Cost of Monopoly…!!

Oleh Eddy Satriya

#monopoli #infrastruktur #kualitas #bumn

Tidak pernah terbersit dalam pikiran saya pergi tugas kali ini akan menjadi sedikit repot. Mengapa? Karena ternyata tidak ada penerbangan malam, baik ke Yogya ataupun Solo. Sedangkan acara Selasa pagi. Alhasil, bijimanapun saya mengakalinya tidak ada alternatif paling praktis menuju Pacitan selain menggunakan jasa KAI, ya Kereta Apinya Indonesia.

Tiket Garuda yg cuma sekali penerbangsn ke YIA, Yogyakarta International Airport harus saya open lagi, karena berubahnya jadwal rapat di kantor siang tadi. Entah kapan bisa digunakan. Dalam hati saya berdoa tidak hangus. Masih ada satu lagi opened ticket saya yg hampir expired, ke Banjarmasin kalau tidak salah.

Jika ke YIA jadwal terakhir 1605, ke Oslo eh Solo lebih awal lagi jam 1520.  Celaka dua belas bah..!! Kata generasi kolonial seperti saya.

Betapa tidak? Di era penerbangan modern dg landasan yg sudah siap didarati pesawat kapan saja karena penerangan tersedia, ternyata oh ternyata.. Itu semua hampa, menjadi seperti pepesan kosong. Ketersediaan infrastruktur yg sdh dibiayai mahal-mahal, mahal banget malah, tidak bisa dimaksimalkan.

Sebelum pantat saya istirahat di gerbong Executive 6 Gajayana sore ini, sekitar jam 17an saya dapat kiriman video sangat mengerikan di ponsel saya. Video yg dikirim via aplikasi WA itu benar2 horror, horror tenan. Sumpeh!

Betapa tidak, sekitar 10 ya sepuluh nyawa melayang bebas.. Sementara puluhan kendaraan hancur tergilas truk BBM besar milik BUMN besar kita pula. Darah berceceran dimana 2. Sebelum melihat video tersebut, saya bayangkan ke 15 orang korban tadi terpanggang oleh api. Ternyata mereka jadi bantalan truk yg tidak bisa dikendalikan sang supir.

Video itu mengingatkan saya akan cerita serupa, tapi tak sama dg yang saya lihat di daerah perkebunan di sekitar Perbaungan, Sumut akhir tahun 1970an. Tapi ini kejadiannya adalah kecelakaan 2 bus besar antar kota yg, sama juga, tidak bisa dikendalikan pengemudi di tikungan yg sepi, sehingga masing-masing bus terkelupas separohnya di bagian yg bersenggolan. Menyisakan potongan tangan, kaki, dan bahkan maaf😭.. kepala manusia yg jadi korban. Sayang kisah ini hanya melekat dan tinggal di kepala saya, tidak bisa saya video kan seperti zaman sekarang. Mengambil gambar saja meski sudah ada tustelpun tidak sempat, karena shock dan ngeri.

Truk BBM yg menggilas habis belasan pemotor di Cibubur ini dan meringsekkan bbrp mobil, pasti viral dan masih beredar saat ini. Dan sudah pasti menjadi santapan eunak banget bagi media massa kita di era pers bebas merdeka ini. Seperti biasa, video sejenis ini bagi saya akan berhenti di ponsel saya saja, tidak layak utk di share ke orang lain. Meski saya haqqul yaqqin, sebelum fajar sudah akan menghiasi ruangan tengah anda via berita pagi, breaking news. Entah kok indak. Kata orang awak.

Berita sejenis naiknya BBM, LPG dan tarif listrik ketika harga internasional membubung (tapi tidak turun ketika harga diluar juga turun) atau masih jeleknya kualitas layanan infrastruktur lainnya, nampak nya masih akan menghantui untuk bbrp masa mendatang.

Begitulah…costs of monopoly memang sering harus dibayar sangat2 mahal. Karena itu di negara maju monopoly utk infrastruktur sdh jauh2 hari diharamkan. Kitapun di akhir tahun 90an sdh menerapkannya. Berbagai sektor di bawah infrastruktir sebut saja ketenagalistrikan, telekomunikasi, migas, jalan tol, perhubungan laut, darat, udara dan penyeberangan, water supply, perumahan dll sudah diliberalisasi. Siap dengan Undang Undang baru dan lembaga atau badan regulasi masing-masing.

Sayang dari sekian UU sektor yg mengarah kepada kompetisi tersebut, hanya tersisa utuh satu atau dua saja. Salah satunya yg bertahan adalah UU Telekomunikasi No 36 tahun 1999. Sisanya diberangus, direvisi, atau court rulling bahasa salah satu koran English merevisi judul artikel saya ttg Energy masa itu.

UU Telekomunikasi yg mampu bertahan telah memberikan kemudahan dan mutu layanan yg lumayan bagi konsumen, hingga kini. Yang lain? Ya.. itu tadi, membuat hidup dan tugas kita jadi lebih sulit.

Ceceran darah, tulang patah dan kepala rengkah para korban dilindas truk BBM puluhan ton itu memang sebuah kecelakaan.

However, revisi / pembatalan UU atau court ruling is not by accident, though🙏

Di atasnya Gajayana Kutoarjo-Yogya, dini hari 19 Juli 2022.

Akal dan Kencing

Masih ingat pepatah “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari!”?

Ya ini gambaran bagaimana seseorang meneladani atau lebih tepatnya meniru kerjaan atau polah orang lain dengan lebih kreatif dan atau lebih parah. Ya, lebih parah, karena apa yg dimaksudkan disini sering dikonotasikan atau menggambarkan sesuatu yg negatif.

