam rangka membantu UMKM tetap berkembang dan tumbuh di saat pandemi, kami menjadi salah satu narsum dalam webinar kata data. Berikut link youtube dan draft paparan/diskusi. semoga berguna.

Terima kasih, salam sehat.

PENYERAHAN BANPRES PRODUKTIF USAHA MIKRO (BPUM) DI ISTANA MERDEKA OLEH PRESIDEN JOKOWI

Alhamdulillah, setelah melalui proses yang sangat cepat setelah surat MenkopUKM dikirimkan ke Presiden, hari Rabu minggu lalu kami menerima pemberitahuan dari Kasetpres bahwa Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkenan melaksanakan penyerahan BPUM kepada para pelaku usaha mikro yang berhak menerima. Acara direncanakan hari Jumat 30 Juli 2021, dipenghujung bulan. Acara telah berlangsung dengan sangat lancar, aman, cepat, praktis namun efektif. Berikut sekedar cerita tentang persiapan dan pelaksanaan acara, yang mungkin berguna buat pembaca. Selamat menikmati.

Sebagai PNS, pegawai negeri sipil (maaf saya lebih cinta istilah ini), saya sudah beberapa kali hadir ke istana. Sejak bertugas di Bappenas (1989) dan kantor Kemenko Perekonomian (2005) seingat saya sudah hadir di istana untuk beberapa acara sesuai bidang tugas yang saya kerjakan. Mulai dari Telekomunikasi di era lama hingga ICT sekarang atau ekonomi digital sampai dengan bidang Energi, Infrastruktur, Program Percepatan Pembangunan Ekonomi, hingga Program Strategis Nasional (PSN)

Seingat saya, saya hadir untuk acara peluncuran Dewan TIK Nas (Detiknas), Energi Biru dan Program PLTU 30 ribu MW, Master Plan Percepatan Pembangunan EKonomi dengan beberapa kegiatan di dalamnya, beberapa program kementerian terkait Proyek Strategis Nasional (PSN) hingga yang terakhir peluncuran proyek Palapa Ring yang menghubungkan nusantara dengan jaringan fiber optik berkecepatan tinggi, atau yang dikenal sebagai Tol Langit. Namun kehadiran saya dalam berbagai acara tersebut hanyalah sebagai undangan. Datang, hadir dan ikut acara, lalu biasanya ditutup snack nusantara istana yang beragam dan nyaris enak semua.

Namun untuk kali ini, dalam acara Penyerahan BPUM 2021 peran saya sangatlah berbeda. PIC, person in charge, dari kementerian yang punya hajat. Mepetnya waktu yang tersedia, dan juga kondisi pandemi Covid membuat adrenalin mengalir cepat. Setelah hari Rabu 28 Juli, pemberitahuan tentang persetujuan Presiden diterima, maka Kamis pagi esoknya, rapat koordinasi dengan pihak istana yang diadakan oleh Kasatpres langsung dilaksanakan virtual. Berbagai persiapan dilakukan. Internal, saya dibantu oeh Pak Haryanto, Darmono dan P2K BPUM Rinaldi, serta tentu saja di support oleh semua staf yang terlibat kegiatan BPUM di Deputi Usaha Mikro, KemenkopUKM dan dari sekretarian kementerian.

Beruntung, program sudah selalu di update dan dilaporkan berkala. Ringkasannya, dari 12,8 juta rencana penyaluran BPUM 2021 hingga sebelum lebaran telah tersalurkan kepada bank Penyalur yaitu BRI, BNI dan BAS (Bank Aceh Syariah) sebanyak 9,8 juta. Percepatan penyaluran dilakukan dengan kombinasi penerima lama dan baru agar ekonomi masyarakat khususnya Usaha Mikro bisa terbantu di awal tahun, atau kwartal 1 dan 2 (Q1 dan Q2). Penyaluran dana kepada masyarakat di awal tahun sangatlah krusial, karena APBN dan APBD biasanya belum optimal penyerapannya. Bisnis dan sektor riil juga masih terkendala Covid19.

