My Masterpiece…

My first, My Masterpiece..

Sebuah tulisan lama, hasil perenungan 14 tahun semenjak bekerja di Bappenas akhir 1989 lalu. Diterbitkan pada 11 Januari 2003 lalu, persis ketika saya ultah ke-40, sekaligus sebagai kado ultah.Semoga berguna.

Aamiin yra.

Berlatih Untuk Mati..!

BERLATIH UNTUK MATI
(Tulisan seorang dokter yg bertugas di RS)

Seringnya mendapat giliran tugas menunggui mereka yang sedang menghadapi sakratul maut alias detik-detik menjelang lepasnya nyawa dari tubuh fisiknya, membuat saya banyak merenungkan apa arti dari semua ini.
Sebuah kesempatan belajar yang langka dan tidak semua orang bisa mengalaminya.

Apa pentingnya buat saya?
Sangat penting, karena dari peristiwa itulah saya terus disadarkan bagaimana mengisi hari-hari yang saya jalani ini, agar bisa berakhir dengan penuh makna, mencapai tujuan yang diagendakan sejak sebelum saya diturunkan ke dunia, dan belajar menghargai waktu yang tersisa dengan hidup yang lebih berkualitas.

Cara orang meninggal dunia itu berbeda-beda. Kemiripannya hanya pada tanda-tanda yang menyertai sebelum maut menjemput. Wajah yang mendadak berubah, seperti bukan yang kita kenali selama ini. Pucat, bahkan putih seperti tembok. Terutama sorot mata mereka, yang sebentar kosong, sebentar gelisah, sebentar marah.

Perilaku juga berubah. Ada yang keinginan nya harus dituruti betapa pun anehnya. Atau membuat orang lain kesal, dan yang bersangkutan sendiri marah atau uring-uringan. Mereka juga jadi labil secara emosi. Sedih, sering menangis tanpa tertahan lagi, takut ditinggal sendirian. Semakin mendekati waktunya, semakin gelisah menanyakan hari,tanggal atau jam. Juga tak betah lagi mengenakan segala macam alat bantu medis yang dimaksudkan untuk membuat mereka lebih lama bertahan hidup.

Yang membedakan adalah seberapa pasrah atau seberapa besar keyakinan mereka terhadap Tuhan, semasa hidupnya. Kebanyakan mereka yang simpel dan lurus-lurus saja hidupnya, tak banyak kuatir memikirkan ini itu hingga detil, lebih cepat “berangkat” nya. Tapi jika masih ada banyak ganjalan di hati dan pikirannya, seringkali mengalami kesusahan pada saat jiwanya akan lepas dari tubuhnya.

Hal ini membuat saya berpikir, bahwa untuk mati dengan mudah tanpa melalui banyak siksaan, adalah dengan melatihnya semasa kita masih hidup di dunia.

Berlatih utk mati ?
Ya, Anda tidak salah baca, dan saya tidak sedang becanda

Yang pertama perlu dilatih adalah soal keyakinan kita. Yakin dan menyadari dengan sesadar-sadarnya bahwa segala sesuatu itu baik adanya, berujung kebaikan, dan selalu ada kebaikan walau nampaknya susah sekalipun. Ini adalah fondasi yang sangat penting ketika nyawa kita tengah berada di ujung tanduk nanti.

Kebaikan yang selalu kita yakini dan pikirkan akan membuat kita menyambut kematian dengan Kepasrahan dan Kerelaan. Putusnya nyawa dan keluarnya jiwa dari tubuh fisik kita akan lancar sama seperti ketika buang hajat besar, semakin kita rileks, akan semakin mudah, tapi semakin kita tegang, semakin susah lepas.

Latihan kedua adalah berlatih melepas.
Melepas apa saja yang selama ini kita anggap sebagai hak kita. Sadarilah bahwa kita tidak memiliki apa-apa dan tidak berhak atas apapun, termasuk memikirkan nasib orang-orang yang kita kasihi yang akan kita tinggalkan.

Itu bukan urusan dan tanggung jawab kita.
Mereka adalah milik Tuhan dan masing-masing memiliki urusannya sendiri-sendiri dengan semesta. Lepaskan juga segala urusan harta, kekayaan dan apapun yang masih mengikat dan menguasai kita, sejak sekarang ini, selagi kita masih hidup.

