Sisi Lain Covid19…

Jeritan hati pak supir 😭😭😭

Kami para sopir angkutan memohon kepada Bpk.Gurbenur.walikota.bupati

Dengan menutup pintu keluar masuk propinsi secara tidak langsung membunuh mata pencaharian kami..

Jangan biarkan anak2 kami menangis pilu di saat anak2 kalian tertawa gembira
Jangan biarkan kami kelaparan di saat kalian terlelap tidur karena kekenyangan

Karena anak. istri berikut kredit mobil kami tidak di tanggung oleh negara

Kenapa harus kami yg di korbankan karena ketakutan kalian yg tidak kami takuti..

Yang kami takuti apabila anak dan istri kami mati kelaparan Krn tidak dapat makan.. siapakah yg bertanggung jawab?

Padahal Allah menyuruh kami tetap berusaha dan bertanggung jawab kepada anak dan istri kami. itu yg kami pertanggung jawabkan di akhirat nanti

Kenapa kami selalu di hadapkan dengan aparat hukum di bentak di hardik seakan kami ini teroris..padahal kami ini adalah pejuang dan pahlawan bagi keluarga kecil kami..

Di saat kalian berbagi THR kami hanya bisa berkata ‘Apakah esok hari anak2 kami dapat makan”

Apakah kalian pernah merasakan di saat semua orang tidur nyenyak ada seorang sopir tetap terbangun dan bekerja menafkahi keluarganya demi memberikan kehidupan yg layak utk anak istrinya

Apakah ada cara lain yang bijak dengan tidak membunuh mata pencaharian kami..berilah aturan yg adil buat kami semoga dapat hidayah ..

Wassalam
Curahan hati seorang sopir angkutan😭

Lokasi 🚩 Perbatasan Riau-Sumut (Bagan batu)

28-April-2021

Eternal Patrol, Eternal Love…

Keren nih tulisan, meski gak tahu persis yg nulis siapa.

~SURAT CINTA SANG PRAJURIT ~
Judul : Eternal Patrol, Eternal Love
Penulis : Langit Rindu

“Dek, tolong siapin perlengkapan seperti biasa, dong. Besok ada latihan,” pinta Mas Dwi padaku selepas makan sahur.

“Oke, kali ini berapa lama?” tanyaku.

“Latihannya hari Rabu, dini hari ngeluncurin torpedo, dilanjutkan menembakkan peluru perang. Pagi kemungkinan udah nggak di air lagi. Cuma, ada banyak yang harus dipersiapkan, jadi besok Mas udah harus berangkat.”

“Bali lagi, ya?”

“Iya, Sayang. Kenapa memangnya?”

“Nggak, banyak bule pakai baju kurang bahan. Kasihan Masku yang lagi shaum ini. Mesti ekstra jaga pandangan.”

Dia tertawa sehingga matanya menyipit. Tawa yang menjadi canduku sejak awal bertemu.

“Mas kan nggak main ke pantai, mainnya sama peralatan tempur di dalam kapal, di kedalaman yang nggak mungkin ada bule berenang. Palingan juga duyung. Tapi, kalau pun ada duyung, pasti nggak secantik kamu.”

Entah kenapa aku masih saja malu saat Mas Dwi mulai bersikap dan berkata manis.

“Tuh, pipinya merah. Padahal udah hampir sepuluh tahun menikah,” godanya lagi sambil menunjuk pipiku yang terasa hangat.

“Ish, udah ah. Kira-kira, Mas bisa pulang nggak pas anniversary kita? Udah mau sepuluh tahun, aku belum pernah dikasih kue.” Aku pura-pura menggerutu untuk mengalihkan pembicaraan. Sungguh aku masih belum imun dengan segala sikap manisnya.

“Your wish is my command, Sayang,” sahutnya sambil menundukkan punggungnya di hadapanku seolah-olah sedang berhadapan dengan seorang putri seperti di film-film Disney.

Sisa hari kami habiskan berdua dengan Mas Dwi yang menempeliku ke mana pun aku bergerak, kecuali ke toilet. Kebetulan dua anak kami sejak kemarin menginap di rumah nenek mereka.

Kami ke minimarket di depan gang dengan menggunakan sepeda motor, membeli barang belanjaan pengisi kulkas dan camilan. Mas Dwi kemudian memintaku untuk memasak tumis kangkung dan ayam kecap, menu kesukaannya. Aku memasak dengan gugup karena ia duduk di meja dapur, tak melakukan apa pun selain memperhatikanku.

