Tuntutan Korupsi BTS 4G

Setelah melalui serangkaian sidang yg juga mendengarkan saksi serta saksi ahli, tuntutan jaksa dibacakan.

part 1
part 2

https://inet.detik.com/law-and-policy/d-7001516/korupsi-proyek-bts-4g-mantan-dirut-bakti-dituntut-18-tahun-penjara

https://news.detik.com/detiktv/d-7001545/johnny-g-plate-dituntut-15-tahun-penjara-terkait-korupsi-tower-bts-4g

Deja Vu: Mari Akhiri Monopoli!

Pagi ini, sebuah WAG yang saya ikuti mendadak paten. Sebelumnya masih eyel-eyelan membahas prescawapres. Biasalah, nyaris semua group, apapun mainstreamnya, pasti ada belok-belok ke topik prescawapres ini. Seorang kawan memforward video tentang mesin scan Magnetic Resonance Imaging (MRI) yang menurut infonya telah berhasil dibuat oleh China.

Posting ini di WAG lulusan ITB tentu saja dilahap dan dikomentari asyik. Intinya, dengan mesin MRI buatan China ini telah berhasil menurunkan harga dari sekitar USD 6 juta menjadi hanya USD 0,6 juta atau menjadi sekitar 10 % harga saat ini. Luar biasa bukan? Dominasi negara Eropa dan brand seperti Phillips dan Siemens diancam oleh produk China. Terlepas benar tidaknya berita capaian mesin MRI ini, substansinya tetap menarik untuk dibahas.

Sumber : WAG 82 Eititu, pelacakan di sosmed blm berhasil karena kendala bahasa

Bagaimana China mengakhiri berbagai dominasi merk asing untuk keperluan dalam negeri dan kemampuan industri lokal tentu tidaklah akan habis dibicarakan. Dari berbagai produk sederhana mulai kebutuhan rumah tangga, apparel, hingga high tech mereka telah mengguncang dunia. Dari sekedar teknologi dan ekonomi, usaha China untuk pengembangan infrastruktur yang awalnya diremehkan Barat seperti pembangkit listrik, kereta api hingga ICT, sekarang terbukti menjadi kekuatan teknologi sekaligus ekonomi yang jika perlu dibatasi secara politik dan intrik. Jangan lupa penahanan seorang petinggi Huawei di Canada yang mempertajam persaingan China-US beberapa tahun silam.

Keruan saja, saya mengomentari bagaimana keberhasilan Indonesia, maaf pada era Soeharto untuk hal yang mirip. Dengan mengirimkan beberapa tenaga muda kita ke Siemens di Jerman dan Argentina untuk menggali pengetahuan di bidang telekomunikasi pada akhir 1980an, telah mendorong dirakitnya Sentral Telepon Digital Indonesia I (ya, pertama atau kesatu) di Bandung. PT. Inti telah menjelma menjadi salah satu BUMN di dunia yang mampu memproduksi STDI, yakni telephone exchange, digital pula dengan berbagai varian khususnya kapasitas kecil.

Melalui serial pinjaman luar negeri, soft loan dari KFW (badan ekonomi internasional Jerman), Indonesia berhasil melaksanakan pembangunan telekomunikasi besar-besaran yang diawali dengan bantuan teknis yang ketika itu di Perumtel digawangi oleh seorang teman senior saya pak Wisnu Marantika. Alhasil sampai akhir Pelita VI, Indonesia telah berhasil menyediakan hingga 10 juta satuan sambungan telepon (sst) digital untuk seluruh negeri, minimal mencapai ibukota kabupaten kota (IKK).

Dalam prosesnya, berbagai hal menarik terjadi. Tarik ulur, negosiasi, intrik dan politik berkecamuk sengit. Ibarat judul sebuah lagu, “Semua menjadi satu”. Tidak mau mengekor kepada KFW dalam hal sentral telepon ini, pemerintah kita dengan cerdik mulai memainkan jurus canggih, yaitu kompetisi. Jika pada serial KFW sampai Exchange V, VA1, VA2 pada tahun 1990 harga ekivalen 1 sst mencapai USD 1,000.0 (seribu dollar), tidak demikian untuk seterusnya. Pinjaman yang terus ditawarkan dengan bunga soft loan monopoli Jerman, mulai diakali pemerintah dengan mentenderkan pembangunan STDI 2 sebanyak 350.000 sst.

