A warming up reading
Download here..
Filed under: transportation | Tagged: arus balik, contra flow, indonesia transport, japek km 58, mudik, one way | Leave a comment »
A warming up reading
Download here..
Filed under: transportation | Tagged: arus balik, contra flow, indonesia transport, japek km 58, mudik, one way | Leave a comment »
Filed under: transportation | Tagged: goto, grab, maxim, ojol, taxol, transportasi | Leave a comment »
Membaca judul di atas, apa kiranya yg ingin saya gambarkan? Mungkin jika anda menebak, hanya 50 % yang bisa menjawab mendekati kondisi yg ingin saya gambarkan. Jika dibalik, mungkin untaian kata tersebut juga hanya bisa mencapai separo dari gambaran yg ingin sy sampaikan.
Kurang lebih “Krak Krak Cuss” itu saya pakai untuk menggambarkan bunyi yg saya dengar tadi malam. Persisnya dalam perjalanan saya menuju rumah, menjelang pukul 11 malam dari arah Ciputat menuju Parung. Menjelang pool bus Prima Jasa, sekitar 200 meter iringan kendaraan melambat. Tidak macet sih, hanya terhambat oleh satu buah bus ukuran besar biasa baru saja meninggalkan pool menuju luar kota, biasanya Bandung, Tasik atau kota lain di Jabar.
Setelah bus berada di jalan besar, mobil kami dari arah berlawanan juga kembali berjalan. Persis ketika mau berpapasan dengan Bus PJ tadi, sebuah motor ternyata berusaha menyalip bus. Pengendara nampaknya salah perhitungan, bus yang baru melaju itu dg raungan mesin yg cukup tinggi tidak berhasil disalip pemotor. Alih-alih berhasil menyalip, entah bagaimana pemotor terbentur badan bus dan ia beserta pembonceng, jatuh dari motor. Naas, jatuhnya persis ke depan roda depan bus…. Seketika itulah kami mendengar bunyi “Krak Krak Cuss..” tadi.
Krak Krak menggambarkan bunyi roda bus melindas motor..Cus…silakan anda bayangkan, bunyi tulang, daging dan isi kepala pemotor yg segera muncrat bersama darah.
Astaghfirullah, Innalilahiwainnailaihirojiun.
Anak saya yang berada di pintu kanan mobil, bisa melihat jelas. Tapi tentu anak remaja tidak kuat. Biasanya saya masih mampu membuka pintu lalu mengabadikan dengan kamera atau video dg ponsel. Kemaren, tidak kuasa, tidak tega dan mendadak kehilangan naluri reporter dan citizen jurnalist saya. Mungkin karena saya sedang flu dan kepala cukup berat. Tapi terus terang, membayangkan kita sendiri, atau anggota keluarga terlindas bus dan meninggal di tempat jelas tidak mudah.
Krak Krak Cus…., sopir bus tidak langsung turun. Orang berkerumun karena bunyi cukup keras. Kerumunan orang segera diiringingi teriakan dan tangisan. Seorang ibu yg mungkin penduduk sekitar menyeberang ke tengah jalan dan melihat korban. Ia histeris berteriak melihat ada orang terlindas.
Pada posisi itu entah kenapa supir bus sempat mau mundur lagi, ya Allah..saya segera meminta supir kami membuka jendela dan memberi teriakan dan tanda agar dia tidak “move” dan atau stay put. Ya tetap menghentikan bus dan segers turun.
Seseorang berusaha menarik tubuh pemotor, tapi mungkin karena sudah tidak bergerak dia urung melakukannya.
Karena tidak mau orang di belakang macet, dan sudah banyak orang membantu, kami segera meninggalkan lokasi.
Semoga satu dari dua korban masih bisa diselamatkan. Wallahu alam.
Krak Krak Cus..masih membayangi kami.
Innalilahiwainnailaihirojiun.
Bagi anda yg mau berpergian, berangkat lah lebih awal, nikmati perjalanan. InshaAllah, berangkat awal menjauhkan kita dari semangat menyalip dan berkendara tidak hati hati yg menjauhkan diri kita dari bencana serupa
Krak Krak Cus
Ciputat, 3 Mei 2019
——
Filed under: transportation | Tagged: buru buru, menyalip, pemotor | Leave a comment »
————————-
Di antara cerita mudik Lebaran 2017, salah satu mimpi buruk yang menjadi kenyataan adalah kemacetan yang terjadi di Jalan Tol Cikampek pada hari pertama Lebaran. Kemacetan sepanjang hari Minggu (25/6) tersebut lebih edan dari biasanya. Kendaraan hanya beringsut, nyaris tak bergerak. Kemacetan dimulai dari arah masuk ruas Tol Cikampek, bahkan sampai Cawang. Waktu tempuh Jakarta-Bandung, yang biasanya paling lama 2 jam-an, hari itu harus ditempuh 11-12 jam!