“Ini enak banget. Terima kasih, Dek, selama ini udah jadi istri yang baik dan sempurna buat Mas.”

“Aku yang terima kasih karena Mas mau bersabar denganku. Mas itu suami terbaik di dunia yang khusus diciptakan untukku,” pujiku tulus.


“Mas berangkat, Dek. Hati-hati di rumah. Semoga Allah melindungimu dan anak-anak kita,” pamitnya selepas salat Subuh. Sempat tadarus dan menyimak hafalan anak-anak juga sebelum bersiap-siap.

“Mas juga hati-hati, ya. Semoga Allah menjaga Mas juga di mana pun berada. Aku udah masukin sambel kacang dan tempe buat makan sahur dan buka puasa. Kalau memungkinkan untuk menghubungi, jangan lupa kabari ya, Mas?”

Mas Dwi mengangguk, kemudian memeluk erat dan mencium ubun-ubunku seraya melafalkan doa lirih. Aku telah terbiasa mengantarnya berangkat dinas, tetapi kali ini rasanya sungguh berat. Saat mobil yang menjemputnya telah hilang dari pandangan, seketika hatiku merasa kosong.

Beberapa kali Mas Dwi menghubungi sampai Rabu dini hari sebelum masuk kapal selam.

“Mas sudah mau nyelam, Dek. Doakan ya. Oiya, sambel kacangnya udah habis waktu buka puasa semalam. Mas bagi sama kawan-kawan. Besok Mas sahur apa, ya?” katanya di telepon.

“Makan makanan kapal.” Aku tertawa di antara kantuk, sebelum kembali bicara. “Ntar kalau Mas pulang, boleh request mau dimasakin apa aja.”

Hening dari seberang sana, aku sampai mengecek apakah sambungannya terputus, ternyata tidak.

“Mas … Mas Dwi. Ngelamun, ya?” tanyaku.

“Eh, iya. Kangen banget,” keluhnya. “Sayang, jaga anak-anak baik-baik, ya? Kamu pasti bisa.”

“Kok Mas ngomongnya gitu?” protesku. “Kayak mau ke mana aja.”

“Nggak apa-apa, tiba-tiba kepikiran aja. Udah dulu, ya. Sebentar lagi dipanggil, nih. Uhibbuki fillah, ya zaujati.”

Sebelum sempat aku membalas ucapannya, sambungan pun terputus.

Aku juga, mencintaimu karena Allah, Mas.

Setelah telepon itu, entah kenapa hatiku gelisah dan memutuskan untuk tidak melakukan apa pun. Sore harinya, kegelisahanku sempurna menciptakan tangis. Kapal selam mereka hilang kontak.

Kuambil wudu dengan harapan sedikit meredakan kusutnya pikiran. Setelah itu, menunaikan salat dua rakaat dan menumpahkan segala resah ke sisi langit. Sadar betul, tidak ada yang lebih kuasa dan tempat memohon pertolongan selain Allah.

Waktu berjalan lambat. Kala statusnya masih dinyatakan hilang pertama kali, harapanku masih meninggi. Setidaknya, menurut keterangan mereka membawa cukup logistik dan persediaan oksigen masih mencukupi hingga 72 jam.

Hari pertama berlalu, aku berbuka dan sahur ditemani derai air mata dan selaksa doa. Tidak ada informasi yang menumbuhkan positif vibes.

Hari kedua, informasi menyatakan kapal mereka ada di kedalaman kurang lebih 850m di bawah laut. Allahu Rabbi … tak dapat kubayangkan lelakiku dan rekan-rekannya berjuang di tengah tekanan udara yang begitu besar. Baja saja akan remuk di kedalaman itu, apalagi tubuh manusia.

Hatiku semakin hancur kala informasi mengenai munculnya kepingan dan barang-barang yang diyakini bagian dari kapal selam yang mereka naiki. Mataku menyorot pada sebuah gulungan di layar televisi. Tidak salah lagi, itu sajadah waterproof yang kubeli setahun yang lalu untuk Mas Dwi.

Ya Allah … inikah saatnya untuk merelakan?

Saat aku tenggelam dalam kesedihan, terdengar bel pintu berbunyi. Seorang laki-laki membawa buket bunga mawar beserta kotak kue.

“Dengan Ibu Zea Fridayanti?” tanyanya.

“Iya.”