Langkah strategis ini tentu saja mengguncang bisnis telekomunikasi dunia. Hasil tender pada tahun 1990 tersebut menyisakan 2 pemenang, yaitu AT&T, dan NEC. Ya, dari dua raksasa telekomunikasi dunia, US, dan Jepang ketika itu. Tentu sudah bisa diperkirakan, setelah proses persaingan teknologi dan ekonomi selesai, maka tahap selanjutnya adalah permainan politik dan intrik. Keuntungan besar tentu saja sudah terbayang di depan mata pemenang tender. Pasar telekomunikasi yang masih jauh dari jenuh/saturated tentu akan sangat menggiurkan. Dengan jumlah penduduk saat itu baru ditahap 200an juta jiwa, penetrasi telepon masih sangat rendah. Kemungkinan locked in bisa berlangsung cukup lama, dan tentu menguntungkan.

Dengan perkiraan harga ekivalen 1 sst masih USD 1.000,0, maka investasi STDI akan memberikan angka cukup besar ketika itu, sekitar 350.000 x 1.000 x 2.000 = 700.000.000.000,0, ya mencapai angka Rp 700 Milyar pada tahun itu dengan kurs 1 USD = Rp 2.000,0.

Tidak kurang dari presiden US dan Perdana Menteri Jepang waktu itu, melayangkan surat kepada pemerintah Indonesia. Saya tidak tahu persis isinya, karena belum dapat akses membaca. Maklum masih Staf Perencana ketika itu. Dari pemberitaan saya pahami intinya adalah meminta semacam previleges atau kattebelletje‎ dari Presiden Indonesia untuk memenangkan masing-masing peserta tender, ya itu tadi, AT&T dan NEC. Apa yang terjadi?

Ternyata, pemerintah kita waktu itu bukanlah kaleng-kaleng. Dengan cerdik pemerintah mengadakan tender ulang yang ujung-ujungnya memberikan proyek besar ini kepada kedua peserta tender dari US dan Jepang ini. Ups…, namun dengan masing-masing peserta mendapatkan porsi yang sama, yaitu membangun STDI 2 sebanyak 350.000 sst. Dengan biaya yang sama, dapat kuantitas 2 kali lipat!

Contoh keberhasilan lain adalah, pelaksanaan aturan local content atau TKDN yang sempat memaksa berbagai merek terkenal di bidang telekomunikasi untuk merelokasi industri mereka atau bergabung dengan industri lokal, jika masih mau berjualan di Indonesia. Kebijakan ini telah mendorong industri lokal untuk mampu membangun sendiri industri handphone 4G pertama kali di Batam sekitar 7 tahun lalu. Juga mendorong merk terkenal seperti Samsung untuk memproduksi handphone mereka di Batam. Sayang merk lokal HP 4G yang juga bekerja sama dengan ITB ini tidak terdengar lagi kelanjutannya.

Kembali ke mesin Scanner MRI dan pengembangan pesat teknologi CHina, maka berbagai pengenalan kompetisi memang menjadi salah satu terobosan untuk memangkas praktek monopoli di berbagai negara. Bidang Infrastruktur menjadi salah satu entry atau titik masuk. Ditambah dengan kesadaran berbagai negara maju dan terlebih lagi negara berkembang untuk mengurangi tingkat korupsi, telah mendorong lahirnya berbagai upaya untuk mengakhiri monopoli. Maka lahirlah berbagai peraturan perundangan-undangan anti monopoli, termasuk Indonesia dengan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Pasca pengenalan kompetisi di Indonesia, pembangunan pesat infrastruktur terus digenjot. Mulai dari jalan tol, bandara, pelabuhan, kereta api, pembangkit listrik, migas, perumahan, penyediaan air bersih (water supply), hingga penyediaan jaringan internet (ICT) terus dilaksanakan dan diperluas ke seluruh negeri. Pada awalnya pengembangan ini berjalan cukup baik dan menekan harga sehingga masyarakat banyak diuntungkan.