Banyak di antara mereka memilih turun dari kendaraan dan berjalan kaki menuju rest area Km 19 untuk mengejar waktu shalat. Mereka yang sudah berada di jalan tol seperti tidak ada pilihan untuk keluar. Mereka terjebak di kemacetan jalan tol.
Selain karena membeludaknya kendaraan, kelakuan para pengemudi menjadi faktor menggilanya kemacetan. Banyak di antaranya tidak tertib dan tidak taat lajur di jalan. Para penyerobot jalur yang tidak sabaran bisa tiba-tiba pindah lajur dan menghambat kendaraan di belakangnya. Efeknya, arus akan melambat dan menghambat arus.
Lebih parah lagi, bukan saja jalur darurat yang mereka gunakan. Banyak juga yang nekat menggunakan ruang paling kiri di antara lajur jalan tol. Mereka bisa seenaknya zig-zag masuk lagi ke lajur biasa.
Rest area di pinggir tol, sejak di Km 19, pun alih-alih menjadi tempat istirahat malah menjadi sumber kemacetan. Kendaraan yang akan masuk rest area mengular jauh sebelum pintu masuk. Tidak ada upaya penutupan rest area saat penuh sesak.
Bus-bus antarkota pun lebih mirip raja jalanan. Walaupun badannya bongsor, mereka dengan leluasa mencari celah-celah jalur yang sepertinya lancar, lantas beralih dari lajur paling kiri ke kanan atau sebaliknya.
Parking bay yang dibangun di beberapa lokasi pun ternyata malah menjadi titik kemacetan baru. Mobil-mobil tidak lagi masuk ke kantong parkir, tetapi mereka parkir di bahu jalan atau jalur darurat. Petugas pun kewalahan untuk mencegah kendaraan yang parkir di tempat semestinya. Di sepanjang jalan tol, banyak pula kendaraan yang berhenti bukan di tempat semestinya. Bisa jadi karena kebelet atau lelah ingin beristirahat.
Pintu tol yang juga jadi salah satu penyebab mengularnya kemacetan pun tetap difungsikan seperti biasa. Semacet apa pun jalan tol, mereka tetap harus membayar tiket tol. Padahal, andai saja pengelola tol berbaik hati “membebaskan” jalan tol tanpa bayar-bisa dengan sistem buka tutup pada saat macet luar biasa-mungkin akan sedikit memperlancar arus. Setahun sekali beramal melakukan CSR (corporate social responsibility) tidak akan rugi.
Contraflow di jalan tol mungkin sedikit membantu, tetapi tidak memecahkan kemacetan yang terjadi.
Tampak juga mobil pribadi yang menggunakan sirene lampu rotator dan strobo, seolah-olah darurat, merangsek meminta jalan. Padahal, jelas-jelas pemasangan sirene, lampu strobo, dan rotator pada kendaraan diatur Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Mungkin benar perilaku pengemudi dan kemacetan lalu lintas itu mencerminkan wajah negeri ini: rakyatnya maupun pemerintahnya. Macet!
Filed under: transportation, Uncategorized | Tagged: disiplin Indonesia, disiplin parah, jalan tol, macet | Leave a comment »
Luar biasa dubes Melba Pria yang sebelumnya kalau gak salah pernah jadi dubes di Indonesia, dengan sangat tepat bisa mengambil hati rakyat India dan bangsanya sendiri.
Tapi tentu menjadi sangat luar biasa adalah value yang ada dalam dirinya mampu dikeluarkan dan di implementasikan, bukan hanya dalam pikiran saja.
Mengingatkan saya ketika berantem dengan satpam hotel Aryaduta waktu menerobos hotel itu ketika masih di Bappenas dan harus presentasi dengan waktu yang sudah mepet. Di akhir 1990an ketika itu, bajaj belum dilarang masuk hotel, meski tidak direkomendasi dan ada pemeriksaan. Ok, kembali kepada kita, terutama para pejabat, do as you want and as you need, no matter how high you are.
Terkadang ojek sering menyelamatkan kita dari jadwal yang nge pass.
SO be yourself…., no matter what you do.
Filed under: transportation | Leave a comment »
PARIS, JUMAT — Menteri Dalam Negeri Perancis Bernard Cazeneuve, Jumat (26/6), mengatakan telah menindak para manajer setempat dari layanan Uber, sehari setelah negara itu menghentikan layanan UberPOP. Pemerintah memihak pengemudi taksi yang memblokade jalan-jalan raya dalam protes terhadap layanan daring (online) itu.
Berang pada apa yang mereka anggap sebagai kompetisi tidak adil, para pengemudi taksi hari Kamis memblokade jalan-jalan ke bandara ibu kota Perancis, menggulingkan mobil-mobil, dan membakar ban untuk menuntut agar layanan itu dihapuskan.
Sekitar 3.000 pengemudi taksi ambil bagian dalam pemogokan Kamis, menutup akses ke Bandara Charles de Gaulle dan Bandara Orly di Paris, serta mencegah mobil-mobil yang mencapai stasiun kereta api di seluruh negeri.