Artinya, ini adalah latihan mental agar kita tidak terus menerus kuatir dan memikirkan sesuatu yang nantinya akan kita tinggalkan.
Melepaskan juga berarti melepaskan dendam, kemarahan, kepahitan, luka batin yang masih ada.

Bersihkan mulai dari sekarang ini, hingga tak ada sisa sama sekali. Berilah maaf kepada mereka yang pernah menyakiti hati, mengkhianati, mengakali kita, seikhlas-ikhlasnya.

Latihan juga tidak berhenti di aspek spiritual dan mental saja, namun juga di aspek fisik.
Memang tubuh fisik kita nantinya akan kita tinggalkan. Tapi lebih enak mana meninggal dengan sehat atau dengan sakit?

Berlatihlah menghormati dan menghargai tubuh kita mulai dari sekarang. Mulai belajar mendengarkan suaranya, apa yang sebenarnya ia butuhkan, bukan apa yang kita (ego/nafsu) butuhkan.

Berikanlah apa yang tubuh inginkan sejak sekarang, agar ia tak membangkang atau menusuk di belakang pada saat kita tak berdaya lagi. Tapi ini bukan berarti manipulasi ya. Lakukanlah dengan ikhlas, karena mengasihi tubuh sendiri sama dengan melayani orang yang sedang sekarat.

Perlu hati-hati, cermat, penuh hormat. Daripada nantinya tubuh kita habis dimakan obat, lebih baik memeliharanya dengan baik semasa kita masih bisa. Berikan makanan yang sehat, olahraga yang cukup, sinar matahari pagi, dan air bersih yang sesuai kebutuhan.

Banyak lagi yang bisa kita latihkan untuk menyambut kematian dengan gembira dan bukan dengan air mata.

Sudah waktunya kita mengubah persepsi tentang kematian bukan lagi sebagai peristiwa dukacita tapi kemenangan dalam perjalanan Hidup.

Muhasabah di awal tahun 2021.
Selamat merenungkan dan mulai berlatih.
Salam Sehat..

Acara Webinar Outlook KUMKM

Alhamdulilah tadi berpartisipasi di acara Outlook KUMKM 2021 membawakan topik Transformasi UMi dari Informal ke Formal

Untuk file lengkap silakan cek link berikut ini. Terima kasih atas perhatian dan bantuan bapak ibu memajukan KUMKM kita yang butuh usaha bersama dan gotong royong untuk segera keluar dari stagnasi ekonomi akibat pandemi.

Catatan: Bahan presentasi di atas hanya untuk penggunaan terbatas riset dan pendidikan, bukan untuk publikasi. tks

Another walk for IAEVR100K

Another walk

My walk today for IAEVR100k

First posting

Happy jogging for IAE ITB.

LCC dan kiloan

check in

Proses check in di Bandara Narita ketika akan kembali ke Indonesia. Cukup strict, tapi tetap bisa di akali.

Salah satu pengalaman berharga mengikuti tour backpacker ke Tokyo 22-28 Sept 2018 bersama 15 orang teman (termasuk istri dan 2 anak saya) adalah ttg bagasi. Sedari awal oleh koordinator, semi koordinator, salah seorang yunior saya alumni ITB menegaskan perlunya perhatian ttg bagasi ini.

Naik Air Asia yg memang bisa menerbangkan banyak orang ini, kita harus membuat rencana. Bagasi harus dibeli ketika membeli tiket. Ini jauh lebih murah, dibanding membeli belakangan. Mahalnya berlipat2.

Saya berempat memutuskan membeli bagasi 20 kg pergi, dan 30 kg pulang. Kelihatannya bagasi kelipatan 20 kg. Karena itu sy share,  bagasi 20kg dg teman.

Disamping bagasi yg di check in kan spt diatas, AA memberikan bagasi cuma 2 seberat 7kg per penumpang. Dari awal, sesuai arahan koordinator saya merasa ini bagus, strict, dan perlu ditaati. Meski berangkat tidak terlalu banyak barang yg dibawa, tidak ajal kami kesulitan juga. Untuk mengirit pengeluaran, kami mencari apartemen dan memang telah menyediakan rice cooker, dan peralatan dapur super lengkap. Karenanya banyak peserta yg membawa bahan2 utk dimasak. Thus, kami pun demikian. Akibatnya, tak ayal timbangan bagasi kamipun mepet diangka 20kg yg terbagi atas 2 koper kecil. Sementara ransel dan tas kabin lainnya juga nyaris di maksimalkan pada angka 7 kg per orang.

