Orang Asia

Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland, dalam bukunya *“Why Asians Are Less Creative Than Westerners” (2001)* yang dianggap kontroversial tapi ternyata menjadi “best seller”, mengemukakan beberapa hal tentang bangsa-bangsa Asia yang telah membuka mata dan pikiran banyak orang :

1. Bagi kebanyakan orang Asia, dalam budaya mereka, ukuran sukses dalam hidup adalah banyaknya materi yang dimiliki (rumah, mobil, uang dan harta lain). 

Passion (rasa cinta terhadap sesuatu) kurang dihargai. Akibatnya, bidang kreativitas kalah populer oleh profesi dokter, lawyer, dan sejenisnya yang dianggap bisa lebih cepat menjadikan seorang untuk memiliki kekayaan banyak.

2. Bagi orang Asia, banyaknya kekayaan yang dimiliki lebih dihargai daripada CARA memperoleh kekayaan tersebut. Tidak heran bila *lebih banyak orang menyukai* cerita, novel, sinetron atau film yang bertema orang miskin jadi kaya mendadak karena beruntung menemukan harta karun, atau dijadikan istri oleh pangeran dan sejenis itu. 

Tidak heran pula bila *perilaku koruptif* pun ditolerir/diterima sebagai sesuatu yg wajar.

3. Bagi orang Asia, pendidikan *identik dengan hafalan* berbasis “kunci jawaban” *bukan pada pengertian*. 

Ujian Nasional, tes masuk PT dll, semua berbasis hafalan. Sampai tingkat sarjana, mahasiswa *diharuskan hafal* rumus-rumus ilmu pasti dan ilmu hitung lainnya *bukan diarahkan untuk memahami* kapan dan bagaimana menggunakan rumus-rumus tersebut.

4. Karena berbasis hafalan, murid-murid di sekolah di Asia *dijejali sebanyak mungkin* pelajaran. Mereka *dididik menjadi “Jack of all trades, but master of none” (tahu sedikit- sedikit tentang banyak hal tapi tidak menguasai apapun).*

5. Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Asia *bisa jadi juara dalam Olimpiade Fisika, dan Matematika*. 

Tapi *hampir tidak pernah ada orang Asia yang menang Nobel atau hadiah internasional lainnya yang berbasis inovasi dan kreativitas.*

6. *Orang Asia takut salah (KIASI) dan takut kalah (KIASU).* Akibatnya *sifat eksploratif* sebagai upaya memenuhi rasa penasaran dan *keberanian untuk mengambil risiko kurang dihargai.*

7. Bagi kebanyakan bangsa Asia, *bertanya artinya bodoh*, makanya rasa penasaran tidak mendapat tempat dalam proses pendidikan di sekolah.

8. Karena *takut salah dan takut dianggap bodoh*, di sekolah atau dalam seminar atau workshop, peserta Asia jarang mau bertanya tetapi setelah sesi berakhir peserta mengerumuni guru/narasumber untuk minta penjelasan tambahan.
Dalam bukunya Profesor Ng Aik Kwang *menawarkan beberapa solusi* sebagai berikut:

1. *Hargai proses*. Hargailah orang karena pengabdiannya bukan karena kekayaannya.

2. *Hentikan pendidikan berbasis kunci jawaban*. 

_Biarkan murid memahami *bidang yang paling disukainya.*_

3. *Jangan jejali murid dengan banyak hafalan*, apalagi matematika. 

Untuk apa diciptakan kalkulator kalau jawaban utk X x Y harus dihafalkan? 

*Biarkan murid memilih sedikit mata pelajaran tapi benar-benar dikuasainya*.

4. *Biarkan anak memilih profesi berdasarkan PASSION (rasa cinta) nya pada bidang itu*, bukan memaksanya mengambil jurusan atau profesi tertentu yang lebih cepat menghasilkan uang.

5. *Dasar kreativitas adalah rasa penasaran berani ambil resiko*. AYO BERTANYA!

6. *Guru adalah fasilitator*, _*bukan dewa*_ yang harus tahu segalanya. 

Mari akui dengan bangga kalau KITA TIDAK TAHU!

7. *Passion manusia adalah anugerah Tuhan*…

sebagai orang tua kita *bertanggung-jawab untuk mengarahkan* anak kita _untuk menemukan passionnya dan mensupportnya._
_Mudah-mudahan dengan begitu, kita *bisa memiliki anak-anak dan cucu yang kreatif, inovatif tapi juga memiliki integritas dan idealisme tinggi* tanpa korupsi_