“Ini ada paket untuk Ibu, mohon ditanda tangan.”

“Terima kasih,” ucapku setelah menandatangani bukti terima.

Untuk pertama kalinya di anniversary kami, Mas Dwi memberiku bunga sekaligus kue. Sepertinya ia menyiapkan semuanya sebelum berangkat.

Ya Allah … andai aku diperkenankan memilih, aku memilih tidak mendapat kue anniversary selamanya asal lelakiku masih ada di sisiku.

Sepucuk surat yang menyertai buket bunga itu berisi tulisan khas Mas Dwi.

“Assalamualaikum, Sayang. Sudah lihat kue dan bunganya? Suka? Apa kabarmu? Pasti sedang cantik. Kapan, sih, kamu jeleknya? Izinkan aku bernostalgia pada pertemuan pertama kita.”

Aku menarik napas sebelum meneruskan membaca. Harusnya wajahku bersemu malu, nyatanya hanya ada perih, sesak, seperti ribuan jarum menghujam dada.

“Kamu tahu, Sayang. Saat Mas diajak pamanmu ke rumahnya, pertama kalinya Mas melihat gadis cantik dengan seragam SMA dan membuatnya menangis di pertemuan pertama. Mas menyindirnya yang memperlihatkan rambut indahnya. Pulang dari sana, pamanmu menghajar Mas karena membuat keponakannya menangis. Akan tetapi, seminggu setelahnya pamanmu justru berterima kasih karena kamu akhirnya menutup aurat dengan sempurna.”

Aku tersenyum mengingat pertemuan pertama kami itu. Lelaki yang menyita atensi sejak awal sosoknya tertangkap oleh mataku. Namun, kekaguman itu berubah menjadi kekesalan saat ia menyindir rambutku yang digerai asal tanpa kerudung. Sindiran yang merasuk di hati dan dengannya Allah menuntunku untuk mengenakan kerudung.

“Dua tahun tidak bertemu, pada akhirnya Mas menemukanmu dengan metamorfosa sempurna. Kamu menjelma menjadi gadis salihah. Mas yang sudah di ambang 30 tahun dengan tak tahu dirinya melamarmu, siap dengan penolakan. Tapi kami adalah prajurit, pantang mundur sebelum berperang.”

Usia kami memang terpaut hampir sepuluh tahun. Namun, pesona seorang Dwi Naresta tidak ingin kulewatkan begitu saja.

“Mas sudah siap ditolak, tapi Allah Maha Baik. Kamu menerima, apa jangan-jangan kamu memang udah suka, ya, sama Mas?”

Tepat. Aku memang menyukainya sejak awal bertemu. Kekesalan atas sindirannya tak mampu mengalahkan rasa suka yang mulai tumbuh. Dua tahun memendam rasa tanpa pernah bertemu lagi, lalu ia datang menawarkan bahagia, kenapa mesti ditolak?

“To be my wife, thank you so much.”

And I’m blessed to have you as my husband, Mas.

“Terima kasih untuk semua ekspresi cintamu selama ini. Mas berharap kita akan senantiasa saling mencintai di bumi, kemudian mati dan hidup lagi untuk bersama kembali di surga.”

Terima kasih juga untuk seluruh cintamu yang melengkapiku, Mas. Insyaallah … insyaallah kita akan berkumpul kembali di surga.

“Didik anak-anak agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang baik seperti Mama mereka, ya. Mas ridho padamu. Miss you and love you to the sky sampai under the sea haha.”

Aku tak mampu tertawa membacanya, Mas. Sebab tahu, setelah ini aku tak akan mendengarkan gombalanmu lagi.

Selamat jalan, cintaku. Purna sudah tugasmu mengabdi. Sebegitunya engkau mencintai laut, sampai-sampai menemui takdir kematian juga di sana.

Aku tak tahu sedang apa engkau kala Malaikat Izrail mendatangimu. Sedang sahur? Salat Subuh? Salat Duha? Sedang menikmati lapar puasa? Atau saat berbuka?

Satu yang kuyakini, engkau kini tengah bahagia. Sebab cita-citamu ialah syahid. Engkau kini syuhada, dipanggil oleh Allah dengan cara yang indah karena ini bulan mulia. Sebagaimana rekan-rekanmu yang lain.

Hanya sepuluh tahun Allah beri waktu membersamaimu di dunia. Janji, ya. Setelah ini kita akan bersama lagi, tidak hanya untuk sepuluh tahun. Tunggu aku di pintu surga, Kapten!

