Deja Vu: Mari Akhiri Monopoli!

Pagi ini, sebuah WAG yang saya ikuti mendadak paten. Sebelumnya masih eyel-eyelan membahas prescawapres. Biasalah, nyaris semua group, apapun mainstreamnya, pasti ada belok-belok ke topik prescawapres ini. Seorang kawan memforward video tentang mesin scan Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang menurut infonya telah berhasil dibuat oleh China.

Posting ini di WAG lulusan ITB tentu saja dilahap dan dikomentari asyik. Intinya, dengan mesin MRI buatan China ini telah berhasil menurunkan harga dari sekitar USD 6 juta menjadi hanya USD 0,6 juta atau menjadi sekitar 10 % harga saat ini. Luar biasa bukan? Dominasi negara Eropa dan brand seperti Phillips dan Siemens diancam oleh produk China. Terlepas benar tidaknya berita capaian mesin MRI ini, substansinya tetap menarik untuk dibahas.

Sumber : WAG 82 Eititu, pelacakan di sosmed blm berhasil karena kendala bahasa

Bagaimana China mengakhiri berbagai dominasi merk asing untuk keperluan dalam negeri dan kemampuan industri lokal tentu tidaklah akan habis dibicarakan. Dari berbagai produk sederhana mulai kebutuhan rumah tangga, apparel, hingga high tech mereka telah mengguncang dunia. Dari sekedar teknologi dan ekonomi, usaha China untuk pengembangan infrastruktur yang awalnya diremehkan Barat seperti pembangkit listrik, kereta api hingga ICT, sekarang terbukti menjadi kekuatan teknologi sekaligus ekonomi yang jika perlu dibatasi secara politik dan intrik. Jangan lupa penahanan seorang petinggi Huawei di Canada yang mempertajam persaingan China-US beberapa tahun silam.

Keruan saja, saya mengomentari bagaimana keberhasilan Indonesia, maaf pada era Soeharto untuk hal yang mirip. Dengan mengirimkan beberapa tenaga muda kita ke Siemens di Jerman dan Argentina untuk menggali pengetahuan di bidang telekomunikasi pada akhir 1980an, telah mendorong dirakitnya Sentral Telepon Digital Indonesia I (ya, pertama atau kesatu) di Bandung. PT. Inti telah menjelma menjadi salah satu BUMN di dunia yang mampu memproduksi STDI, yakni telephone exchange, digital pula dengan berbagai varian khususnya kapasitas kecil.

Melalui serial pinjaman luar negeri, soft loan dari KFW (badan ekonomi internasional Jerman), Indonesia berhasil melaksanakan pembangunan telekomunikasi besar-besaran yang diawali dengan bantuan teknis yang ketika itu di Perumtel digawangi oleh seorang teman senior saya pak Wisnu Marantika. Alhasil sampai akhir Pelita VI, Indonesia telah berhasil menyediakan hingga 10 juta satuan sambungan telepon (sst) digital untuk seluruh negeri, minimal mencapai ibukota kabupaten kota (IKK).

Dalam prosesnya, berbagai hal menarik terjadi. Tarik ulur, negosiasi, intrik dan politik berkecamuk sengit. Ibarat judul sebuah lagu, “Semua menjadi satu”. Tidak mau mengekor kepada KFW dalam hal sentral telepon ini, pemerintah kita dengan cerdik mulai memainkan jurus canggih, yaitu kompetisi. Jika pada serial KFW sampai Exchange V, VA1, VA2 pada tahun 1990 harga ekivalen 1 sst mencapai USD 1,000.0 (seribu dollar), tidak demikian untuk seterusnya. Pinjaman yang terus ditawarkan dengan bunga soft loan monopoli Jerman, mulai diakali pemerintah dengan mentenderkan pembangunan STDI 2 sebanyak 350.000 sst.

Langkah strategis ini tentu saja mengguncang bisnis telekomunikasi dunia. Hasil tender pada tahun 1990 tersebut menyisakan 2 pemenang, yaitu AT&T, dan NEC. Ya, dari dua raksasa telekomunikasi dunia, US, dan Jepang ketika itu. Tentu sudah bisa diperkirakan, setelah proses persaingan teknologi dan ekonomi selesai, maka tahap selanjutnya adalah permainan politik dan intrik. Keuntungan besar tentu saja sudah terbayang di depan mata pemenang tender. Pasar telekomunikasi yang masih jauh dari jenuh/saturated tentu akan sangat menggiurkan. Dengan jumlah penduduk saat itu baru ditahap 200an juta jiwa, penetrasi telepon masih sangat rendah. Kemungkinan locked in bisa berlangsung cukup lama, dan tentu menguntungkan.