Tahap kedua penyaluran BPUM 2021 sudah pula dimulai dengan memberikan dateline usulan kepada Dinas yang membidangi Koperasi dan UMKM di daerah per tanggal 28 Juni. Data yang sudah masuk sebanyak kurang lebih 4,7 juta usulan telah dibersihkan (cleansing) internal Kemenkopukm dan kemudian dilakukan validasi melalui Sistem Informasi Kredit Program di Kemenkeu dan Ditjen Dukcapil, Kemendagri. Tahap kedua ini telah mulai dilaksanakan dan direncanakan sebanyak 3 juta penerima baru bisa menerimanya pada akhir Agustus ini (ada percepatan dari rencana semula akhir September).

Kembali ke rapat persiapan. Dalam rapat kami melaporkan Rencana Ringkas Penyerahan BPUM dan dibahas langsung oleh Kasatpres dan tim protokol dengan sangat cepat dan tegas. Memang demikian layaknya. Pengalaman yang sangat kaya dan jam terbang yang tinggi dari teman-teman Protis (protokol istana) yang digawangi oleh pak Yusuf memutuskan dan memperbaiki beberapa hal. Termasuk menambahkan BNI yang tahap awal tidak ikut, menentukan para pendamping presiden, memastikan bingkisan untuk peserta diberikan setelah acara, memastikan 20 penerima (masing-masing 10 orang dari BRI dan BNI) yang harus di PCR dan karantina, serta menentukan backdrop, dan beberapa hal lainnya yang harus dikomunikasikan juga dengan 4 kota. Rapat yang diadakan pagi hari jam 9.00 kami lanjutkan dengan rapat koordinasi teknis dengan seluruh stakeholder terkait. Semua rapat melalui zoom meeting (virtual conference). Rapat lancar, meski ada beberapa hal yang masih membingungkan dan harus diputuskan. Setelah diputuskan, rapat selesai dengan masing-masing pihak sudah mengetahui hal utama yang menjadi kewajiban masing-masing, termasuk protokol menkopukm, pihak Bank penyalur dan dukungan internal Deputi Usaha Mikro.

Untuk mempermudah komunikasi, biasa kami membuat WAG khusus dan memang efektif dengan terus berkomunikasi. Hingga menjelang tengah malam menuju Jumat 30 Juli 2021, barulah WAG reda. Ada beberapa hal yang masih mengganjal karena ada pihak-pihak yang berusaha merubah satu dua kesepakatan dari hasil rapat. Tapi dengan tegas saya sampaikan agar semua pihak berkomitmen dengan hasil rapat. Alhasil hingga pagi saat Gladi di istana sudah tidak ada masalah mendasar yang muncul. SAmbil menunggu jadwal Presiden jam 9.00 dan Menkopukm bp Teten Masduki, kami dijamu dan berbincang-bincang hangat oleh Kasatpres dan Direksi BRI dan BNI, Paspampres dan beberapa staf protis.

Sebelumnya kami telah memeriksa persiapan di lapangan. Acara yang diadakan di halaman depan istana didukung oleh cuaca cerah. Saya sempat khawatir kalau-kalau dari 20 peserta yang hadir sebagai penerima ada yang pusing atau jatuh pingsan selama acara, karena berlangsung di bawah sinaran matahari pagi yang meski menyehatkan tapi juga cukup menyengat di akhir bulan Juli.

Menjelang jam 9.00, kami diberi aba-aba bahwa acara akan dimulai. Kami semua turun ke lapangan istana dari ruang tunggu tadi. Sekilas sebelumnya saya melihat kesibukan luarbiasa secara teknis di beranda istana yang mempersiapkan juga Vicon paralel dengan 4 lokasi lainnya, yaitu kota Medan, Tasikmalaya, Pasuruan, dan Denpasar. Kabel, monitor, peralatan komunikasi komputer dan laptop, serta mixer terlihat tersusun rapi yang diawaki oleh staf protokol kepresidenan yang berpengalaman. Begtu pula tadi saya sempat cek kamera video yang mendokumentasikan dari beberapa arah dan sudut istana. Saya juga perhatikan ada drone yang membantu dokumentasi dari udara. Saya juga sudah serahkan konsep arahan bapak PResiden kepada staf pak Ari Dwipayana jika diperlukan. Klop dan mantap, dalam hati saya sambil berdoa ketika Presiden memasuki TKP dan para pendamping duduk agar Allah Swt memudahkan semua rangkaian acara dari awal hingga selesai.