Garut, 26 April 2021

Copas

SuratCintaSangPatriot

TUNAISUDAHJANJIBAKTI

SETIASAMPAIAKHIRHAYAT❤⚓⚓

Buku Saku Pasca Covid

Don’t miss it.

They are gone. Innalillahiwainnailaihirojiuun.

https://www.cnn.com/2021/04/23/asia/indonesia-submarine-intl-hnk/index.html

Paul Zhang Minta Penista Agama Minoritas Lain Juga Diproses Hukum

Dari wa seorang kawan

JawaPos.com – Setelah melakukan wawancara eksklusif dengan wartawan JawaPos.com melalui live Zoom meeting yang juga disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Hagios Europe pada Selasa menjelang tengah malam WIB(20/4), Jozeph Paul Zhang mengeluarkan pernyataan resmi kepada kami. Berikut ini adalah pernyataannya:

Om Swastiastu,

  1. Polisi di era Presiden Jokowi sangat profesional. Jadi wajar mereka bertindakan sesuai SOP yang berlaku.
    Namun apakah mereka juga akan menangkap Yahya Waloni, Ustad Abdul Somad, Tengku Zulkarnain, Munarman dan juga para YouTubers Islam yang menista agama Kristen? Ada ratusan YouTubers islam yang menista Kristen seperti Nandar, Zuma, HMC, Aya Soffa, Agus Tan, dll. Bagaimana dengan Mualaf Center Indonesia yang jelas-jelas penuh dusta menghina Kristen? Steven Indra Wibowo, Hani Kristian, Irena Handono…

Bahkan Hani Kristian dan Steven Indra sudah DPO Polres Cirebon malah gak ada kabarnya lagi.
BELUM PERNAH SAYA DENGAR POLISI MENANGKAP PENISTA KRISTEN ATAU AGAMA MINORITAS LAIN.

Jadi saya ini hanya seekor kutu di seberang samudera, sementara balok di depan gerbang kantor Mabes Polri belum dibereskan.

  1. Saya sudah membuang Paspor Indonesia saya. Status saya secara legal dan berdokumen SAH di bawah Hukum Uni Eropa. Jadi saya tidak Ilegal di sini.

Jika ingin bawa saya ke Indonesia kembali, kenapa eks ISIS tidak dibawa pulang saja sekalian? Mereka juga sudah bakar Paspor dan melanggar hukum Indonesia dengan terlibat dalam Terorisme.

Saya tahu Polisi Indonesia sekarang sangat bonafid. Namun ada prosedur hukum yang sangat rumit dan tidak mungkin dilanggar di sini.

  1. Saya Nabi ke-26. Entah ada berapa nabi dalam Kristen dan siapakah Nabi ke-25 dalam Kristen. Hak saya untuk menyatakan diri saya Nabi ke-26. Saya tidak memaksa orang lain untuk mengakui dan percaya. Saya tidak pernah suruh pengikut saya untuk bunuh yang tidak mau percaya kepada saya, atau bakar rumah ibadah orang lain.

Kalau poligami memang diawali dari cabul. Pikiran yang kotor.

Dalam ajaran Kristen, berpikir menginginkan wanita lain sementara kita sudah beristri adalah sebuah Percabulan.

Apalagi kalau menikahi anak di bawah umur (seperti Syekh Puji), eks menantunya sendiri, dan beristri banyak. Ini jelas tindakan tidak bermoral. Sama seperti Nabi Daud dan Salomo pun dihukum Tuhan karena hal ini.

Sementara di Indonesia sedang gencar himbauan dan seminar dari para ustad untuk berpoligami langsung istri 4.

Kalau orang Islam bisa menerapkan syariahnya kepada orang Kristen, mengapa saya tidak boleh mengukur Nabi mereka dengan ukuran kitab Suci saya?

Jadi, anggap saja ini adalah sebuah kritik sosial melawan kebodohan pemahaman keliru dalam beragama.

Yang saya kritik bukan hanya Islam tetapi semua umat beragama di Indonesia yang menjalankan agamanya dengan membabibuta sehingga mereka bukannya semakin saleh dan penuh kasih, justru makin nampak bahwa Iblis lah yang mereka sembah, terbukti dengan praktek memanipulasi umat demi kekuasaan dan uang, bahkan menggiring umat untuk tega mencelakai orang lain demi agamanya.