Dengan perkiraan harga ekivalen 1 sst masih USD 1.000,0, maka investasi STDI akan memberikan angka cukup besar ketika itu, sekitar 350.000 x 1.000 x 2.000 = 700.000.000.000,0, ya mencapai angka Rp 700 Milyar pada tahun itu dengan kurs 1 USD = Rp 2.000,0.

Tidak kurang dari presiden US dan Perdana Menteri Jepang waktu itu, melayangkan surat kepada pemerintah Indonesia. Saya tidak tahu persis isinya, karena belum dapat akses membaca. Maklum masih Staf Perencana ketika itu. Dari pemberitaan saya pahami intinya adalah meminta semacam previleges atau kattebelletjeā€Ž dari Presiden Indonesia untuk memenangkan masing-masing peserta tender, ya itu tadi, AT&T dan NEC. Apa yang terjadi?

Ternyata, pemerintah kita waktu itu bukanlah kaleng-kaleng. Dengan cerdik pemerintah mengadakan tender ulang yang ujung-ujungnya memberikan proyek besar ini kepada kedua peserta tender dari US dan Jepang ini. Ups…, namun dengan masing-masing peserta mendapatkan porsi yang sama, yaitu membangun STDI 2 sebanyak 350.000 sst. Dengan biaya yang sama, dapat kuantitas 2 kali lipat!

Contoh keberhasilan lain adalah, pelaksanaan aturan local content atau TKDN yang sempat memaksa berbagai merek terkenal di bidang telekomunikasi untuk merelokasi industri mereka atau bergabung dengan industri lokal, jika masih mau berjualan di Indonesia. Kebijakan ini telah mendorong industri lokal untuk mampu membangun sendiri industri handphone 4G pertama kali di Batam sekitar 7 tahun lalu. Juga mendorong merk terkenal seperti Samsung untuk memproduksi handphone mereka di Batam. Sayang merk lokal HP 4G yang juga bekerja sama dengan ITB ini tidak terdengar lagi kelanjutannya.

Kembali ke mesin Scanner MRI dan pengembangan pesat teknologi CHina, maka berbagai pengenalan kompetisi memang menjadi salah satu terobosan untuk memangkas praktek monopoli di berbagai negara. Bidang Infrastruktur menjadi salah satu entry atau titik masuk. Ditambah dengan kesadaran berbagai negara maju dan terlebih lagi negara berkembang untuk mengurangi tingkat korupsi, telah mendorong lahirnya berbagai upaya untuk mengakhiri monopoli. Maka lahirlah berbagai peraturan perundangan-undangan anti monopoli, termasuk Indonesia dengan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Pasca pengenalan kompetisi di Indonesia, pembangunan pesat infrastruktur terus digenjot. Mulai dari jalan tol, bandara, pelabuhan, kereta api, pembangkit listrik, migas, perumahan, penyediaan air bersih (water supply), hingga penyediaan jaringan internet (ICT) terus dilaksanakan dan diperluas ke seluruh negeri. Pada awalnya pengembangan ini berjalan cukup baik dan menekan harga sehingga masyarakat banyak diuntungkan.

Namun, seolah-olah mencari keseimbangan baru, berbagai harga layanan infrastruktur tersebut pelan namun pasti merangkak naik. Relatif hingga saat ini hanya sektor telekomunikasi/ICT dan kereta api yang masih bisa memberikan harga bersaing dengan mutu layanan relatif baik. Sisanya seperti akan kembali ke masa pre-kompetisi.

Untuk jalan tol, terlihat dominasi penyedia jasa. Memberlakukan tarif dengan sepihak dan memaksakan tarif maksimal untuk banyak segmen jalan tol. Pengguna jasa dipaksa membayar jarak terjauh atau jarak rata-rata, meski hanya menggunakan jasa untuk 2 atau 3 pintu tol terdekat. Migas, setali tiga uang. Dominasi monopoli BUMN telah memaksa harga relatif tinggi karena pengurangan atau pengalihan subsidi, juga menurunnya aspek keselamaan dalam bisnis migas ini.

Sektor penerbangan yang dahulu sempat memberikan dan membuat semua orang bisa terbang, saat ini telah kembali menjadi relatif mahal. Termasuk kondisi flag carrier kita yang sempat berdarah-darah karena salah urus dan korupsi di masa lalu, meski nyaris belasan tahun seluruh PNS dan pegawai BUMN diharuskan menggunakan perusahaan BUMN ini.