Benar saja, sejak malam saya coba minta rundown terakhir dari istana, gagal. Protokol kami hanya diberitahukan rangkaian acara garis besarnya, tapi rundown tidak dishare. Tentu saja kita maklum, keselamatan Presiden harus diutamakan. Apalagi dalam kondisi serba susah dan tensi ekonomi dan politik turut terpengaruh pandemi. Semua harus tetap waspada.

Acara dimulai sesuai rencana oleh MC tepat jam 9.00. Saya sudah antisipasi bahwa rundown akan diringkas. Benar saja, setelah acara dimulai, MC mempersilahkan langsung kepada Presiden Jokowi untuk memberikan pengarahan. Presiden membuka arahan dengan menyampaikan kondisi terkini terkait pandemi, baik nasional maupun global dan kemudian menyampaikan arahan lengkap beliau sebagaimana dapat diikuti di media masa dan juga dari link Youtube Kepresidenan. Tidak sampai sebelas menit Presiden selesai memberikan arahan. Sebelum Presiden kembali memasuki istana, beliau sempat berbincang dengan Menteri kami bapak Teten Masduki. Menteri kemudian saya datangi dan membisikan beberapa hal yang harus saya tindaklanjuti. Acara selesai? ternyata belum.

Setelah Menteri Koperasi dan UKM meninggalkan istana, saya harus menjadi orang terakhir pergi meninggalkan istana, begitu keputusan saya. Karena masih ada acara tambahan, side menu, yaitu pemberian paket sembako dan kesehatan untuk ke20 peserta, yang sudah disiapkan disisi timur istana. Setelah melalui beberapa pengaturan, ke20 penerima BPUM berbaris rapi, dan akan menerima paket. Ternyata Presiden Jokowi, keluar dari dalam istana dan berkenan menyerahkan bingkisan kepada penerima BPUM. Karena kami tidak diperbolehkan membawa kamera, kami hanya bisa menyaksikan saja bahwa Presiden Jokowi dengan ramah memberikan amplop kepada peserta penerima BPUM bergiliran, yang dilanjutkan staf protokol memberikan bingkisan sembako dan paket kesehatan kepada penerima BPUM yang sumringah dan sangat senang.

Setelah selesai memberikan bingkisan kepada semua penerima BPUM, Presiden Jokowi kembali masuk ke dalam istana untuk melanjutkan kegiatan beliau. Terima kasih banyak Bapak Presiden yang telah memudahkan pekerjaan kami. Pengarahan, bincang-bincang dengan peserta, berdiskusi sebentar dengan Menteri. Selesai. Tidak ada dialog dengan ke 4 lokasi vicon, daerah hanya menyaksikan secara langsung dan daerah melanjutkan pemberian BPUM di kota masing-masing. Tidak ada protokoler di daerah yang harus sibuk mengatur kepala daerah dan para pendampingnya yang hingga mejelang gladi masih bertanya dan menyibukkan HP saya. Alhamdulillah acara lancar dari awal hingga akhir.

Saya pun kemudian berjalan beriringan keluar istana dengan Dirut BRI dan BNI dengan perasaan sangat lega dan bersyukur. Diluar, saya sempat berfoto dengan para direksi BRI dan BNI, dengan masing-masing staf dan penerima. Saya juga sempat mewawancara salah satu penerima BPUM ibu Indah dari Kemayoran yang sangat senang bisa masuk istana dan juga dapat amplop langsung dari Presiden. Siapa yang tidak akan senang diantar jemput, dikarantina, masuk istana dan diterima langsung oleh orang nomor 1 di negeri sendiri. Selamat ya kepada para penerima BPUM semoga menjadi kenangan indah dalam hidup anda dan tetap bersemangat dengan usaha mikronya yang diharapkan bisa naik kelas.