Saling Mengingatkan. Semoga Berguna

Seputar Pekerja Asing

​TANYA JAWAB MASALAH PEKERJA ASING DI INDONESIA.
Benarkah Indonesia kebanjiran pekerja asing, khususnya dari Tiongkok? 
Tidak benar! Pekerja asing asal Tiongkok sekitar 14-16 ribu dalam periode satu tahun. Sebagaimana pekerja asing lain di Indonesia yang totalnya 70 ribuan, mereka keluar dan masuk dalam periode satu tahun itu. 
Bagaimana dengan isu masuknya 10 juta pekeja Tiongkok sebagai bagian dari komitmen kerja sama Indonesia-Tiongkok?
Tidak benar! Pekerja asing asal Tiongkok, sebagaimana halnya pekerja asing dari negara lain, mengalami fluktuasi tiap tahun, kadang naik dan kadang turun. Tetapi, sekali lagi, jumlah rata-rata mereka hanya berkisar 14-16 ribu dalam periode satu tahun atau sekitar 20-22 % dari total 70-an ribu pekerja asing di Indonesia.
Jadi bohong besar jika dikatakan akan ada 10 juta pekerja asing asal Tiongkok yang masuk Indonesia. Kemungkinan angka itu diolah dari target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). 
Sebagai informasi, total target kunjungan wisatawan mancanegara adalah sebagai berikut: 
Tahun 2016: 12 juta. Tahun 2017: 15 juta. Tahun 2018: 17 juta. Tahun 2019: 20 juta. Dari total target tersebut, target kunjungan wisman dr Greater China (China, Hongkong, Macau & Taiwan) sebesar sebagai berikut: Tahun 2016: 2,1 Juta. Tahun 2017: 2,5 Juta. Tahun 2018: 2,8 Juta. Tahun 2019: 3,3 Juta.
Jadi jelas bahwa angka 10 juta pekerja Tiongkok itu angka insinuasi atau angka provokasi karena dalam target kunjungan wisman dr Greater China pun tidak ada angka itu. 
Berapa sebenarnya jumlah pekerja asing di Indonesia dari tahun ke tahun?
Seperti dijelaskan di atas, rerata nasional jumlah pekerja asing di Indonesia berada di kisaran 70 ribuan (dari semua negara) atau sekitar 0.027 persen jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 257 juta, atau sekitar 0.05 persen jika dibandingkan dengan angkatan kerja Indonesia tahun 2016 yang sebesar sekitar 128 juta.
Jika dibandingkan dengan tahun 2011, 2012 & 2013, jumlah pekerja asing pada tahun 2014, 2015 & 2016 cenderung menurun. Berikut ini data lengkap pekerja asing di Indonesia dari tahun 2011-2016: 
Tahun 2011: 77.307. Tahun 2012: 72.427. Tahun 2013: 68.957. Tahun 2014: 68.762. Tahun 2015: 69.025. Tahun 2016: 43.816 (sampai dengan 30 Juni).
Lebih besar mana pekerja asing di Indonesia dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri?
Jelas jauh lebih besar jumlah TKI yang bekerja di luar negeri dibandingkan jumlah pekerja asing di Indonesia. Pekerja asing di Indonesia berjumlah sekitar 70 ribuan, sementara penduduk Indonesia sekitar 257 jutaan. 
Bandingkan dengan: Penduduk Malaysia sekitar 31 juta, TKI-nya sekitar 2 juta. Penduduk Singapura sekitar 5.5 juta, TKI-nya sekitar 150 ribu. Penduduk Hongkong (China) sekitar 7 juta, TKI-nya sekitar 153 ribu. Penduduk Korea Selatan sekitar 51 juta, TKI-nya sekitar 58 ribu. Penduduk Taiwan sekitar 23 juta, TKI-nya sekitar 200 ribu. Penduduk Macau (China) sekitar 642 ribu, TKI-nya sekitar 16 ribu. Itu baru sebagian negara di Asia Pacifik saja, belum termasuk TKI kita di Timur Tengah. Eropa maupun Amerika.
Dari data di atas terlihat bahwa jumlah TKI di China (Hongkong & Macau saja: sekitar 169 ribu) adalah 10 kali lebih besar dari pekerja Tiongkok di Indonesia yang sekitar 14-16 ribu dalam periode satu tahun. Indonesia-lah yg sebenarnya menyerang China dari sisi tenaga kerja, bukan sebaliknya.
Benarkah pekerja asing boleh menjadi pekerja kasar di Indonesia?
Tidak benar! Pekerja asing hanya boleh menduduki jabatan-jabatan tertentu yang terbatas dan bersifat skilled, paling rendah adalah engineer atau teknisi. Pekerja kasar tidak boleh dan jika ada maka sudah pasti merupakan pelanggaran. Kalau ada pelanggaran ya ditindak, termasuk tindakan deportasi.
Benarkah Indonesia bebas sekali bagi pekerja asing?
Tidak benar. Pekerja asing yang akan bekerja di Indonesia dikendalikan melalui perizinan dan syarat-syarat masuk. Izin itu mencakup izin kerja dan izin tinggal. Semua izin harus didapat sebelum yang bersangkutan masuk ke Indonesia. Pengurusan izin tidak boleh dilakukan oleh individu, tetapi oleh perusahaan yg akan mempekerjakan pekerja asing.
Syarat-syarat masuknya juga cukup ketat, diantaranya adalah syarat kompetensi, syarat pendidikan sesuai jabatan, pengalaman kerja, syarat alih keahlian kepada tenaga kerja Indonesia, ditambah sejumlah syarat administratif lainnya. Perusahaan pengguna pekerja asing juga wajib membayar dana kompensasi penggunaan tenaga kerja asing sebesar USD 100 per orang/ bulan yang dananya langsung disetorkan ke kas negara melalui bank. 
Ada laporan pekerja asing asal Tiongkok ditemukan bekerja kasar di daerah?
Jika ada pekerja asing bekerja kasar, dr manapun asalnya, sudah pasti itu kasus pelanggaran. Kasus ya kasus, ia harus ditangani melalui proses pemeriksaan dan penindakan hukum sesuai aturan, termasuk deportasi bagi pekerjanya. 
Bagaimana jika menemukan pekerja asing yang bekerja kasar atau melanggar aturan?
Laporkan ke Disnaker (Dinas Tenaga Kerja) setempat dan/atau tembuskan ke Kementerian Ketenagakerjaan cq. Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan & K3. Laporan-laporan masyarakat terkait pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja asing pasti ditindaklanjuti dengan pengecekan, pemeriksaan & penindakan hukum sesuai ketentuan yg ada. 
Pelanggaran apa saja yang bisa dilakukan oleh pekerja asing?
Secara umum ada dua pelanggaran yang bisa dilakukan pekerja asing. Satu, pelanggaran imigrasi, yakni apabila pekerja asing tidak memiliki izin tinggal atau izin tinggalnya kedaluwarsa (overstayer). Dalam hal ini, pemeriksaan dan penegakan hukum dilakukan oleh pengawas Imigrasi di bawah Kementerian Hukum & HAM.
Dua, pelanggaran ketenagakerjaan, yakni apabila pekerja asing bekerja di wilayah Indonesia tanpa mengantongi izin kerja atau memiliki izin kerja tetapi penggunaan izin kerjanya tidak sesuai dengan izin yang dimiliki. Misalnya: izin kerja seseorang adalah atas nama PT. A tetapi yang bersangkutan di lapangan bekerja unt PT. B. Ini pelanggaran izin kerja dan dalam kasus semacam ini pemeriksaan serta penegakan hukumnya dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan.
Sanksi bagi pelanggaran-pelanggaran tersebut diantaranya adalah deportasi bagi pekerja asing yang melanggar dan blacklist bagi perusahaan pengguna tenaga kerja asingnya.
Sebaiknya bagaimana melihat masalah pekerja asing di Indonesia?
Sederhana saja. Selama pekerja asing memiliki izin (baik izin tinggal maupun izin kerja) dan tidak melanggar aturan, maka tidak ada masalah. Tetapi jika pekerja asing tidak memiliki izin (baik izin tinggal maupun izin kerja), maka itu adalah pelanggaran. Dan setiap pelanggaran pasti dilakukan pemeriksaan dan penindakan hukum, baik asalnya dari laporan masyarakat maupun hasil pengawasan dari Pengawas Imigrasi maupun Pengawas Ketenagakerjaan.***
HUMAS KEMNAKER

