Di antara cerita mudik Lebaran 2017, salah satu mimpi buruk yang menjadi kenyataan adalah kemacetan yang terjadi di Jalan Tol Cikampek pada hari pertama Lebaran. Kemacetan sepanjang hari Minggu (25/6) tersebut lebih edan dari biasanya. Kendaraan hanya beringsut, nyaris tak bergerak. Kemacetan dimulai dari arah masuk ruas Tol Cikampek, bahkan sampai Cawang. Waktu tempuh Jakarta-Bandung, yang biasanya paling lama 2 jam-an, hari itu harus ditempuh 11-12 jam!

Banyak di antara mereka memilih turun dari kendaraan dan berjalan kaki menuju rest area Km 19 untuk mengejar waktu shalat. Mereka yang sudah berada di jalan tol seperti tidak ada pilihan untuk keluar. Mereka terjebak di kemacetan jalan tol.

Selain karena membeludaknya kendaraan, kelakuan para pengemudi menjadi faktor menggilanya kemacetan. Banyak di antaranya tidak tertib dan tidak taat lajur di jalan. Para penyerobot jalur yang tidak sabaran bisa tiba-tiba pindah lajur dan menghambat kendaraan di belakangnya. Efeknya, arus akan melambat dan menghambat arus.

Lebih parah lagi, bukan saja jalur darurat yang mereka gunakan. Banyak juga yang nekat menggunakan ruang paling kiri di antara lajur jalan tol. Mereka bisa seenaknya zig-zag masuk lagi ke lajur biasa.

Rest area di pinggir tol, sejak di Km 19, pun alih-alih menjadi tempat istirahat malah menjadi sumber kemacetan. Kendaraan yang akan masuk rest area mengular jauh sebelum pintu masuk. Tidak ada upaya penutupan rest area saat penuh sesak.

Bus-bus antarkota pun lebih mirip raja jalanan. Walaupun badannya bongsor, mereka dengan leluasa mencari celah-celah jalur yang sepertinya lancar, lantas beralih dari lajur paling kiri ke kanan atau sebaliknya.

Parking bay yang dibangun di beberapa lokasi pun ternyata malah menjadi titik kemacetan baru. Mobil-mobil tidak lagi masuk ke kantong parkir, tetapi mereka parkir di bahu jalan atau jalur darurat. Petugas pun kewalahan untuk mencegah kendaraan yang parkir di tempat semestinya. Di sepanjang jalan tol, banyak pula kendaraan yang berhenti bukan di tempat semestinya. Bisa jadi karena kebelet atau lelah ingin beristirahat.

Pintu tol yang juga jadi salah satu penyebab mengularnya kemacetan pun tetap difungsikan seperti biasa. Semacet apa pun jalan tol, mereka tetap harus membayar tiket tol. Padahal, andai saja pengelola tol berbaik hati “membebaskan” jalan tol tanpa bayar-bisa dengan sistem buka tutup pada saat macet luar biasa-mungkin akan sedikit memperlancar arus. Setahun sekali beramal melakukan CSR (corporate social responsibility) tidak akan rugi.

Contraflow di jalan tol mungkin sedikit membantu, tetapi tidak memecahkan kemacetan yang terjadi.

Tampak juga mobil pribadi yang menggunakan sirene lampu rotator dan strobo, seolah-olah darurat, merangsek meminta jalan. Padahal, jelas-jelas pemasangan sirene, lampu strobo, dan rotator pada kendaraan diatur Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Mungkin benar perilaku pengemudi dan kemacetan lalu lintas itu mencerminkan wajah negeri ini: rakyatnya maupun pemerintahnya. Macet!

SUmber: https://kompas.id/baca/metro/2017/07/02/jebakan-jalan-tol/