Menuju kendaraan saya tidak henti-hentinya bersyukur kepada Allah swt yang mendengarkan dan mengabulkan doa-doa kami dan tim siang malam untuk kelancaran acara. Terakhir, saya juga senyum simpul sendiri ketika ternyata tempat saya untuk duduk mendampingi Presiden sesuai hasil rapat yang dipimpin Kasetpres, digantikan orang lain. “No problemo, yang penting tugas selesai dan lancar, mari percepat penyaluran!” demikian jawaban saya ketika seorang staf menyambut saya sesaat sampai di Bogor di tempat konsineering mereka yang sedang bekerja keras mempercepat penyaluran yang ditargetkan hingga akhir juli ini sebanyak 1,5 juta.

Memang ide dan rencana mulia penyaluran BPUM ini adalah narasi istana sebagai wujud keprihatinan Presiden Jokowi kepada kondisi ekonomi nasional, terutama UMKM yang sangat terdampak oleh berbagai pembatasan karena pandemi Covid19. Begitu pak Menteri sering mengingatkan kami ketika dari awal mendesign BPUM sekitar bulan Juli tahun lalu.

Alhamdulillah hingga Jumat malam bergulir sebelum berganti hari, kami berhasil menetapkan (SK) sebanyak 2,04 juta untuk disalurkan ke bank penyalur. Tinggal mengejar sisanya hingga akhir Agustus 2021. Semoga Allah Swt memudahkan usaha kita membantu para pelaku UMKM dimana pun berada. Aamiin yra.

The end.

Acara Webinar Outlook KUMKM

Alhamdulilah tadi berpartisipasi di acara Outlook KUMKM 2021 membawakan topik Transformasi UMi dari Informal ke Formal

Untuk file lengkap silakan cek link berikut ini. Terima kasih atas perhatian dan bantuan bapak ibu memajukan KUMKM kita yang butuh usaha bersama dan gotong royong untuk segera keluar dari stagnasi ekonomi akibat pandemi.

Catatan: Bahan presentasi di atas hanya untuk penggunaan terbatas riset dan pendidikan, bukan untuk publikasi. tks

Hantu Dadiah…

Hantu Dadiah, begitu papa dan mama sering menjuluki saya, setiap kali mama menyendok susu kerbau yg difermentasikan secara alami. Almarhum Mama akan mengiris siung bawang merah sebagai bumbu pelengkap setelah ditaburi garam secukupnya.

Dadiah adalah makanan raja-raja dulu. Begitu saya dengar suatu saat. Entah benar, entah tidak. Antah iyo antah tido. Tidak terlalu saya persoalkan lagi. Mungkin dulu disampaikan demikian agar kami anak2 mau memakan dadiah itu sbg pelengkap protein. Dadiah memang agak mahal, tapi terkadang ada amisnya sehingga banyak juga anak2 yg tidak memakannya.

Beruntunglah saya. Karena banyak adik2 yg tidak begitu paham dan suka Dadiah itu. Sekarangpun jika saya membawa Dadiah dari kampung, anak2 harus setengah dipaksa utk memakaalnnya.

Sudah menjadi kebiasaan saya jika pulkam, mencari Dadiah ke pasar bawah untuk memakannya tiap hari. Dan membeli sekitar 12an tabung Dadiah lalu dimasukkan kedalam gelas tinggi Tupperware untuk dibekukan dulu sebelum dibawa terbang naik pesawat ke jakarta.

Dadiah sebenarnya bisa menjadi bisnis besar. Demand dan permintaan untuk restoran, meski tidak besar tetap ada dan tidak berkurang. Susu kerbau yg didinginkan ini berwarna putih bersih, terkadang kekuningan seperti foto di atas. Rasanya, tidak bisa diceritakan. Selain dimakan sebagai lauk dg nasi, juga sering dimakan sebagai campuran makanan lokal yg khas bersama emping, bukan emping melinjo, tapi emping beras pulut. Dadiah yg dicampur dengan emping yg telah disiram air panas itu kemudian ditaburi gula merah atau tangguli, bahasa Minangnya. Makanan khas Minang ini banyak ditemui direstoran dg nama Ampiang Dadiah.