Doa Setelah Shalat Fardhu

Workgasme

#workgasme  itu kalau bisa bekerja me manage banyak orang utk suatu tujuan bersama dan dilaksanakan secara alami tanpa rekayasa dgn mengutamakan berjalannya process bottom up.

Golf: Health, sport, and Money!

13707071_151724415250946_1852734663_n

Tahukah anda Turnamen golf menyediakan hadiah termasuk tertinggi dalam berbagai lomba mereka. Makanya tidak heran banyak orang tua di negara maju mendorong putra putri mereka terjun sedini mungkin ke cabang olahraga ini. Korea Selatan salah satunya, mereka sangat agresif dan sering mengirim putra putri mereka ke negara asean termasuk Indonesia dg tujuan 1-2 bulan latihan golf di jabodetabek yang mmg relatif murah.

Sekarang, terutama di bagian putri, berbagai turnamen pro sdh di dominasi pegolf Korsel. Ironisnya, di Indonesia kita msh belum mampu membuat golf menjadi olah raga murah dan terjangkau terutama utk pelajar. Mestinya dg status pelajar mereka bisa main golf dg harga khusus dan tidak perlu pakai caddie, masuk club atau bukan!

Di sisi lain, pemerintah dg sadar atau tidak, justru terus menggusur lapangan golf dan driving range utk latihan utk dijadikan RTH (rencana awalnya sih begitu) atau menjadi lahan komersial. Korban di jkt sudah banyak. Ancol, fatmawati dan range Senayan hanyalah bbrp contoh. Jika hitung 2an nya masuk bukan mustahil Rawamangun dan bbrp range lainnya hanya tinggal menghitung waktunya saja.