4, Saya sudah diancam dilaporkan polisi sejak 2016 sampai di hari saya membuat sayembara, belum ada satupun yang melaporkan. Ketika Saifudin ditangkap TANPA SURAT PANGGILAN SAKSI dari polisi di Desember 2017, saya diinformasikan bahwa saya adalah target berikutnya.

JUSTRU Haikal Hassan datang ke rumah saya tahun 2018. (Sudah dibuktikan dengan pengakuan Haikal Hassan sendiri di Twitter-nya)

Tahun 2015 sampai dengan 2016, saya bicara lebih keras di Facebook dan bahkan saya mendatangi para ustad dan beberapa dari mereka sudah saya baptis.

Jadi saya menyimpulkan modus polisi adalah tangkap dulu dengan dalih mengamankan. Kalau sekarang sudah jelas Laporan Polisinya.

Dan ternyata hanya satu pula
yang naik, karena pelapornya adalah seorang Politikus. Jadi ini jelas ada kejanggalan.

No 5 sampai 8, Saya dilarang oleh Rechstanwalt (pengacara dalam Bahasa Jerman, Red) saya untuk menyatakan kepada orang lain (tidak boleh menjawab tentang status kewarganegaraan, Red)

  1. Saya tidak bertindak atas nama PGI (Persekutuan Gereja Indonesia). Jadi saya tidak urusan dengan PGI. Ini hak saya untuk menyakan pendapat saya. Saya juga tidak di bawah PGI sehingga tidak perlu bertanggung jawab kepada PGI.
  2. Ya mereka jelas menang donk. Saya akan buat (akun) YouTube baru dan tetap menyuarakan kebenaran.
  3. Pdt Gilbert, boleh-boleh saja berbeda dengan saya. Saya juga tidak kenal beliau. Apalagi saya juga tidak suka dengan gaya hidup mewah beliau. Berbeda sekali dengan ajaran Kristus. Jadi kesimpulan saya tentang Pdt Gilbert adalah: beliau takut gerejanya dibakar dan bisnis gerejanya rugi. Hahahaha (tertawa jahat).

Saya menantang Menteri Agama Gus Yaqut (Yaqut Cholil Qoumas, Red) untuk berdiskusi membuktikan kesalahan saya. Dan akan saya buktikan Menteri Agama Gus Yaqut dan Husin Shahab si Pelapor, mereka hanya Pembual yang Munafik. Saya menyatakan Kebenaran dengan Verbal, Anda balas dengan Ancaman Penjara.

Sehatkah kalian? Selamat Anda sekalian masuk Jebakan Batman yang saya buat.

Tambahan:
Tiga respons (di bawah) ini akan menunjukan jati diri agama di Indonesia dan sejauh mana Agama itu mempengaruhi dan berdampak bagi rakyat Indonesia:

  1. Membalas dengan kekerasan dan penjara — bukti bahwa saya benar Agama salah, sehingga takut dengan kritikan dari seekor kutu di seberang samudra.
  2. Mengancam saya dengan berencana mencederai keluarga saya dan masyarakat minoritas lain: bukti Agama dan Tuhan yang kalian sembah memang Iblis.
  3. Intropeksi diri serta memberikan keadilan bagi kami para minoritas untuk beribadah dengan baik tanpa ada gangguan dari Umat Agama Mayoritas: bukti Agama memang membawa damai dan sejahtera bagi umat manusia.

Sila pertama Pancasila, bukanlah Agama Yang Esa, melainkan Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa.

Kolom Agama di KTP salah satu penyebab yang membuat rakyat jadi orang munafik.

Ketakutan dengan umat yang marah dan tidak bisa menahan diri bukti selama lebih dari 70 tahun Indonesia berdiri, agama tidak membuat rakyat Indonesia bertambah baik, justru menyandera Indonesia.

Setiap mau maju ributnya agama lagi agama lagi.

YouTubers dan ulama mana yang setiap minggu sekali mengajarkan Pancasila ? Hanya Jozeph Paul Zhang.

Kalau saya mengatakan dengan bisik-bisik, apakah ada yang akan mendengarkan? Setidaknya hari ini suara saya didengar seluruh bangsa Indonesia.
Pancasila hanyalah retorika, karena sesungguhnya Indonesia telah dijajah oleh Khilafah Islamiyah.

Masih banyak yang saya sampaikan di Youtube saya Jozeph Paul Zhang dan Hagios Europe. silahkan disimak baik-baik demi kemajuan dan kewarasan berpikir umat.