Seyogyanya, sebagai dairy product, Dadiah diolah dan di kemas menjadi makanan sehat sebagai mana kita melihat produk yakult yg sering kita lihat sampai ke desa-desa. Seharusnya pula, industri makanan sehat Indonesia mampu memproduksi produk Dadiah dan turunannya menjadi makanan khas lokal, yg banyak juga kita lihat seperti di Turki dan beberapa negara Arab lainnya.

Ah.. Andaikan pengusaha Dadiah ini bisa di koordinasikan oleh umkm dan Koperasi peternak, tentu peternak, petani dan umkm kita bisa maju pesat sambil membawa makanan khas Minang ini mendunia.

Semoga.

‎Trade Finance Talks: $5 trillion and counting – the MSME Finance Gap on Apple Podcasts

https://podcasts.apple.com/gb/podcast/%245-trillion-and-counting-the-msme-finance-gap/id1459689779?i=1000477248419

Memilih Berbagi, Melepas Gaji

Sekelompok orang ini memilih keluar dari zona nyaman. Mereka ikhlas melepas peluang gaji besar dengan segala fasilitas demi membantu kaum muda yang ingin berwirausaha. Bantuan itu dibutuhkan agar laju para wirausaha muda lebih cepat dan dapat menghindari kesalahan.

Yansen Kamto memberikan support berupa masukan dan saran bagi anak muda yang ingin berbisnis.
KOMPAS/RIZA FATHONIYansen Kamto memberikan support berupa masukan dan saran bagi anak muda yang ingin berbisnis.

Yansen Kamto (34) dikerumuni anak-anak muda yang antusias melontarkan pertanyaan seusai menjadi pembicara pada acara Creativepreneur Corner di Jakarta beberapa waktu lalu. Pada acara yang menampilkan sejumlah tokoh terkemuka itu, ia tampil satu sesi bersama Dian Sastrowardoyo, Vidi Aldiano, dan Andre Surya.

Yansen sejak tiga tahun lalu menggelar inkubator gratis bagi anak muda yang ingin berbisnis. Dalam program Startsurabaya yang digagasnya, ia bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surabaya yang memberi akses jaringan, radio swasta yang memberi spot iklan gratis, dan perusahaan pengembang yang meminjamkan kantor. Peserta yang lolos seleksi mendapat tiga bulan mentoring, berkantor gratis, dan kesempatan mendapat investor.

”Yang paling penting mereka bertemu peserta lain dari beragam latar belakang untuk berkolaborasi. Inovasi lahir dari kolaborasi. Misalkan, ada tiga orang, satu orang bisa nyanyi, lainnya bisa main musik dan bikin video. Jadi deh acara di Youtube,” kata Yansen yang bergerak lewat PT Kibar Kreasi Indonesia.

Program inkubator serupa ia gelar di Universitas Gadjah Mada. Yansen juga mengajar mata kuliah Technology Based Business di Institut Teknologi Bandung yang mendorong mahasiswa terjun ke dunia usaha. Ia ingin menciptakan ekosistem bagi para wirausaha muda. ”Saya meyakini,enterpreneurs are not naturally born. They are made, mereka dibentuk dan diciptakan,” katanya.

Dari hampir 300 orang yang mengikuti tiga program ini, ada 20-25 persen yang gugur di tengah jalan. Program inkubator tidak mengikat. Hanya saja menekankan, peserta ”membalas jasa” lewat sumbangsih kepada masyarakat. Setidaknya, membantu anak muda lain yang juga ingin berbisnis. Prinsipnya, wirausaha menelurkan wirausaha baru.

”Kami mau bantu mereka karena mereka mau bantu orang. Ada peserta yang punya ide bikin aplikasi untuk membantu anak disleksia, ada juga yang membuat aplikasi menghubungkan donor darah, PMI, dan rumah sakit. Jadi, kami mendorong ide bisnis itu lahir dari keinginan menjadi solusi sebuah masalah. Bisnis seperti itu pasti bertahan lama,” kata Yansen.