Sektor perhubungan lainnya masih membutuhkan peningkatan layanan dan management. Relatif tidak ada penambahan kapal besar antar pulau yang sangat dibutuhkan masyarakat, terutama golongan menengah bawah. Program tol laut, masih belum mampu menyediakan kapal dan sekaligus fery berkapasitas besar yang bisa mengangkut pemudik bersama mobil atau motor mereka. Masih tingginya angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas yang mencapai 800 jiwa ketika liburan mudik 2023 menjadi indikator yang tidak terbantahkan.

Diubahnya secara sepihak sistem abonemen air bersih oleh PDAM di beberapa daerah di Jawa Barat, dari abonemen Rp 35 ribu per bulan menjadi penggunaan minimum 10 m3 dengan biaya Rp 85 ribu, jelas-jelas memberi sinyal kembalinya monopoli yang meresahkan. Beruntung untuk jasa layanan Kereta Api, telah berhasil melakukan terobosan besar dalam hal ticketing, sangat memudahkan pengguna dan terjauh dari percaloan. Namun ditengarai, dengan naiknya BBM secara signifikan baru-baru ini, jasa KA pelan-pelan juga diperkirakan mulai memberatkan pengguna jasa. Kenaikan harga KA Parahyangan dalam kurun waktu yang sangat singkat sekitar 40%, ditengarai sebagai cara untuk mengantisipasi harga KA Cepat Jakarta-Bandung yang akan segera beroperasi. Saya juga belum terinfo, bagaimana akhirnya masalah penyediaan kanal telepon mobile untuk KA Cepat ini, apakah menggunakan frekuensi eksisting operator GSM sekarang atau band frekuensi lain.

Berlarut-larutnya penyediaan LPG 3 kg yang harusnya sementara belum diimbangi dengan percepatan pembangunan gas bumi Rumah Tangga di perkotaan yang sangat ditunggu rakyat dan UMKM. Peran koperasi pemulung dan UMKM yang lebih besar juga belum tergarap untuk mengurus dan mengolah sampah, terutama di kota besar. Padahal sampah di Indonesia itu adalah Rupiah.

Dalam rangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2025-45 ke depan, tentu saja berbagai kondisi eksisting di atas perlu diantisipasi dengan cermat. Sudah waktunya mendesign ulang beberapa hal. Pertama, perlu direncanakan penghentian monopoli oleh beberapa BUMN besar sesuai bidang masing-masing, seperti Pertamina untuk migas dan PT. PLN untuk ketenagalistrikan. Seyogyanya KemenBUMN menyiapkan road map penghentian monopoli oleh beberapa BUMN. Evaluasi menyeluruh penyediaan air bersih oleh PDAM dan memulai kompetisi juga harus menjadi perhatian. Air bersih adalah kebutuhan mutlak buat masyarakat maju. Perlu diingat, di beberapa negara maju air bersih mereka sudah drinkable dan juga gratis, sudah termasuk utilitas untuk perumahan atau apartemen. Juga jangan lupa era, sebelum interkoneksi PAM di Pejompongan, pada 1970an air PAM kita juga sudah bisa diminum. Yes, it used to be drinkable tap water!

Kedua, merevisi ulang berbagai peraturan perundang-undangan sektor-sektor di bawah infrastruktur dasar. Beberapa Undang-Undang sektor ini relatif sudah cukup lama seperti UU Telekomunikasi No 36 tahun 1999 tentu sudah harus diperbaharui dengan kondisi ICT atau TIK yang semakin maju dan berubah sangat cepat dengan kecepatan disrupsi yang luar biasa. Juga banyak sekali Undang-Undang lain yang masih dirasa perlu diperbaharui, termasuk untuk menghidupkan kembali Badan Pengatur Independen untuk masing-masing sektor. Saat ini, untuk sektor telekomunikasi dengan persaingan sangat ketat, malah dibubarkan BRTI nya. Untuk ketenagalistrikan, dahulu sudah sempat dibentuk Bapeptal nya, namun karena UU Ketenagalistrikan dibatalkan MK, penyediaan jasa ketenagalistrikan kembali ke era monopoli. Ringkasnya, pembaharuan Kebijakan dan Kerangka Regulasi harus menjadi prioritas kebijakan infastruktur ke depan.

Selanjutnya, perkuatan peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mutlak diperlukan guna melindungi industri, baik dari persaingan usaha tidak sehat domestik, juga mencegah infiltrasi dari barang impor yang sudah tidak diperlukan.