Polisi mengatakan, 70 mobil rusak dalam bentrokan antara pengemudi taksi dan pengemudi Uber serta tujuh petugas polisi cedera. Sepuluh orang ditangkap dalam kerusuhan itu.
Demonstrasi itu termasuk yang paling sengit dari serangkaian pemogokan dan demonstrasi lain di seluruh Perancis terhadap Uber yang berbasis di San Francisco, AS.
Uber menghubungkan pengemudi dengan penumpang melalui aplikasi telepon pintar (smartphone). Di Perancis, Uber yang mempunyai 1 juta pengguna telah memperluas layanan UberPOP ke kota-kota lain. Hal ini menimbulkan kemarahan para pengemudi taksi dan menimbulkan debat mengenai apa yang disebut kompetisi adil.
Menghadapi ancaman kerusuhan, Presiden Francois Hollande berkomentar dari sela-sela KTT UE di Brussels, Belgia. Dia mengecam protes penuh kekerasan terhadap layanan Uber itu, tetapi dia juga mengatakan, layanan itu ditarik dari peredaran.
Hollande menyebut demonstrasi itu kekerasan yang tidak bisa diterima di Perancis.
Namun, Hollande menambahkan, “UberPOP harus dihapus dan dinyatakan ilegal.”
Jumat, Mendagri Cazeneuve mengatakan kepada radio RTL, “Kami adalah negara hukum dan hukum akan berkuasa.”
Sejak Januari, layanan itu dinyatakan ilegal di Perancis, tetapi Uber menyatakan banding dengan mengatakan, UU yang disahkan Oktober 2014 yang mendasari putusan itu tidak jelas dan bertentangan dengan kebebasan untuk melakukan bisnis. Uber beroperasi sementara menanti putusan pengadilan banding.
Setelah bertemu dengan perwakilan pengemudi taksi, Cazeneuve memerintahkan kepolisian Paris untuk mengeluarkan dekrit melarang UberPOP dan mengatakan bahwa mobil-mobil yang melawan perintah itu akan disita. General Manager Uber Perancis Thibaud Simphal menjawab dengan mengatakan, langkah itu “tak mengubah apa pun” dan bahwa permintaan untuk layanannya di Perancis akan berlanjut.
Sebagian besar pengemudi taksi mengindahkan imbauan serikat pekerja mereka dan kembali bekerja pada Jumat.
Protes juga dilakukan di Marseilles dan Aix-en-Provence.
(REUTERS/AFP/DI)
Filed under: ICT, transportation | Tagged: android, ICT, taxi, uber | Leave a comment »
I think this knife is still dangerous should someone carry it to the aircraft. What da ya think?
Filed under: transportation | 1 Comment »
++++++++++++
Dec 31st 2011, 13:43 by N.B. | WASHINGTON, D.C.
GOGO, which provides in-flight Wi-Fi to many American airlines, recently filed for an initial public offering. But as Dan Frommer, a tech writer, reminds us (via Slate‘s Matt Yglesias), in-flight Wi-Fi is still quite unpopular: just 4% of passengers on flights that offer Gogo Wi-Fi actually pay for the service. (Gulliver wrote about air travellers’ unwillingness to pay for Wi-Fi service way back in 2009.)
Mr Frommer believes that the 4% statistic is a sign that a very small base of Wi-Fi users (probably business travellers and bloggers like Mr Yglesias and your correspondent) provide the majority of Gogo’s revenue. But Mr Yglesias argues that the low purchase rate “casts the sometimes questionable quality of the service in a stark light” and compares Gogo to the truly abysmal Amtrak Wi-Fi, which I’vecriticised in this space before. (Perhaps part of the problem is that many employers will not reimburse for in-flight Wi-Fi.)
Ultimately, Gogo’s business model could be threatened by the fact that using cell phones and wireless modems on an aeroplane probably won’t cause you to plummet out of the sky. (It can, however, interfere with ground-based networks and unshielded aeroplane instrumentation.) A more enlightened airport security regime and technological progress might eventually allow passengers to use their own wireless modems while airborne. If that happens at some point in the future, Gogo would be in big trouble. In my experience, the service isn’t good enough to realistically compete with the speeds offered by a 3G wireless modem.
The bigger problem for Gogo and other in-flight Wi-Fi providers is that most people aren’t willing to pay for what is usually a slow, unreliable internet connection unless they absolutely must. There’s plenty of work that even a blogger can do without an internet connection, and a plane is often the best place to do that sort of work. And if more people did start using the in-flight service, that would make it even slower. But perhaps I’m being too pessimistic about Gogo’s prospects. Mr Frommer has a lot more points to consider; his piece is definitely worth the click-through.
http://www.economist.com/blogs/gulliver/2011/12/flight-wi-fi?fsrc=scn/tw/te/bl/continuinedunpopularity
Filed under: ICT, transportation | Tagged: flight, ICT, Internet, pesawat terbang, wi-fi | Leave a comment »