Keluar zona nyaman

Yansen yang pernah kuliah di Malaysia dan Australia pernah menjadi profesional di perusahaan periklanan. Ia pernah membantu orang membangun bisnis. Ia juga pernah merintis bisnis, pernah pula bangkrut karena ditipu orang. ”Saya pernah di berbagai posisi. Pengalaman ini ingin saya bagi. Saya meninggalkan pekerjaan yang bisa memberi saya gaji Rp 100 juta per bulan karena dengan seperti ini saya merasa bahagia dan merasa punya arti,” ujar Yansen.

content

Budi Satria Isman (53) juga lebih memilih melahirkan wirausaha muda lewat gerakan yang ia inisiasi, yakni One in 20 Movement. Ia menargetkan pada tahun 2020 tercipta satu juta wirausaha. Budi berusaha merangkul semua pemangku kepentingan, seperti pemerintah, institusi pendidikan, institusi keuangan, media, masyarakat, dan swasta.

Yasmin memberikan presentasi soal aplikasi untuk UKM.
KOMPAS/SRI REJEKI
Produk hasil  pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah binaan Budi Satria Isman.
KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Budi pernah memegang posisi kunci di sejumlah perusahaan besar, antara lain Direktur Utama PT Sari Husada, Tbk dan Direktur Grup Area Regional Coca-Cola Indonesia. Ia memutuskan pensiun sebagai profesional di usia 45 tahun. Masih banyak yang menawarinya sebagai presiden direktur dengan gaji Rp 500 juta per bulan. Namun, Budi lebih memilih untuk berbagi.

Kini, waktunya sebagian besar dicurahkan untuk Yayasan ProIndonesia yang didirikan tahun 2010 dengan kegiatan, antara lain mengembangkan wirausaha muda. Sisanya, ia menjadi pelatih bagi para direksi atau penasihat di berbagai perusahaan asing.

Budi merogoh kocek pribadi Rp 5 miliar-Rp 6 miliar per tahun untuk mendanai kegiatan pembinaan kewirausahaan. Ia membentuk komunitas Smartpreneur pada 2013, yang menelurkan gerakan One in 20 Movement. Pada 2014, ia menyelenggarakan kompetisi rencana bisnis di delapan kota yang diikuti 1.000 peserta.

E-Fishery, alat pemberi pakan ikan otomatis, dalam tahap pemrograman di Dago, Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/4). Alat berupa tabung yang dikembangkan oleh Gibran Huzaifah ini membantu  peternak ikan dalam menjadwal pemberian pakan.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHOE-Fishery, alat pemberi pakan ikan otomatis, dalam tahap pemrograman di Dago, Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/4). Alat berupa tabung yang dikembangkan oleh Gibran Huzaifah ini membantu peternak ikan dalam menjadwal pemberian pakan.

Mereka dibina dua bulan oleh para pelatih bisnis yang lebih dulu disiapkan. Ada delapan pertemuan yang membahas mulai dari strategi menciptakan produk, merek, pemasaran, mengelola, hingga meningkatkan bisnis. Rencana bisnis setiap peserta lantas dinilai dan mengerucut pada 40 orang. Awal April lalu, dewan juri yang terdiri dari para praktisi dan direktur perusahaan besar memilih pemenang dari lima kategori, yakni makanan dan minuman, fashion, teknologi informasi dan kreatif, jasa, serta mahasiswa. Lima pemenang dijanjikan mendapat dana investasi total Rp 2 miliar.

”Tahun ini akan kami perluas ke 20 kota dan tahun 2020 menjadi 93 kota,” kata Budi yang menamatkan S-1 dan S-2 di Amerika Serikat.

Untuk ekosistem wirausaha di dunia maya, Budi menyiapkan infrastruktur berupa situs www.onein20.com yang terhubung dengan berbagai media sosial. Situs ini mewadahi berbagai pihak, seperti investor, perusahaan, dan wirausaha, selain juga menyediakan pusat belajar dan pasar untuk mempertemukan produsen dan konsumen.