Keempat, pembinaan ekosistem industri dan Sumber Daya Manusia untuk sektor-sektor infrastruktur juga harus menjadi perhatian. Sangat banyak industri dalam negeri yang awalnya sudah cukup baik kinerja dan pemanfaatan SDM lokalnya, menjadi berantakan kembali karena ketidaksinambungan kebijakan yang ada. KOndisi ini berkaitan dengan tingkat kompetisi, semakin baik kompetisi akan mendorong percepatan ekosistem yang diharapkan, termasuk R/D seperti capaian China dengan mesin MRI di awal cerita.

Terakhir, penyediaan infrastruktur harus tetap memperhatikan ketersediaan jasa atau pembangunan di wilayah 3T, terdepan, terpencil, dan tertinggal. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui skema PSO, atau subsidi untuk Public Service Obligation juga dengan membentuk Badan Layanan Umum sektor masing-masing. Namun demikian pelajaran mahal dari dugaan kasus penyimpangan BTS 4G oleh BAKTI Kemenkominfo yang melayani penyediaan jasa dan akses telekomunikasi serta informatika di daerah unserved tentu harus diambil hikmahnya dan diperbaiki secara sistemik ke depan. Sungguh, memberikan layanan seperti PELNI, penerbangan perintis, Pos, jaringan radio/TV dan Internet ke pelosok negeri, sangatlah dibutuhkan masyarakat untuk peningkatan pengetahuan dan pengembangan ekonomi lokal.

Semoga berbagai penemuan atau invention peralatan, sistem dan barang-barang baik domestik maupun internasional, bisa disikapi oleh pemerintah dan pelaku usaha swasta secara baik sehingga mampu menurunkan harga layanan jasa dan meningkatkan pemanfaatannya untuk masyarakat kita tanpa kecuali. Jika dulu kita sudah memulai dengan cukup baik, melanjutkan rasanya bukanlah hal yang sangat berat untuk dilaksanakan.

Semoga!

Eddy Satriya, Perencana Ahli Utama (PAU) Bappenas.

23.05.23 Komentar dan koreksi dapat dikirimkan ke uddaeddy@gmail.com atau langsung di blog ini. Terima kasih banyak. Wassalammualaikum wrwb, selamat malam Rabu.

Chinaā€™s Antitrust Regulator Planning to Fine Meituan About $1 Billion – The Wall Street Journal.

Chinaā€™s Antitrust Regulator Planning to Fine Meituan About $1 Billion https://www.wsj.com/articles/chinas-antitrust-regulator-planning-to-fine-meituan-about-1-billion-11628238951

Puisi (bukan) Lin Liangduo itu…

Diketahui puisi ini bukan dari Prof Lin… Entah mana yg benar, isinya tetap bermanfaat.

http://ec-general.blogspot.com/2008/05/correction-poem-not-by-prof-duo-liang.html?m=1