Semoga Menpora dan pihak terkait bisa melek dan bervisi. Ibarat pungguk merindukan bulan, sbg pegolf amatir, saya mmg merindukan anak2 kita punya akses terjangkau utk ‪#‎golfmurah‬‪#‎golfprestasi‬ di tengah kemunduran kita dan kemajuan Thailand dan negara Asia lainnya mencetak pegolf handal.

Selamat weekend wankawan. (status FB weekend lalu)

 

Angkutan Lebaran Membaik

Kemacetan di Brebes Timur Jadi Pelajaran

JAKARTA, KOMPAS — Penyelenggaraan layanan angkutan Lebaran pada 2016 dinilai lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Salah satu bukti yang paling nyata adalah penurunan angka kecelakaan lalu lintas selama layanan angkutan ini diselenggarakan.

Akan tetapi, kemacetan parah di pintu keluar tol Brebes Timur menjadi catatan pahit dan harus menjadi pertimbangan pada penyelenggaraan angkutan Lebaran pada tahun-tahun mendatang.

“Penyelenggaraan kali ini menjadi lebih baik karena dipersiapkan lebih awal dan semua moda angkutan diperiksa kelaikannya. Untuk angkutan umum, baik moda darat, laut, udara, maupun perkeretaapian, semuanya sudah bagus. Sementara kemacetan di jalan tol seharusnya bisa diantisipasi sebelumnya dan penanganannya seharusnya bisa lebih cepat,” kata pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen SW Tangkudung, kepada Kompas, di Jakarta, Senin (18/7).

Ellen menjelaskan, kejadian macet parah di jalan tol sudah beberapa kali terjadi, seperti pada libur Natal tahun lalu dan libur akhir minggu panjang bulan Mei lalu. “Kemacetan yang paling parah selalu terjadi di jalan tol. Jadi, seharusnya sudah menjadi perhatian khusus,” kata Ellen.

Informasi menjebak

Sesuatu yang terjadi pada persiapan jelang mudik lalu adalah masyarakat justru diberi informasi perjalanan akan lebih nyaman karena jalan tol sudah sampai Brebes. Selain itu, waktu istirahat di area peristirahatan akan dibatasi sehingga tidak ada penumpukan kendaraan di tempat tersebut yang bisa menyebabkan kemacetan.

“Informasi ini mendorong masyarakat menggunakan kendaraan pribadi dan melintasi jalan tol baru ini. Ada teman saya yang mau ke Yogyakarta memilih lewat Cipali dan akhirnya terkena macet. Seharusnya karena dia mau ke Yogyakarta, dia lewat selatan. Kalau lewat selatan, dia tidak kena macet,” ujarnya.

Sementara itu, dalam upacara penutupan Posko Angkutan Lebaran 2016, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan meminta maaf atas kemacetan yang terjadi di pintu tol Brebes Timur.

“Kami menyadari masih banyak kekurangan, khususnya untuk moda berbasis jalan raya, terutama kemacetan di Brebes-Tegal. Ada saudara meninggal, baik karena laka lalin (kecelakaan lalu lintas) maupun sebab lain, akan menjadi evaluasi dan introspeksi pihak terlibat. Atas nama semua pemangku kepentingan, kami menyampaikan rasa penyesalan atas jatuhnya korban meninggal dunia dan korban kecelakaan, serta permintaan maaf sebesar-besarnya. Semoga angkutan Lebaran tahun mendatang akan terselenggara lebih baik,” kata Jonan.

Senada dengan Jonan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan, kemacetan di Brebes Timur, Jawa Tengah, menjadi evaluasi bagi pihaknya.

“Ke depan, hal-hal yang akan dan sudah dilakukan, seperti menambahkan tempat istirahat di tol. Tempat istirahat ini mungkin bukan pelayanan penuh, tetapi minimalis, seperti toilet dan tempat ibadah pasti ada. Inginnya akan kami tambah per 10 kilometer ada area istirahat. Untuk jalan nontol, kami segera buat jalan layang pada simpang sebidang kereta api di sekitar Brebes, Pekalongan, Klonengan, Sumpiuh, dan Paguyangan. Tahun ini akan kami kerjakan, enam bulan akan selesai,” kata Basuki.

Secara umum, jumlah pengguna angkutan umum pada Lebaran tahun ini mengalami kenaikan. Untuk angkutan darat, yakni bus, memang mengalami penurunan 5,99 persen. Namun, penyeberangan naik 6 persen, kereta api naik 3,78 persen, dan angkutan udara naik 13,74 persen.