Namun, seolah-olah mencari keseimbangan baru, berbagai harga layanan infrastruktur tersebut pelan namun pasti merangkak naik. Relatif hingga saat ini hanya sektor telekomunikasi/ICT dan kereta api yang masih bisa memberikan harga bersaing dengan mutu layanan relatif baik. Sisanya seperti akan kembali ke masa pre-kompetisi.

Untuk jalan tol, terlihat dominasi penyedia jasa. Memberlakukan tarif dengan sepihak dan memaksakan tarif maksimal untuk banyak segmen jalan tol. Pengguna jasa dipaksa membayar jarak terjauh atau jarak rata-rata, meski hanya menggunakan jasa untuk 2 atau 3 pintu tol terdekat. Migas, setali tiga uang. Dominasi monopoli BUMN telah memaksa harga relatif tinggi karena pengurangan atau pengalihan subsidi, juga menurunnya aspek keselamaan dalam bisnis migas ini.

Sektor penerbangan yang dahulu sempat memberikan dan membuat semua orang bisa terbang, saat ini telah kembali menjadi relatif mahal. Termasuk kondisi flag carrier kita yang sempat berdarah-darah karena salah urus dan korupsi di masa lalu, meski nyaris belasan tahun seluruh PNS dan pegawai BUMN diharuskan menggunakan perusahaan BUMN ini.

Sektor perhubungan lainnya masih membutuhkan peningkatan layanan dan management. Relatif tidak ada penambahan kapal besar antar pulau yang sangat dibutuhkan masyarakat, terutama golongan menengah bawah. Program tol laut, masih belum mampu menyediakan kapal dan sekaligus fery berkapasitas besar yang bisa mengangkut pemudik bersama mobil atau motor mereka. Masih tingginya angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas yang mencapai 800 jiwa ketika liburan mudik 2023 menjadi indikator yang tidak terbantahkan.

Diubahnya secara sepihak sistem abonemen air bersih oleh PDAM di beberapa daerah di Jawa Barat, dari abonemen Rp 35 ribu per bulan menjadi penggunaan minimum 10 m3 dengan biaya Rp 85 ribu, jelas-jelas memberi sinyal kembalinya monopoli yang meresahkan. Beruntung untuk jasa layanan Kereta Api, telah berhasil melakukan terobosan besar dalam hal ticketing, sangat memudahkan pengguna dan terjauh dari percaloan. Namun ditengarai, dengan naiknya BBM secara signifikan baru-baru ini, jasa KA pelan-pelan juga diperkirakan mulai memberatkan pengguna jasa. Kenaikan harga KA Parahyangan dalam kurun waktu yang sangat singkat sekitar 40%, ditengarai sebagai cara untuk mengantisipasi harga KA Cepat Jakarta-Bandung yang akan segera beroperasi. Saya juga belum terinfo, bagaimana akhirnya masalah penyediaan kanal telepon mobile untuk KA Cepat ini, apakah menggunakan frekuensi eksisting operator GSM sekarang atau band frekuensi lain.

Berlarut-larutnya penyediaan LPG 3 kg yang harusnya sementara belum diimbangi dengan percepatan pembangunan gas bumi Rumah Tangga di perkotaan yang sangat ditunggu rakyat dan UMKM. Peran koperasi pemulung dan UMKM yang lebih besar juga belum tergarap untuk mengurus dan mengolah sampah, terutama di kota besar. Padahal sampah di Indonesia itu adalah Rupiah.

Dalam rangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2025-45 ke depan, tentu saja berbagai kondisi eksisting di atas perlu diantisipasi dengan cermat. Sudah waktunya mendesign ulang beberapa hal. Pertama, perlu direncanakan penghentian monopoli oleh beberapa BUMN besar sesuai bidang masing-masing, seperti Pertamina untuk migas dan PT. PLN untuk ketenagalistrikan. Seyogyanya KemenBUMN menyiapkan road map penghentian monopoli oleh beberapa BUMN. Evaluasi menyeluruh penyediaan air bersih oleh PDAM dan memulai kompetisi juga harus menjadi perhatian. Air bersih adalah kebutuhan mutlak buat masyarakat maju. Perlu diingat, di beberapa negara maju air bersih mereka sudah drinkable dan juga gratis, sudah termasuk utilitas untuk perumahan atau apartemen. Juga jangan lupa era, sebelum interkoneksi PAM di Pejompongan, pada 1970an air PAM kita juga sudah bisa diminum. Yes, it used to be drinkable tap water!