Lin Liangduo, seorang guru besar kehormatan fisika Amerika keturunan Cina, menerbitkan sebuah puisi berbahasa Inggris di Washington Post berjudul ā€œBagaimana Anda ingin kami bertahan hidup?ā€ Tulisannya itu dibaca dan diikuti di Internet dan memancing diskusi yang panas antara netizen berbahasa Mandarin dan dunia Barat. Puisi ini mengungkapkan rasa sedih dan marah banyak orang Amerika berdarah Cina yang telah dipendam dalam waktu yang cukup lama, dan oleh karenanya dijuluki sebagai “anak panah tajam” yang ditujukan pada prasangka-prasangka negatif orang Barat terhadap bangsa Cina di rantau.
仄äø‹ē‚ŗäø­ę–‡ē‰ˆļ¼š(berikut adalah puisi tersebut dalam bahasa asli dan terjemahan bahasa Indonesia oleh Erik)
ä½ ē©¶ē«Ÿč¦ęˆ‘å€‘ę€ŽęØ£ē”Ÿå­˜
Bagaimana anda menginginkan kami bertahan hidup
ęˆ‘å€‘ę˜Æę±äŗžē—…å¤«ę™‚ļ¼
Di masa lampau, saat kami masih sebagai bangsa pesakitan di Asia Timur!
ęˆ‘å€‘č¢«čŖŖę˜Æ黃ē¦;
Kami dituding ā€œBencana Kuningā€
ęˆ‘å€‘č¢«é č؀ę˜Æäø‹äø€å€‹č¶…ē“šå¤§åœ‹äŗ†ļ¼
Sekarang ini saat kami diramalkan akan menjadi negara superpower!
ęˆ‘å€‘č¢«ęŒ‡ę˜Æäø»č¦åØč„…ć€‚
Kami dituduh sebagai ancaman utama terhadap dunia
é‚£ę™‚ęˆ‘å€‘é–‰é—œč‡Ŗ守ļ¼
Di masa lampau, saat kami menutup diri terhadap perdagangan internasional !
ä½ čµ°ē§é“‰ē‰‡ä¾†å¼·é–‹é–€ęˆ¶;
Kalian menyelundupkan opium membuka gerbang kami dengan paksa.
ęˆ‘å€‘ę“ęŠ±č‡Ŗē”±č²æꘓäŗ†ļ¼
Sekarang ini saat kami menganut sistem perdagangan bebas!
ä½ č²¬ē½µęˆ‘å€‘ę¶čµ°ä½ ēš„é£Æē¢—怂
kalian menyalahkan kami telah merampas pekerjaan kalian.
é‚£ę™‚ęˆ‘å€‘é¢Øé›Øé£„ę–ļ¼
Di masa lampau saat kami berada dalam keadaan darurat genting!
ä½ éµč¹„ēŠÆå¢ƒč¦ę±‚ę©Ÿęœƒå‡ē­‰;
Kalian yang masuk ke negeri kami datang dengan pelana besi menuntut kesempatan hak yang sama dengan kami di dalam negari kami
ęˆ‘å€‘č¦ę•“åˆē “ē¢Žēš„å±±ę²³ļ¼
Sekarang ini saat kami berusaha mengintegrasikan kembali tanah air yang tercerai berai!
ä½ čŖŖęˆ‘å€‘ā€œå…„ä¾µā€ā€¦ā€¦
Kalian menuduh kami adalah agresor
ęˆ‘å€‘č©¦č”Œé¦¬åˆ—ę•‘åœ‹ļ¼
Di masa lampau, kami menganut faham komunisme untuk membangun negeri
ä½ ē—›ęØęˆ‘å€‘ęˆē‚ŗē•°å·±åˆ†å­;
Kalian menghujat kami sebagai pembangkang;
ęˆ‘å€‘ę“ęŠ±č³‡ęœ¬äø»ē¾©äŗ†ļ¼
Sekarang ini saat kami melaksanakan sistem kapitalisme
你又ęØęˆ‘å€‘ē•¶äŗ†č³‡ęœ¬å®¶ć€‚
Lagi lagi kalian pula yang mencaci kami sebagai kaum kapitalis.
ē•¶ęˆ‘們ēš„äŗŗ口到達十億ļ¼
Di masa lampau saat populasi kami mencapai satu miliar penduduk!
ä½ čŖŖęˆ‘å€‘åœØꑧęƀ地ēƒ; kalian menuduh kami merusak bumi ini,
ęˆ‘å€‘č¦é™åˆ¶äŗŗ口äŗ†!
Sekarang ini saat kami berusaha membatasi jumlah penduduk
ä½ čŖŖęˆ‘å€‘čøčøäŗŗꬊ怂Kalian menuding kami menginjak-injak hak asasi manusia.
é‚£ę™‚ęˆ‘å€‘äø€č²§å¦‚ę“—ļ¼
Di masa lampau, saat kami sangat sangat miskin!
ä½ č¦–ęˆ‘å€‘č³¤å¦‚ē‹—;
Kalian memandang kami seperti anjing
ęˆ‘å€‘ęœ‰éˆ”ē„Ø借ēµ¦ä½ äŗ†ļ¼
Sekarang ini saat kami meminjamkan uang untuk kalian
ä½ ę€Øęˆ‘å€‘ä»¤ä½ åœ‹å‚µē“Æē“Æ怂Kalian menyalahkan kami telah menyebabkan hutang luar negeri kalian membengkak
ęˆ‘å€‘ē™¼å±•å·„ę„­äŗ†ļ¼