“Keseluruhan jumlah penumpang angkutan umum mencapai 18.149.747 orang, atau naik 4,3 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 17.402.039,” kata Jonan. (ARN)

Sumber: http://epaper1.kompas.com/kompas/books/160719kompas/#/17/ 

Geliat Ekspor E-dagang

Kinerja ekspor nonmigas Indonesia terus turun. Penurunan itu terjadi di semua sektor, terutama pertambangan, pertanian, dan industri pengolahan. Badan Pusat Statistik mencatat, nilai ekspor pada Januari-Juni atau semester I-2016 sebesar 63,012 miliar dollar AS, turun 7,92 persen dibandingkan dengan semester II-2015.

Sektor pertanian turun 18,14 persen dari 1,710 miliar dollar AS pada semester I-2015 menjadi 1,4 miliar dollar AS pada semester I-2016. Ekspor di sektor industri pengolahan juga turun 4,73 persen dari 56,397 miliar dollar AS pada semester I-2015 menjadi 53,727 miliar dollar AS pada semester I-2016.

Bahkan sektor pertambangan mengalami penurunan terbesar, yaitu 23,64 persen dari 10,325 miliar dollar AS pada semester I-2015 menjadi 7,884 miliar dollar AS pada semester I-2016. Lemahnya permintaan global dan belum pulihnya harga komoditas andalan menjadi penyebab.

Pemerintah telah melakukan dua terobosan untuk mendongkrak ekspor. Pertama adalah menderegulasi kebijakan-kebijakan ekspor dan impor yang dinilai menghambat. Kebijakan itu disebut kemudahan impor tujuan ekspor (KITE).

Namun, kebijakan yang diarahkan untuk mendorong industri pengolahan meningkatkan ekspor itu belum optimal. Yang terjadi justru impor barang konsumsi semakin meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, nilai impor barang konsumsi semester I-2016 sebesar 6,158 miliar dollar AS dan nilai impor semester I-2015 sebesar 4,422 miliar dollar AS. Peningkatan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan impor barang-barang yang menjadi indikator investasi dan geliat usaha.

Kedua, Kementerian Perdagangan membuat terobosan baru peningkatan ekspor melalui perdagangan secara elektronik (e-dagang). Salah satu upaya yang ditempuh adalah bekerja sama dengan raksasa e-dagang Tiongkok, Alibaba.com. Produk-produk yang ditawarkan dalam portal itu antara lain mainan, tas, kertas, aroma terapi, sepatu, botol, olahan hasil pertanian, makanan, dan minuman.

Di dalam portal Alibaba.com, produk Indonesia bisa didapat di jendela Indonesia Channel. Secara khusus, produk-produk itu juga bisa didapat di Inamall yang merupakan platform business to consumer (B2C) dari Tmall Global, anak Grup Alibaba, untuk produk yang belum masuk pasar ritel Tiongkok.

Dalam portal e-dagang itu, produk Indonesia juga bersaing dengan produk dari negara lain, antara lain Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Filipina. Malaysia, misalnya, memasarkan produk makanan dan minuman, manufaktur dari karet, furnitur, serta konstruksi di sektor real estat. Sementara Vietnam menawarkan produk dari karet, tekstil, furnitur, dan panel surya.

Ragam produk itu sebenarnya lebih kurang sama. Artinya, persaingan di sektor e-dagang pun akan semakin ketat. Kendati begitu, sebagai salah satu terobosan, upaya tersebut bisa mendorong peningkatan ekspor Indonesia ke depan.

Riset Brand & Marketing Institute menunjukkan, transaksi e-dagang global tahun 2020 diperkirakan 2,36 triliun dollar AS. Pada tahun ini, nilai transaksi bisnis itu diperkirakan menyentuh 1,56 triliun dollar AS atau naik daripada tahun sebelumnya sebesar 1,33 triliun dollar AS.

Riset tersebut juga memproyeksikan e-dagang global akan tumbuh 77 persen dalam empat tahun mendatang. Penggerak utama pasar e-dagang global itu adalah Tiongkok melalui Alibaba dan Amerika Serikat lewat jaringan Amazon.

Peluang e-dagang global cukup besar. Sama halnya dengan perdagangan konvensional, kompetisinya juga bakal ketat. Bank Dunia melihat, peran Indonesia dalam industri manufaktur dunia tidak banyak berubah dalam 15 tahun terakhir, yaitu sekitar 0,6 persen per tahun. Tinggal bagaimana Indonesia mampu atau tidak meningkatkan industri manufaktur dan ragam produk yang berbeda. (HENDRIYO WIDI)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Juli 2016, di halaman 17 dengan judul “Geliat Ekspor E-dagang”.

http://epaper1.kompas.com/kompas/books/160719kompas/#/17/

Silaturahmi…is the key!

​Lumayan buat bacaan pas perjalanan mudik….