Demikian jawaban saya.

Tuhan Yesus memberkati.

Jozeph Paul Zhang

Watch “Jehro ~ Continuando (2006)” on YouTube

Waspada Cyber Crime

INFORMASI PENTING

Bisa anda membedakan ?

maybank2u.com tidak sama dgn maybαnk2u.com

citibank.com tidak sama dgn citibαnk.com

(Yg pertama asli, yg kedua palsu buatan hackers)

Huruf “a” yang kedua adalah dari cyrillic alphabet.

Pemakai normal internet akan mudah terjebak.
Selalu waspada dengan email, whatsapp, dll yg mempunyai link dan meminta anda meng-klik link tsb.

Jenis font yg dipakai di HP, laptop sebaiknya font standar supaya lebih mudah membedakan.

Selalu waspada.
Kejahatan IT makin canggih

Vocabulary Kuliner Minang

Menu 30 Hari Ramadhan

Hari 1

  1. Es tebak
  2. Gulai tambunsu
  3. Sambalado hijau rimbang
  4. Sayua cubadak
  5. Puak paik

Hari 2

  1. Aia aka alias ubek tawa
  2. Dendeng batokok
  3. Tumih toge bamaco
  4. Bakwan berontak

Hari 3

  1. Kalikih basantan
  2. Ikan rayo badaruak
  3. Talua balado batombak
  4. Japan bauwok
  5. Puak jariang

Hari 4

  1. Miun goreng
  2. Sup buntut
  3. Lado merah goreng
  4. Puak jangek

Hari 5

  1. Timpan a.k.a lapek pisang
  2. Baluik goreng balado
  3. Gulai pucuak ubi bamaco
  4. Jariang mudo panggang

Hari 6

  1. Lamang tapai
  2. Ayam pop
  3. Sambalado patai
  4. Pucuak ubi abuih
  5. Karupuak katam

Hari 7

  1. Pical sikai
  2. Ikan kaluih/gurame panggang
  3. Gulai kacang panjang jo lobak
  4. Teh manih angek

Hari 8

  1. Bubua katan hitam
  2. Itiak lado mudo
  3. Salada antimun
  4. Puak kantang balado

Hari 9

  1. Lupis
  2. Ayam singgang
  3. Acar kuniang
  4. Sala lauak
  5. Puak ubi

Hari 10

  1. Cindua langkok
  2. Tahu berontak
  3. Soto padang
  4. Sambalado goreng

Hari 11

  1. Es teler
  2. Gulai cancang
  3. Talua dadar taba
  4. Tumih lobak kuniang
  5. Karupuk kanji merah siram kuah cancang