Sekarang kami mengembangkan industrialisasi
ä½ čŖŖęˆ‘å€‘ę˜Æę±”ęŸ“č€…;
Kalian menuding kami sebagai pencemar lingkungan
ęˆ‘å€‘ęœ‰č²Øå“č³£ēµ¦ä½ äŗ†ļ¼Sekarang kami menjual produk kami kepada kalian!
ä½ čŖŖęˆ‘å€‘ę˜Æ地ēƒęš–化ēš„å› ē”±ć€‚
Kalian pula yang menuduh kami biang kerok penyebab pemanasan global.
ęˆ‘å€‘č³¼č²·ēŸ³ę²¹ļ¼
Sekarang kami membeli minyak bumi
ä½ čŖŖęˆ‘å€‘ę¦Øå–å…¼ę»…ę—;
Kalian bilang kami memeras dan melakukan genosida
你們ē‚ŗēŸ³ę²¹é–‹ęˆ°ļ¼
Kalian melancarkan peperangan demi minyak bumi
ä½ čŖŖę˜Æē‚ŗäŗ†č§£ę•‘ē”Ÿéˆć€‚
Tapi kalian katakan itu adalah peperangan demi kemanusiaan
é‚£ę™‚ęˆ‘å€‘å‹•äŗ‚ē„”åŗļ¼
Di masa lampau saat negara kami kacau tak teratur
ä½ čŖŖęˆ‘å€‘ę²’ęœ‰ę³•ę²»;
Kalian mengejek kami negara tanpa sistem hukum
ē¾åœØęˆ‘å€‘č¦ä¾ę³•å¹³ęš“ļ¼
Sekarang ini saat kami menumpas kejahatan dan menegakkan keadilan berdasarkan hukum
ä½ čŖŖęˆ‘å€‘é•åäŗŗꬊ怂
Kalian katakan kami telah melanggar HAM!
ęˆ‘å€‘éœé»˜ē„”č²ę™‚ļ¼
Di masa lampau, saat kami diam membisu
ä½ čŖŖęˆ‘å€‘ę¬ ē¼ŗčØ€č«–č‡Ŗē”±;
Kalian katakan tidak ada mimbar bebas di negeri kami
ęˆ‘å€‘äøå†ē·˜é»˜ļ¼
Sekarang saat kami tidak lagi diam
ä½ čŖŖęˆ‘å€‘ę˜Æč¢«ę“—äŗ†č…¦ēš„ä»‡å¤–ęš“갑怂
Kalian bilang kami adalah massa xenofobia yang telah dicuci otak
ē‚ŗ什éŗ¼ä½ é€™ęØ£ę†ŽęØęˆ‘å€‘?
Mengapa kalian begitu dengkinya membenci kami?
ęˆ‘å€‘ęƒ³ēŸ„道怂
Kami ingin tahu
ā€œäøā€ļ¼Œä½ čŖŖļ¼Œā€œęˆ‘äøęØä½ å€‘ć€‚
ā€œTidakā€ kalian bilang ā€œkami tidak dengki atau benci pada kalianā€
ęˆ‘å€‘ä¹ŸäøęØä½ ļ¼
Kami juga tidak membenci kalian!
åŖę˜Æļ¼Œä½ äŗ†č§£ęˆ‘們嗎?
Hanya saja, apakah kalian memahami kami?
ā€œē•¶ē„¶äŗ†č§£ā€ļ¼Œä½ čŖŖ怂
ā€œTentu saja pahamā€ jawab kalian
ā€œęˆ‘å€‘ę¶ˆęÆ多ēš„ę˜Æļ¼Œęœ‰ AFP态CNN态還꜉BBCā€¦ā€¦ā€
Sumber berita kami banyak sekali, ada AFP, CNN dan juga BBCā€¦
那éŗ¼ä½ ē©¶ē«Ÿč¦ęˆ‘å€‘ę€ŽęØ£ē”Ÿå­˜?
Lantas, bagaimana kalian menginginkan kami bertahan hidup?
回ē­”之前ļ¼Œč«‹ä»”ē“°ēš„ęƒ³äø€ęƒ³ā€¦ā€¦å› ē‚ŗä½ ēš„ę©Ÿęœƒäøę˜Æē„”限ēš„怂
Sebelum menjawab, tolong direnungkan dengan seksama, ā€¦. karena kesempatan kalian tidak banyak lagi.
å·²ē¶“夠多äŗ†ā€¦ā€¦é€™å€‹äø–ē•Œå®¹äøäø‹ę›“多ēš„偽善äŗ†ć€‚
Cukuplah sudahā€¦.. terlalu banyak kemunafikan yang tak tertampung lagi oleh dunia ini.
ęˆ‘å€‘č¦ēš„ę˜Æ同äø€å€‹äø–ē•Œļ¼ŒåŒäø€å€‹å¤¢ęƒ³ļ¼Œé–äø–å¤Ŗå¹³ć€‚
Yang kami inginkan adalah sebuah dunia kebersamaan, dunia dengan mimpi yang sama, yakni dunia yang damai.
這個åÆ¬å»£ć€é¼é—Šēš„č—åœ°ēƒļ¼Œå®¹å¾—äø‹ä½ å€‘ļ¼Œå®¹å¾—äø‹ęˆ‘å€‘ć€‚
Bumi hijau yang luas ini masih cukup untuk menampung kalian dan juga menampung kami.
ꭐē¾Žåˆ°äø­åœ‹ęŠ•č³‡ēœ‹äøŠę˜Æäø­åœ‹å·„äŗŗēš„ä½Žå·„č³‡ļ¼Œåˆ°ä»–們č³ŗ夠äŗ†ļ¼Œęˆ–åÆčŖŖ剝削夠äŗ†ļ¼ŒåéŽä¾†ęŒ‡č²¬äø­åœ‹å·„äŗŗę²’ęœ‰č„æę–¹äŗŗēš„ē¦åˆ©å’Œäæéšœļ¼Œä»–å€‘č¦åˆ°åˆ„č™•åŽ»ć€‚
Bangsa Eropa dan Amerika berinvestasi di negeri kami hanya karena upah pekerja di China yang murah, setelah mereka puas menghisap buruh kami. Kini berbalik mereka menuding kami tidak memberikan kesejahteraan dan perlindungan kepada buruh kami seperti mereka orang Barat. Itu karena mereka ingin berpindah untuk menanam modal di negeri lain.