Kedua, merevisi ulang berbagai peraturan perundang-undangan sektor-sektor di bawah infrastruktur dasar. Beberapa Undang-Undang sektor ini relatif sudah cukup lama seperti UU Telekomunikasi No 36 tahun 1999 tentu sudah harus diperbaharui dengan kondisi ICT atau TIK yang semakin maju dan berubah sangat cepat dengan kecepatan disrupsi yang luar biasa. Juga banyak sekali Undang-Undang lain yang masih dirasa perlu diperbaharui, termasuk untuk menghidupkan kembali Badan Pengatur Independen untuk masing-masing sektor. Saat ini, untuk sektor telekomunikasi dengan persaingan sangat ketat, malah dibubarkan BRTI nya. Untuk ketenagalistrikan, dahulu sudah sempat dibentuk Bapeptal nya, namun karena UU Ketenagalistrikan dibatalkan MK, penyediaan jasa ketenagalistrikan kembali ke era monopoli. Ringkasnya, pembaharuan Kebijakan dan Kerangka Regulasi harus menjadi prioritas kebijakan infastruktur ke depan.

Selanjutnya, perkuatan peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mutlak diperlukan guna melindungi industri, baik dari persaingan usaha tidak sehat domestik, juga mencegah infiltrasi dari barang impor yang sudah tidak diperlukan.

Keempat, pembinaan ekosistem industri dan Sumber Daya Manusia untuk sektor-sektor infrastruktur juga harus menjadi perhatian. Sangat banyak industri dalam negeri yang awalnya sudah cukup baik kinerja dan pemanfaatan SDM lokalnya, menjadi berantakan kembali karena ketidaksinambungan kebijakan yang ada. KOndisi ini berkaitan dengan tingkat kompetisi, semakin baik kompetisi akan mendorong percepatan ekosistem yang diharapkan, termasuk R/D seperti capaian China dengan mesin MRI di awal cerita.

Terakhir, penyediaan infrastruktur harus tetap memperhatikan ketersediaan jasa atau pembangunan di wilayah 3T, terdepan, terpencil, dan tertinggal. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti melalui skema PSO, atau subsidi untuk Public Service Obligation juga dengan membentuk Badan Layanan Umum sektor masing-masing. Namun demikian pelajaran mahal dari dugaan kasus penyimpangan BTS 4G oleh BAKTI Kemenkominfo yang melayani penyediaan jasa dan akses telekomunikasi serta informatika di daerah unserved tentu harus diambil hikmahnya dan diperbaiki secara sistemik ke depan. Sungguh, memberikan layanan seperti PELNI, penerbangan perintis, Pos, jaringan radio/TV dan Internet ke pelosok negeri, sangatlah dibutuhkan masyarakat untuk peningkatan pengetahuan dan pengembangan ekonomi lokal.

Semoga berbagai penemuan atau invention peralatan, sistem dan barang-barang baik domestik maupun internasional, bisa disikapi oleh pemerintah dan pelaku usaha swasta secara baik sehingga mampu menurunkan harga layanan jasa dan meningkatkan pemanfaatannya untuk masyarakat kita tanpa kecuali. Jika dulu kita sudah memulai dengan cukup baik, melanjutkan rasanya bukanlah hal yang sangat berat untuk dilaksanakan.

Semoga!

Eddy Satriya, Perencana Ahli Utama (PAU) Bappenas.

23.05.23 Komentar dan koreksi dapat dikirimkan ke uddaeddy@gmail.com atau langsung di blog ini. Terima kasih banyak. Wassalammualaikum wrwb, selamat malam Rabu.

Cost of Monopoly…!!

Oleh Eddy Satriya

#monopoli #infrastruktur #kualitas #bumn

Tidak pernah terbersit dalam pikiran saya pergi tugas kali ini akan menjadi sedikit repot. Mengapa? Karena ternyata tidak ada penerbangan malam, baik ke Yogya ataupun Solo. Sedangkan acara Selasa pagi. Alhasil, bijimanapun saya mengakalinya tidak ada alternatif paling praktis menuju Pacitan selain menggunakan jasa KAI, ya Kereta Apinya Indonesia.