Hari 12

  1. Tahu isi
  2. Ikan sampadeh
  3. Tumih buncih
  4. Puak nasi
  5. Es teh manih

Hari 13

  1. Bika
  2. Ayam batokok
  3. Lado mudo
  4. Taruang goreng
  5. Es sirsak

Hari 14

  1. Pisang panggang
  2. Maco siam lado mudo
  3. Patai jariang goreng
  4. Timun potong

Hari 15

  1. Mangkuak basantan
  2. Cancang karani
  3. Pragede kantang badagiang
  4. Mie goreng balobak

Hari 16

  1. Kolak dalimo
  2. Dendeng paru badaruak
  3. Sambalado mudo matah
  4. Buncih bauwok
  5. Aia karambia mudo

Hari 17

  1. Es durian
  2. Gado-gado padang
  3. Ikan panggang sirah
  4. Sala lauak

Hari 18

  1. Pisang kapik
  2. Ikan sisiak balado
  3. Paragede jaguang
  4. Tumih dalidih

Hari 19

  1. Es durian balando
  2. Gulai ayam jo naneh mudo
  3. Tumih lobak batalua
  4. Karupuak ubi merah-kuniang

Hari 20

  1. Es rumpuik lauik
  2. Dendeng badaruak
  3. Sambalado tanak
  4. Puak udang
  5. Goreng tapai

Hari 21

  1. Aia tampayang
  2. Tahu kecap
  3. Teri patai kacang tribol
  4. Kalio jariang
  5. Maco sapek goreng

Hari 22

  1. Es timun suri
  2. Gulai kapalo lauak
  3. Tahu tempe kinco jo patai
  4. Puak jariang balado

Hari 23

  1. Es kolang kaling
  2. Onde-onde
  3. Gulai ati-limpo
  4. Paragede rinuak
  5. Tumih sawi putiah

Hari 24

  1. Sarabi kuah santan
  2. Ayam balado
  3. Gulai putiah pucuak labu
  4. Karupuak kamang balado

Hari 25

  1. Lapek bugih
  2. Sate padang
  3. Puak lado
  4. Ampiang dadiah/dadiah tanguli
  5. Es jeruk

Hari 26

  1. Es cindua
  2. Pinukuik
  3. Sambalado cangkuak
  4. Maco panggang
  5. Talua abuih

Hari 27

  1. Nasi lamak sarikayo
  2. Rakik udang
  3. Pangek masin jo kacang panjang
  4. Sambalado merah bauwok

Hari 28

  1. Kolak labu
  2. Tempe goreng tapuang
  3. Pangek dagiang batih
  4. Palai bada
  5. Raga-raga vintej

Hari 29

  1. Puak kuah miun
  2. Ikan bilih goreng
  3. Gulai tunjang kapau
  4. Gulai lobak
  5. Kawa daun

Hari 30

  1. Teh talua
  2. Randang dagiang
  3. Sayua buncih tocho
  4. Sambalado talua puyuah ati kalang
  5. Katupek/lontong
  6. Kue talam

Penawar Rindu Masjidil Haram

“`MaasyaaAllah….. tinggal pencet link langsung kita diposisi mekkah…
Siapapun yg bikin ini, jazakumullah… Silahkan buka satu per satu link nya.
Smartphonenya di gerakan ke atas, bawah, kanan, kiri, bisa di zoom juga. Akan merasakan seolah-olah sedang berada disana.

1.) Yang ingin melihat Hijir Ismail tekan 👇
http://shutterksa.com/panorama/Makkah/AreaofProphetIsmail/

2.) Yang ingin melihat sudut rukun yamani tekan 👇
http://www.shutterksa.com/panorama/YemeniCorner/

3,) Yang mau persis berada di depan Ka’bah silahkan tekan 👇
http://www.shutterksa.com/panorama/Makkah/WallofAlahtim/

4.) Yang mau lihat Makam Rasul SAW tekan 👇
http://shutterksa.com/panorama/Almadinah/FronttheProphetMuhammad/

5.) Yang ingin berada di atas Ka’bah, tekan 👇
http://www.shutterksa.com/panorama/RoofOfKaaba/

Silahkan dishare, semoga mengobati kerinduan bagi yang pernah kesana dan bagi yg blum bersiap-siap semoga thn ini bisa pergi ke sana.
Aamiin.“`

Teror dan Politik…

Belajar dari kasus Aceh

Jumat , 02 Apr 2021, 07:21 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Farid Gaban, Jurnalis Senior.

Per definisi, terorisme adalah kekerasan dengan motif politik (termasuk ideologi dan agama). Teror dilakukan untuk mencapai sasaran politik tertentu: misalnya menuntut kemerdekaan. 

Taktik teror ini umumnya dipakai oleh kelompok kecil (seperti gerakan separatis) ketika melawan negara induk. Mereka menyandera atau menyerang target sipil yang random untuk meningkatkan daya tawar politik. 

Teror lewat aksi militer menentukan daya tawar di meja perundingan. Itu sebabnya gerakan kemerdekaan umumnya memiliki dua sayap: sayap militer dan sayap politik. 

Gerakan kemerdekaan Irlandia, misalnya, punya Sein Fein (sayap politik) dan Tentara Irlandia Utara (sayap militer). Demikian pula dengan gerakan serupa di Mindanau, Palestina, bahkan Aceh. 

Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dulu juga diberi label teroris oleh Pemerintah Indonesia. Mereka memiliki sayap militer di gunung dan pedesaan Aceh, serta sayap politik di pengasingan (Eropa). 

Meski umumnya dipakai kelompok kecil, berarti negara induk dan kelompok besar tidak pernah melakukannya. Mereka menyerang target sipil seolah-olah itu dilakukan oleh kelompok separatis. Tujuannya: memperoleh dukungan publik kuat untuk menumpas separatisme secara lebih keras dan meyakinkan. 

Pada 13 September 2000, bom meledak di Bursa Efek Jakarta dan menguncang ekonomi nasional. Pemerintah Indonesia menuduh GAM Aceh pelakunya. Gelombang amarah publik dipakai oleh pemerintah untuk menjustifikasi daerah operasi militer (DOM) dan represi militer di Aceh. 