Long H- March by DI

Rabo 22 May 2019
Oleh : Dahlan Iskan

Dari Huawei merembet ke New York. Ke kereta bawah tanah. Yang jaringannya teruwet di dunia itu. Yang bisingnya bikin kangen itu.

“Jangan-jangan teknologi kereta apinya juga dipasangi penyadap,” ujar seorang anggota DPR Amerika asal New York. “Harus diperiksa yang teliti,” tambahnya.

Perusahaan kereta bawah tanah Tiongkok memang ikut tender di New York. Tingkatnya baru tender desain. Tapi sudah menang.

Berikutnya akan tender pengadaan gerbongnya. Untuk menggantikan gerbong-gerbong lama yang sudah kuno itu. Kecenderungannya Tiongkok pula yang bakal menang. Tidak akan ada yang bisa mengalahkan murahnya. Dan kesiapan sumber pendanaannya.

Belakangan pengadaan gerbong kereta bawah tanah di Amerika sudah selalu dimenangkan Tiongkok. Yang di Los Angeles. Di Chicago. Di Philadelphia. Di Washington DC.

Amerika memang harus menghadang semua langkah Tiongkok. Dengan alasan keamanan nasional. Tidak bisa dibantah. Korban pertamanya Huawei. Promotor 5G di dunia. Perusahaan Amerika dilarang menjual apa pun ke Huawei. Dan dilarang membeli apa pun dari Huawei. Itulah keputusan Presiden Donald Trump minggu lalu.

Huawei sanggup menandatangani jaminan tidak akan terjadi penyadapan.

Amerika tidak mau.

Huawei minta perusahaan telekomunikasi lain juga ditest hal yang sama.

Amerika tidak mau.

Akhirnya Huawei setengah menantang. Tidak boleh beli komponen dari Amerika tidak apa-apa. Huawei sudah siap. Sudah lama jaga-jaga. Sejak dulu sudah mengira siapa tahu ada kejadian seperti ini. Yang ternyata benar-benar terjadi.

Amerika mengira Huawei langsung terkena Achilles Heel-nya. Dikira di situlah kelemahan utama Huawei: tergantung pada chips bikinan Amerika.

Ternyata Huawei sudah bisa membuat chips sendiri. Melalui HiSilicon. Anak perusahaan yang khusus di bidang pembuatan chips. Yang dilahirkan khusus untuk jaga-jaga kalau ada masalah seperti ini.

Chips bikinan HiSilicon itu sebenarnya sudah dipakai Huawei. Untuk produknya yang kelas premium. Pembelian chips Huawei ke HiSilicon sudah mencapai sekitar Rp 140 triliun setahun. Baru sepertiga dari kebutuhan chips secara keseluruhan. Selama ini Huawei masih membeli chips dari beberapa perusahaan Amerika. Salah satunya Qualcomm. Senilai sekitar Rp 350 triliun setahun.

Perusahaan chips Amerika tentu akan kehilangan omset sebesar itu.

Huawei pun ternyata aman.

Ups… belum!

Amerika terus cari jalan mengejar Huawei. Ketemu. Google diminta untuk menghentikan kerjasamanya dengan Huawei. Google App, Google Play, YouTube dan Gmailnya tidak boleh lagi dipakai Huawei.