Sorry kalau postingannya panjang bingits😊

BELAJAR DARI KOTA ROSETO
Keistimewaan kota Roseto di Pensylvenia Amerika terkuak pada tahun 1950-an ketika seorang dokter yang bersekolah di University Of Oklahoma, Stewart Wolf, diundang untuk berceramah di kota tersebut. Selesai memberi ceramah, seorang dokter Roseto mengundangnya minum. Saat itulah, si dokter berkata pada Wolf bahwa selama lima belas tahun kariernya di Roseto, dia tidak pernah menemui penduduk berusia di bawah enam puluh lima tahun yang mengidap penyakit jantung. 
Tahukah Anda apa hebatnya fakta itu?

Fakta itu mengejutkan karena pada masa itu menurut akal sehat mustahil ada dokter yang selama karirnya tidak menemukan pasien penyakit jantung! Kala itu, era 50-an, penyakit jantung menjadi epidemic di Amerika. Obat penurun kolestrol atau pencegah penyakit jantung belum ditemukan. Penyakit jantung menempati posisi penyebab utama meninggalnya pria di bawah usia enam puluh lima tahun.
Tentu saja ini membuat Wolf sangat heran dan penasaran. Segera dia adakan penelitian. Dia membentuk tim yang memeriksa catatan kematian penduduk Roseto, menganilis catatan dokter, membaca sejarah kesehatan dan geneanologinya. Penelitian itu sendiri diawali pada tahun 1961. 
Dan hasil dari penelitian tahap awal itu? Sama sekali tidak ditemukan ada penduduk yang mati karena serangan jantung dengan usia di bawah 55 tahun, bahkan sekedar menunjukkan gejala penyakit jantung saja tidak. Dan hanya sedikit yang meninggal karena serangan jantung pada usia di atas 65 tahun. Bahkan, yang meninggal karena berbagai penyebab sekitar 30 sampai 35 persen di bawah dugaan, ini adalah sebuah keajaiban di masa itu. 
Seorang sosiolog yang juga dilibatkan oleh Wolf dalam penelitiannya—John Bruhn, memberikan komentar kekagumannya atas hal ini: “tidak ada kasus bunuh diri, tidak ada penyalah gunaan alcohol, tidak ada kecanduan obat terlarang, dan sangat sedikit kejahatan…orang-orang ini meninggal karena usianya yang sudah udzur. Itu saja.”
Tidak puas dengan itu, Wolf beserta timnya memperdalam penelitiannya, memeriksa pola makan dan olah raga penduduk Roseto. Ternyata tidak berbeda dengan orang Amerika pada umumnya—menggoreng dengan minyak lemak babi, makan pizza dengan roti tebal ditambah pepperoni, salami, ham, kadang-kadang telur. 41 persen kalori warga didapat dari lemak. Merekapun jarang berlatih yoga, juga jarang lari pagi yang konsisten. Jadi, bukan pola makan dan olah raga rahasia keajaiban kesehatan penduduk Roseto.
Kemudian Wolf beralih pada kemungkinan lain, apakah ini factor genetic? Mereka pun memeriksa orang-orang Roseto yang tersebar di wilayah-wilayah lain Amerika Serikat, untuk mengetahui apakah mereka memiliki keunggulan kesehatan seperti saudaranya yang di Roseto. Ternyata tidak.
Belum putus asa, Wolf mencurigai factor lingkunganlah yang telah menghasilkan keajaiban ini. Roseto terletak di daerah perbukitan di Pennsylvania timur. Selain Roseto di sana terdapat kota-kota lainnya. Ternyata, kota terdekat ke Roseto dan memiliki geografis yang serupa, Bangor dan Nazareth, tidak memiliki anugerah yang seperti halnya Roseto. Lantas, jika rahasia kesehatan penduduk Roseto ini bukanlah karena pola makan atau olah raga, atau factor genetic atau lingkungan, maka apa?
Di sinilah kesadaran yang luar biasa itu datang. Dalam masa kunjungannya, Wolf dan Bruhn mendapati bagaimana penduduk Roseto saling berkunjung antara satu dengan lainnya. Saat berpapasan di jalan, mereka berhenti untuk menyapa dan mengobrol. Tetangga yang memasakkan untuk tetangganya di halaman belakang rumahnya. Rumah yang dihuni oleh tiga generasi keluarga; kakek-nenek, anak, serta cucu. Rasa hormat yang muda pada yang tua. Mereka berkumpul saat misa dan menjalin hubungan kemasyarakatan yang harmonis. Orang-orang kaya yang oleh lingkungan dibentuk untuk membantu warga yang kurang mampu—ingat, penelitian Wolf tidak menemukan adanya warga Roseto yang hidup di garis kemiskinan. 
Ini luar biasa, para peneliti itu mendapati suatu masyarakat yang hampir tidak bisa ditemui di bagian manapun di kota-kota Amerika. Dengan kata lain—merujuk kembali pada hadits nabi yang Saya tulis di awal—silaturahmi telah memperpanjang usia mereka, menyelamatkan mereka dari penyakit jantung dan penyakit lainnya.
Mengapa Silaturahmi?