Pola pikir

Menurut Budi dan Yansen, lingkungan dan pola pikir menjadi salah satu kendala terberat dalam upaya mencetak wirausaha. Di kota-kota utama, dorongan menjadi wirausaha di kalangan anak muda mulai tampak. Namun, tidak begitu di kota-kota kedua dan kabupaten. Sembilan puluh persen masih mendamba menjadi pegawai negeri sipil atau karyawan.

”Anaknya baru mulai wirausaha. Sampai di rumah ditanya, kamu dapat uang berapa, Nak? Jadi patah semangat,” kata Budi yang mendirikan PT Mikro Investindo Utama untuk pemberdayaan UMKM.

Jumlah unit usaha kecil dan menengah (UKM) mencapai 98 persen dari total unit usaha yang ada, sisanya usaha besar. Demikian pula dengan penyerapan tenaga kerja UKM yang mencapai 97 persen dari total tenaga kerja nasional. Meski kontribusi UKM terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional baru 57 persen, sektor ini memberi kesempatan lebih besar pada pemerataan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi.

Jumlah wirausaha di Indonesia saat ini baru 1,65 persen dari jumlah penduduk. Jauh di bawah Malaysia yang mencapai 5 persen dan Singapura 7 persen. Sosiolog David McClelland menyebutkan, suatu negara akan maju dan sejahtera bila minimal dua persen penduduknya menjadi wirausaha.

Diana Anggriani (29) yang membuat usaha berupa kosmetik dengan label envyMe menuturkan, mentoring diperlukan karena mentor lebih dulu sukses sehingga mereka punya jalur cepat berdasarkan pengalaman. Selain mentoring, mengikuti komunitas yang sesuai juga mendukung pengembangan bisnis. ”Kita bisa belajar dari kesalahan mereka. Jika kita butuh 10 tahun untuk sukses, dengan mentoring kita bisa percepat jadi tiga tahun, misalnya,” kata Diana yang keluar sebagai salah satu pemenang One in 20 Movement.

Indah Purwanti (28) juga merasakan pahit getir berbisnis karena belajar secara otodidak. Bisnis pertamanya, yaitu berjualan baju secara daring, bangkrut. Barang menumpuk lalu habis dipakai sendiri. Ia kemudian menjadi penjual (reseller) mutiara dari sebuah toko. Mutiara adalah produk unggulan di kampung halamannya, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Dari situ, Indah mencoba membuat sendiri produk berupa gelang, cincin, bros, anting-anting, hiasan rambut, tas, hingga sepatu berhias mutiara yang mendapat respons positif pasar.

Saking identiknya dengan mutiara, ia lebih dikenal sebagai Indah Mutiara Lombok yang kemudian dijadikan label. Apa yang dilakukan Indah sederhana saja. Ia memberi nilai tambah dan sentuhan baru yang selama ini belum pernah muncul. Mutiara yang selama ini hanya diikat dengan cangkang logam, oleh Indah, dipadukan dengan bahan lain, seperti pita, brokat, payet, dan batu alam. Salah satu produk terlarisnya adalah ikat pinggang yang juga bisa difungsikan sebagai kalung seharga Rp 400.000 per buah. ”Harga jualnya bisa lebih tinggi ketimbang mutiara hanya dipasang dengan casting logam,” kata Indah yang pernah mendapat pelatihan bisnis saat mengikuti program Wirausaha Muda Mandiri.

Memulai usaha pada 2011, omzet usahanya kini mencapai Rp 5 miliar per tahun. Selain dipasarkan secara daring, Indah juga telah mampu membuka galeri di Mataram, NTB, dan Surabaya, Jawa Timur. Produknya juga dikirimkan secara berkala ke toko perhiasan di Lebanon, Belanda, Thailand, Singapura, dan Jepang. Penjualan terbesarnya melalui ratusan reseller, yakni ibu-ibu rumah tangga yang bermodal foto-foto produk Indah yang dipasang sebagai foto profil di media sosial.

”Kalau sejak awal mendapat mentoring, mungkin usaha saya bisa berkembang lebih cepat,” kata Indah.

Berbagi memang indah.

Sumber: http://epaper1.kompas.com/kompas/books/150503kompas/#/25/