Pemilik HP Huawei, seperti saya, masih terus bisa menggunakan fasilitas milik Google itu. Tapi untuk produk Huawei yang baru sudah tidak boleh lagi.

Belum ada penjelasan bagaimana Huawei mengatasi hukuman terbaru ini. Di pasar Tiongkok tidak ada masalah. Di Tiongkok, Google memang sudah lama dilarang. Tiongkok punya ‘google’ sendiri: Baidu.

Tapi untuk pasar Huawei di luar Tiongkok perlu ada penjelasan khusus. Itulah yang lagi ditunggu dunia. Yang jelas Huawei tidak akan tinggal diam. “Dalam dua tiga tahun ke depan Amerika masih belum bisa mengejar Huawei,” ujar Ren Zhengfei, pendiri Huawei.

Begitu seru langkah-langkah Trump.

Baru kali ini terjadi. Negara melawan satu perusahaan swasta.

Trump terus mempertahankan prinsipnya: sudah terlalu lama Amerika mengalah ke Tiongkok. Di bidang perdagangan. Ia tidak menyalahkan Tiongkok. Ia selalu menyalahkan presiden-presiden Amerika sebelumnya. Yang tidak mau berbuat seperti yang ia lakukan sekarang ini.

Tiongkok sendiri masih terus cari akal. Apa lagi yang bisa dilakukan. Setelah tidak mau mengimpor kedelai, jagung dan babi dari Amerika.

Dua hari lalu Presiden Xi Jinping melakukan kunjungan ke daerah selatan. Ke Provinsi Jiangxi. Ke satu pegunungan di perbatasan dengan Fujian. Ke Desa Yudu.

Di situ ada monumen bersejarah. Tempat Mao Zedong dulu memulai long march. Menghindari kejaran tentara nasionalis pimpinan Chiang Kai Shek.
Dari situ Mao dan pengikutnya melakukan perjalanan jauh. Yang melelahkan. Dan membahayakan. Menerobos pegunungan-pegunungan tinggi. Melintasi enam provinsi. Sambil menyusun kekuatan. Dan kehilangan separo tentaranya. Terutama saat menyeberang sungai ganas di Guangxi. Di saat banjir besar.

Akhirnya Mao tiba di Provinsi Xi’an di utara. Di sana disambut tokoh daerah. Yang menambah semangat perjuangan Mao. Di sinilah Mao menyusun pasukannya. Untuk menaklukkan kekuasaan Chiang Kai Shek di seluruh Tiongkok. Tokoh daerah yang menyambutnya itu adalah: ayah Xi Jinping.

Kunjungannya ke Yudu itu ditafsirkan sebagai napak tilas. Bahwa Tiongkok siap melakukan long march baru. Long march di zaman modern. Menderita dalam waktu yang panjang. Sambil tidak mau takluk pada musuh. Kali ini musuhnya adalah Amerika.

Isyarat yang ingin disampaikan: Tiongkok siap untuk perang panjang. Dengan segala pengorbanan.

Xi Jinping lantas mengunjungi satu pabrik di Jiangxi. Bukan pabrik sembarang. Ini pabrik rare earth. Tanah jarang. Tanah langka. Yang memproduksi 27 jenis kimia tambang. Salah satunya bahan baku low carbon. Yang dipakai untuk membuat layar HP, casing HP, pesawat TV dan elektronik lainnya.

Tiongkok menguasai 90 persen bahan baku rare earth dunia. Ada kemungkinan Tiongkok akan melarang ekspor rare earth ke Amerika.

Kita memiliki sedikit rare earth di Bangka. Yang dulu diekspor sebagai tanah sisa tambang. Kini benda itu tentu sangat berharga. Di sela-sela perang dagang mereka.

Perang dagang telah berkembang ke perang dingin.(Dahlan Iskan)

https://www.disway.id/r/458/long-h-march

Telekomunikasi: Lain Padang, Lain Belalang

Untuk negeri China ini penulis juga mengutip “Let the Chinese people share the benefit of technology progress and dividend of telecom reform”.

Disinilah pokok permasalahan bangsa kita saat ini, termasuk untuk urusan telekomunikasi. Apapun yang dibuat – maaf terasa a priori – , maksud saya, berbagai program restrukturisasi sektor yang telah dan sedang dibuat, nyaris tidak berlandaskan kata-kata “demi rakyat Indonesia”. Meskipun teoritisnya demikian, namun prakteknya masih belum. :”Jauh Panggang daripada Api”, demikian sindiran pepatah lama.

Pls clik hereĀ untuk lengkapnya