Dan tentu saja, para ahli kesehatan lainnya yang membaca laporan hasil penelitian Stewart Wolf menertawakannya dengan sepenuh hati. Bagi mereka, kesehatan adalah buah dari bagusnya gen yang kita miliki, makanan sehat yang dikonsumsi, dan teratur serta cukupnya olah raga yang kita lakukan.
Pernyataan bahwa ngobrol di pinggir jalan dan tiga genarasi keluarga yang tinggal di bawah satu atap memberi sumbangsih yang amat signifikan bagi kesehatan benar-benar dianggap sebagai omong kososng pada saat itu. Tapi demikianlah faktanya, satu-satunya pembeda Roseto dengan Bangor dan kota-kota lainnya di Amerika Serikat adalah kentalnya hubungan keakraban yang terbangun dalam kota tersebut.
Sebenarnya keajaiban itu bisa dilihat dari sini, hubungan yang harmonis membantu terciptanya keadaan jiwa yang tenang dan nyaman—kebahagiaan. Ketika keadaan jiwa kita nyaman, maka seluruh anggota badan pun bisa bekerja dengan optimal dan menakjubkan. Anda tentu tahu bagaimana ilmu kedokteran telah membuktikan tertawa bisa membuat kita awet muda. Orang yang dalam hidupnya mendapat tekanan dengan intensitas yang tinggi cenderung lebih tua beberapa tahun dari usia semestinya. Ini bisa kita lihat pada siapapun di sekitar kita.
 Semua orang kini tahu betapa pentingnya pikiran yang lapang dan keadaan jiwa yang tenang serta nyaman dalam menghadirkan kehidupan yang awet, bebas stress dan atau depresi. Tekanan jiwa membuat jantung kita melemah. 
Kini semua menyadari betapa materi saja tidak mampu membeli sebuah kesehatan untuk kita. Lantas apa mata uang untuk membeli ketenangan?

Tentu saja, apa lagi kalau bukan silaturahmi itu sendiri. Silaturahmi; saling kunjung mengunjungi, menyapa, berbicara dengan tetangga atau kenalan di tengah jalan, memberi hati tersenyum pada siapa saja, sungguh itu adalah perkara-perkara yang memperkokoh tali silaturahmi. 
Orang ingat akan kisah dokter Mesir yang diutus tugas di Madinah pada masa Nabi. Selama tahun-tahun masa tuganya itu, dia tidak mendapati satu orangpun yang layak menyandang predikat sebagai pasien. Dengan terheran-heran, dia menanyakan keanehan tersebut kepada Rasulullah dan jawaban beliau adalah: penduduk Madinah tidak makan kecuali mereka lapar, dan berhenti sebelum mereka kenyang. Itulah jawaban beliau, tapi tentu kita kini menyadari bukan itu satu-satunya jawaban, karena beliau juga menyabdakan tentang silaturahmi yang memperpanjang usia, dan kenyataan bahwa pasa masa itu persaudaraan kaum muslim benar-benar mengagumkan, silaturahmi benar-benar tersambung dengan kuat
Kehidupan modern saat ini, telah menuntut kita untuk lari keluar rumah sebelum pukul tujuh pagi dan pulang pukul empat sore. Waktu yang sempit untuk bertandang ke rumah tetangga. Seringkali tidak sempat berhenti di jalan untuk mengobrol dengan orang yang kita berpapasan di jalan—atau karena memang tidak mengenalnya.
Bahkan yang tinggal tepat di sebelah rumah kita. Kita tahu wajahnya tapi tidak namanya. Kita hanya menyapanya dengan sapaan standar yang menyedihkan, mas-mbak, oom-tante, tanpa bisa merangkai lagi kalimat utama berikutnya. 
Hampir semua warga kota dewasa ini ketakutan tiap saat dibayangi terror serangan jantung? Setres? Depresi? Atau masalah-masalah psikis lainnya.

Yang berbeda dgn saudara ita yg tinggal di desa.
Memang tidak ada lagi orang yang tidak dituntut untuk keluar rumah pukul tujuh pagi, di manapun itu. Tapi, orang desa punya kualitas yang tidak dimiliki oleh saudara-saudaranya yang tinggal di kota. Mereka mengenal hampir semua nama dan wajah di desanya, mereka tahu di mana letak rumah mereka dan tidak segan-segan untuk berkunjung ke sana kapanpun saja. Mereka berhenti jika berpapasan di jalan, berbincang ringan dan baru kemudian melanjutkan perjalanan. Senyum dan tegur sapa bukan sesuatu yang mahal atau sulit 
Semoga kita semua jamaah wag Smansa tetap memelihara anjuran Rasulluloh untuk tetap bisa memelihara Silaturahmi.