Aksi teror berbau fitnah atau lempar batu sembunyi tangan bahkan lebih sering dilakukan oleh kelompok atau negara besar. 

Di level internasional, Amerika, misalnya, pernah menenggelamkan kapalnya sendiri di Teluk Tonkin, Laut China Selatan, dan menuduh Vietcong (Komunis Vietnam) pelakunya. Itu menjadi dalih serangan besar-besaran Amerika ke Vietnam. 

Di level yang lebih kecil, Peristiwa Malari (Malapetaka 15 Januari 1974) diyakini merupakan gerakan teror palsu untuk mendiskreditkan demonstrasi mahasiswa. Peristiwa itu memberi pemerintah justifikasi untuk menindas gerakan mahasiswa dan memenjarakan para tokohnya. 

                     * 

Sekali lagi: terorisme adalah kekerasan bermotif politik. Tanpa motif politik, bukan terorisme. 

Tindakan seorang psikopat misalnya, yang tidak punya motif politik, bukanlah terorisme. 

Karena merupakan kekerasan bermotif politik, maka politik pula yang akan menjadi dasar solusinya: negosiasi tuntutan politik dan menyediakan saluran damai aspirasi politik. 

Kita punya pengalaman untuk itu, berkaitan dengan GAM misalnya. GAM ingin Aceh merdeka, sementara Indonesia bersikeras “NKRI Harga Mati”. Tapi, negosiasi politik berlangsung belakangan, kompromi pada akhirnya ditemukan, dan sekaligus menghentikan teror kedua pihak. 

Di beberapa negeri lain, terorisme kelompok separatis diredam dengan cara memberi saluran politik damai: yakni lewat referendum. Misalnya Quebec di Kanada. 

Penggemar klub Barcelona tahu bahwa Cataluna itu secara politik bukan Spanyol. Basque dan Cataluna terus berusaha memerdekakan diri dari Spanyol, bukan dengan cara kekerasan, namun lewat referendum. 

Singkat kata, kita tak akan bisa membasmi terorisme tanpa mengudari motif atau mengetahui motif politik sebenarnya para pelaku. 

Kita juga tak akan bisa memecahkan terorisme tanpa ada kawan yang kongkrit untuk negosiasi politik (sayap politik). 

Selama 20 tahun kita telah diharu-biru terorisme, yang memakan begitu banyak korban nyawa, membawa banyak kesedihan, memicu sikap curiga antar umat beragama dan menggerus energi bangsa kita. 

Mungkinkah solusi serupa ditemukan? Apa motif politik para teroris-teroris belakangan ini? Adakah sayap politik mereka yang bisa diajak negosiasi? 

Di situlah letak masalahnya. Terorisme Islam di Indonesia agak ajaib: motif dan tuntutan politik mereka tidak jelas. 

Sering disebut disebut oleh polisi dan badan intelijen, bahwa motif para teroris adalah akan mendirikan negara Islam atau khilafah. Tapi, motif itu terlalu abstrak untuk bisa dinegosiasikan. Di mana khilafah akan didirikan? 

Teror Islam di Indonesia juga tidak koheren (nyambung) antara aksi dengan tujuan. Misalnya, bagaimana bom bunuh diri Gereja Katedral Surabaya atau menyerang sendirian Mabes Polri bisa mendukung berdirinya khilafah? 

Dalam banyak kasus, seperti dua aksi mutakhir di Makassar dan Mabes Polri, tuntutan politik bahkan justru absen. Orang hanya tahu motif dari surat wasiat yang disodorkan polisi belakangan. 

Motif politik tindakan terorisme lebih sering diungkapkan polisi dan para pengamat dibanding oleh tersangka teroris sendiri. 

Lebih dari itu, tidak ada organisasi (sayap politik) yang bisa menampung leverage dari aksi teror. Dalam kasus GAM kita masih bisa menemukan kawan negosiasi: Wali Naggroe di pengasingan. 

Kita tidak menemukan kawan negosiasi seperti itu dalam kasus-kasus teror belakangan ini. 

Di situlah letak masalahnya, mengapa teror di Indonesia berlangsung lama dan sulit dicari solusinya. 

Kalau tidak ada tuntutan politik dan tidak jelas motif politiknya, serta tak diketahui lawan negosiasi politiknya, ya artinya kita sedang melawan hantu. 

Dan hantu bisa diciptakan oleh siapa saja, untuk tujuan apa saja.