Ketika waktu check in tiba di T3 bandara Sukarno Hatta, saya mmg sengaja menyuruh 2 anak utk membereskannya. Sekalian kesempatan mereka belajar sebagian proses kehidupan bermasyarakat. Ternyata ada kelebihan timbangan, total 22 kg menurut timbangan counter. Sebagian pakaian dipindah ke tas ransel kabin ug memang sdh dicadanglan agak longgar.

Setelah selesai proses check in pun kami masih menimbang sisa tas labin dan membagi kelebihan tadi biar merata. Aman, masing2 dg berat 7kg atau kurang.

Menuju imigrasi saya juga masih bertanya2 dalam hati. Dimana kiranya AA menyetop penumpang utk pengecheckan tas kabin. Ternyata tidak ada hari itu pemeriksaan. Atau memang tidak pernah ada, saya ridak tahu. Yang pasti semua penumpang melenggang dengan bebasnya membawa tas kabin atau koper yg menurut dugaan saya banyak yg lebih dari 7 kg isinya.

Setelah selamat sampai di Tokyo, beraktivitas termasuk belanja, maklum anak milenial ada2 saja yg dibeli mereka, gilirann pulangpun datang.

Packing luggage menjelang pulang besok hari kembali ramai dg urusan timbangan. Sama spt berangkat, pertanyaan saya muncul. The same questions. Ternyata, meski petugas counter memeriksa dg teliti banyalnya bagasi, mereka cukup baik hati meloloskan kelebihan timbangan, tidak banyak tentunya. Dan sama sekali tidak ada pemerikaaan bagasi kabin. Sehingga banyak penumpang melenggang dg tas kabin yg cukup berat, saya kira di atas 10kg, ditambah kantong 2 plastik belanjaan besar kecil dg logo pusat belanja bandara Tokyo.

Jadi, terbang sg LCC itu tidak selalu tegang dan sengsara. Tergantung kita. Ikut aturan saja and Enjoy it!

WSIS + 10 boost cross sectoral ICT application

Today WSIS unveils new approach on ICT application around the globe, here in nice summer city Geneva. Hamadan Toure, the Secretary General of ITU open the main opening ceremony, while Mr. Ban Ki Moon can not make it to Geneva. The new approach is by adding another 10 vision and policy statements in addition to the existing which ITU has had in Geneva (2003) and Tunis (2005). Now it becomes the WSIS+10.

Image

A series of welcoming speeches remarked the event. So many to speak, but so little time left. Representative from various international organization put their views on the table. Ranging from WHO for health, UPU for postal services, also from the World Bank and UNEP and teens of other organizations.

To highlight, the world is now under the same understanding that ICT is getting more and more cross sectoral issues and it is no longer treated solely as infrastructure.

After the ceremony of WSIS Project Prizes and lunch break, the meeting continued to have a lesson learned from various countries by listening on each of their respective policy statements.

Brazil and Greece views ICT as a critical tools to improve their economy. Brazil welcome to host the next WSIS meeting in Sao Paolo.

Ministry of Telecomm and Mass Communications of Russia, Mr. Rashid Ismailov, declared that his country has connected all part of his nation with ICT. He emphasizes that Russia is also fulfilled their task to contribute into all of UN agencies to provide ICT application in place.

Khedija Gharianim, as SG of AICTO, delivers her speech about the vision that Arab country has developed. Arab country focused on one of the common problems in their areas, employment. By putting ICT in place, she believes that Arab country would solve some youth employment problems pretty fast. Ethics is also one of the aspect that AICTO took it seriously.

Stuart Hamilton from IFLA addresses the issue on copy right, financial inclusion and preserve the heritage buildings and documents.

The reps from Senegal puts the ICT is now the real engines of their country economy.

Last but not least, is Indonesia policy statements. It is as follows

Indonesia Policy Statement in WSIS+10

Yang Paling Indah – sebuah lagu indah untuk anda.

v

Sebuah lagu lama yang dipopulerkan oleh Grace Simon tahu 1970-an semoga bermanfaat dan bisa membawa anda ke masa lalu untuk sekedar bernostalgia dan menghilangkan kesumpekan yang dialami saat ini. Thanks

Untuk lebih lengkap, pls click here..!