Lalu apa pasalnya sekarang? Kebetulan saya harus berliku pagi ini untuk mengejar agenda penting di kantor. Biasa, karena jalanan sudah back to normal, even worst, saya cadangkan waktu lebih banyak. Biar tidak stress memelototi Google map yg terkadang makin kurang akurat. Biasa, teknologi modern tidak bisa diajak masuk gang kampung.

Terdesak kebelet kencing, saya minta driver, ya pakai english dikit biar lebih keren supir saya, mampir ke pom bensin.

Jika dahulu saya selalu minta dan sedia uang Receh, skrg tidak perlu lagi. Karena sejak Erick Tohir sang menteri BUMN memviralkan toilet di Pertamina, nampaknya pengelola SPBU ciut juga. Tidak ada lagi tulisan “Mandi lima ribu, Kencing Seribu!!”

Namun kali ini saya kena batunya. Pandangan saya sisir dari pintu masuk SPBU, tak kulihat itu tulisan toilet. “Cemana pula ini?” gumam saya dlm hati.

Ternyata beruntung, di ujung bangunan ada tulisan musholla. Pastilah toilet di dalam sana, pikiran saya mengaminkan penglihatan.

Benar saja, tanpa pikir panjang sy terpaksa harus buru2 mencopot sepatu dan membuka kaos kaki.

Psssss… Lega?

Belum, sambil senyum sy rogoh lembar ungu utk dimasukkan ke kotak “amal” yg tadinya sdh tidak boleh ada di SPBU. Untung ada uang receh itu di kantong. Kalau tidak ada, petugas yg tadi tidak kelihatan waktu saya datang- mirip tukang parkir- sekarang tetiba nongol berbenah macam2 di dekat kotak amal sambil mengawasi saya yg senyum lebar ketika hajat sudah tersalurkan.

Kreatif nya rakyat kita ya demikian, meski sdh dilarang oleh Menteri sekalipun mereka muter akal luar biasa lihainya. Kotak di toilet dilarang, mushalla dibesarkan dan diberi nama dan asesori sedemikan rupa.

The Kotak is still survive..!

My question is also still around. Bisnisnya bensin dan BBM kok biaya kencing saja tdk bisa gratis?

T e r l a l u, kata Oma Irama..

Selamat pagi, selamat datang di #kurenahuddaeddy

Beberapa Link terkait Masela

http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/09/23/433994/wewenang-blok-masela-ada-di-menteri-esdm

http://bisnis.liputan6.com/read/2324342/cadangan-gas-tambah-besar-rencana-proyek-blok-masela-dievaluasi

http://bisnis.liputan6.com/read/2324193/menteri-esdm-restui-proyek-kilang-lng-terapung-masela

http://bisnis.liputan6.com/read/2323640/untung-rugi-pengembangan-blok-masela-versi-skk-migas

http://www.offshore-technology.com/projects/abadi-field/abadi-field1.html

http://bisnis.liputan6.com/read/2322841/rizal-ramli-minta-esdm-bangun-infrastruktur-gas-di-blok-masela

http://m.rmol.co/news.php?id=218805

http://obsessionnews.com/ada-penghela-kepentingan-asing-di-masela/

It’s the gas do matter, Sir!

That’s fine you build others new factories, but just make sure that all the required gas supplied is secured. Otherwise, it will be just like other plant. 

Bagaimanapun juga komitment Gas kita (DMO) harus ditegakkan, semoga bisa!

Regards,

Eddy


+++++++++++++

Thursday, January 05, 2012 11:52 AM

BUSINESS

Pusri allocates Rp 24t to build 4 fertilizer factories

The Jakarta Post | Thu, 01/05/2012 10:13 AM

State-owned fertilizer company PT Pupuk Sriwijaya (Pusri) plans to build four new factories worth Rp 24 trillion to increase its fertilizer production.

The new factories were expected to begin operating in 2015, the company’s president director Arifin Tasrif said Wednesday night as reported by kontan.co.id.

Two of the four factories, which will each have the capacity to produce one ton of urea per year each, will be located on land belonging to PT Pupuk Kujang in Bojonegoro and PT Petrokimia in Gresik, respectively, both of which are based in East Java. They have signed an agreement with Mobil Cepu to receive gas supplies as Pusri will need 170 million standard cubic feet per day (mmscfd) of gas to operate the factories.

Elpiji Ini Membunuhku

….

Masih kurang gila, beberapa hari lalu Pertamina kembali menyiratkan rencana akan menaikkan harga LPG 12 kg ke tingkat sekitar Rp 69 ribuan (dibulatkan saja Rp 70ribuan karena di agen juga sudah akan naik dan tidak pernah sama dengan yang diumumkan). KEGILAAN ini lah yang mungkin membuat Direktur Niaga dan Pemasaran Pertamina Achmad Faisal menunda rencana tersebut, hingga Kompas menerbitkan berita dengan judul yang cukup membingungkan “Bulan Depan Harga Elpiji Tidak Naik”. Tidak jelas memang, apakah pers yang berhasil dibingungkan Pertamina atau memang Pertamina yang bingung. Satu yang pasti saya sebagai rakyat juga ikut bingung, apalagi masyarakat luas lainnya.

Ah….Elpiji ini membunuhku!! Ironis kan.

Kita ekspor LNG, kita impor LPG; kita ekspor minyak, kita impor BBM.

…..selengkapnya