Menjadi Promotor dan Pejuang Silaturahmi dilingkungan dimana ia berada. Bagi dunia yg lebih indah.dan penuh harmoni
Dengan Silaturahmi yg tulus, semoga kekuatan Cinta, lebih kuat dari kebencian yg membuncah yg dibawa oleh segelintir orang yg ingin eksis dengan menebar terordan ketakutan. Semoga

Kritik Dulu, Maaf Menyusul (jika salah)

Bismillahirrahmanirrahiim.

Saya sempat membaca dan awalnya tidak percaya kalau Ketua KPU Husni Kamil Malik meninggal dunia. Karena itu ketika imam shalat subuh di Mesji Al-Ikhlas dikomplek kami menyampaikan informasi  akan akan ada shalat ghaib mendoakan almarhum Husni sebelum shalat dimulai saya maklum.

Segera setelah shalat subuh selesai, Imam membalikan badan mengumumkan akan ada shalat ghaib dan dengan cekatan membacakan alfatehah terlebih dahulu. Dalam hati saya merasa mantap dan tidak ada prasangka apa2. Saya yang berada agak diujun selatan Imam sempat mendengarkan arahan ringkas dari Imam yang akan memulai shalat ghaib. Namun sayup-sayup saya mendengar suaranya bahwa shalat ghaib 3 takbir.

Dalam hati saya merasa, Imam salah sebut saja karena selain imam juga ada beberapa pengurus DKM yang mumpuni ikut shalat jamaah pagi ini.

Takbir demi takbir berjalan lancar. Setelah Al Fatehah di takbir pertama, diikuti Shalawat untuk Nabi Muhammad SAW di rakaat kedua. Begitu pula saya membaca doa pertama “Allahumma firlahu warhamhu..dst”.

Celakanya ketika menunggu takbir keempat yang akan diiukti doa “Allahumma Latahrimna dst…” SAng Imam malah menyudahi shalat ghaib dengan membaca assalammualaikum yang juga diikuti makmum.

“Nah…kejadian deh ” pikir saya. Benar harusnya empat takbir Imam lupa atau salah hanya membaca tiga takbir. Tak berapa lama kami pun bergumam. Namun secara umum kami memakluminya, manusia memang tempatnya salah. Dan hampir sepakat untuk istigfar dan berhenti, tidak mengulangi lagi. Terjadi diskusi kecil antara bbrp kelompok dari jumlah jamaaah yang tidak penuh dua shaf karena sudah banyak yang mudik lebaran.

Memang kita manusia tempatnya khilaf. Namun belakangan Sang Imam mengaku juga jarang mengimami shalat jenazah atau ghaib. Imam kami termasuk yang sangat bagus bacaannya. Jadi kamipun percaya. Begitupula ada beberapa pengurus sebelumnya menyampaikan rencana shalat ghaib itu. Seyogyanya sudah ada persiapan.

Kenyataan terkadang memang berbeda dengan rencana atau isi pikiran kita.

Saya dalam perjalanan pulang mulai menyalahkan diri sendiri. Biasa, sikap kritis selalu muncul pada berbagai kondisi. Kenapa tidak dibantah ketika saya mendengar suara “3 takbir” sebelum shalat ghaib dimulai. BAtin saya berperang. Harusnya saya mengacungkan tangan dan mengkoreksi apa yang saya dengar. Setidaknya mempertanyakan. Belakangan saya dengar dari yang berdiri di belakang imam, sudah sempat diingatkan 4 takbir, tetapi suaranya pelan.

Kesimpulan saya, kritik, protes, ataupun koreksi yang dengan niat baik MEMANG HARUS SEGERA DISAMPAIKAN TANPA TEDENG ALING2 DAN TANPA HARUS MEMPERTIMBANGKAN INI ITU.

Karena jika tidak, rencana bisa saja tinggal rencana. Pikiran baik kita saja terkadang memang tidak cukup, meski niat juga sudah baik. Meskipun shalat ghaib tadi sunat adanya, dan juga fardhu kifayah, dilihat dari diri saya sendiri, maka saya tetap menyalahkan keengganan saya, kelambatan saya, dan unggah ungguh saya yang merasa ewuh pakewuh, tidak enak terhadap jemaah kalau harus tampil beda di dalam jamaah mesjid.

Saya hanya bisa menyesalkan diri sendiri yang tidak cepat bereaksi. Memang comfort zone bisa melenakan dan membawa kita sengsara nampaknya. Meski awalnya dimulai dari kejadian rada sepele dan bisa dimaafkan.

Semoga kita bisa lebih kritis lagi di masa datang, TANPA HARUS ADA PERASAAN TAKUT SALAH DAN INI ITU, karena jika ternyata kita keliru, inshaAllah masih tersisa ruang untuk meminta maaf.

Semoga kita memang bukan bangsa penakut, apalagi untuk kebenaran yang kita yakini.

Wassalammualaikum wrwb.

Sawangan, bada’ Subuh 3Syawal 1437 H, 8 Juli 2016.