Tiket Garuda yg cuma sekali penerbangsn ke YIA, Yogyakarta International Airport harus saya open lagi, karena berubahnya jadwal rapat di kantor siang tadi. Entah kapan bisa digunakan. Dalam hati saya berdoa tidak hangus. Masih ada satu lagi opened ticket saya yg hampir expired, ke Banjarmasin kalau tidak salah.

Jika ke YIA jadwal terakhir 1605, ke Oslo eh Solo lebih awal lagi jam 1520.  Celaka dua belas bah..!! Kata generasi kolonial seperti saya.

Betapa tidak? Di era penerbangan modern dg landasan yg sudah siap didarati pesawat kapan saja karena penerangan tersedia, ternyata oh ternyata.. Itu semua hampa, menjadi seperti pepesan kosong. Ketersediaan infrastruktur yg sdh dibiayai mahal-mahal, mahal banget malah, tidak bisa dimaksimalkan.

Sebelum pantat saya istirahat di gerbong Executive 6 Gajayana sore ini, sekitar jam 17an saya dapat kiriman video sangat mengerikan di ponsel saya. Video yg dikirim via aplikasi WA itu benar2 horror, horror tenan. Sumpeh!

Betapa tidak, sekitar 10 ya sepuluh nyawa melayang bebas.. Sementara puluhan kendaraan hancur tergilas truk BBM besar milik BUMN besar kita pula. Darah berceceran dimana 2. Sebelum melihat video tersebut, saya bayangkan ke 15 orang korban tadi terpanggang oleh api. Ternyata mereka jadi bantalan truk yg tidak bisa dikendalikan sang supir.

Video itu mengingatkan saya akan cerita serupa, tapi tak sama dg yang saya lihat di daerah perkebunan di sekitar Perbaungan, Sumut akhir tahun 1970an. Tapi ini kejadiannya adalah kecelakaan 2 bus besar antar kota yg, sama juga, tidak bisa dikendalikan pengemudi di tikungan yg sepi, sehingga masing-masing bus terkelupas separohnya di bagian yg bersenggolan. Menyisakan potongan tangan, kaki, dan bahkan maaf😭.. kepala manusia yg jadi korban. Sayang kisah ini hanya melekat dan tinggal di kepala saya, tidak bisa saya video kan seperti zaman sekarang. Mengambil gambar saja meski sudah ada tustelpun tidak sempat, karena shock dan ngeri.

Truk BBM yg menggilas habis belasan pemotor di Cibubur ini dan meringsekkan bbrp mobil, pasti viral dan masih beredar saat ini. Dan sudah pasti menjadi santapan eunak banget bagi media massa kita di era pers bebas merdeka ini. Seperti biasa, video sejenis ini bagi saya akan berhenti di ponsel saya saja, tidak layak utk di share ke orang lain. Meski saya haqqul yaqqin, sebelum fajar sudah akan menghiasi ruangan tengah anda via berita pagi, breaking news. Entah kok indak. Kata orang awak.

Berita sejenis naiknya BBM, LPG dan tarif listrik ketika harga internasional membubung (tapi tidak turun ketika harga diluar juga turun) atau masih jeleknya kualitas layanan infrastruktur lainnya, nampak nya masih akan menghantui untuk bbrp masa mendatang.

Begitulah…costs of monopoly memang sering harus dibayar sangat2 mahal. Karena itu di negara maju monopoly utk infrastruktur sdh jauh2 hari diharamkan. Kitapun di akhir tahun 90an sdh menerapkannya. Berbagai sektor di bawah infrastruktir sebut saja ketenagalistrikan, telekomunikasi, migas, jalan tol, perhubungan laut, darat, udara dan penyeberangan, water supply, perumahan dll sudah diliberalisasi. Siap dengan Undang Undang baru dan lembaga atau badan regulasi masing-masing.

Sayang dari sekian UU sektor yg mengarah kepada kompetisi tersebut, hanya tersisa utuh satu atau dua saja. Salah satunya yg bertahan adalah UU Telekomunikasi No 36 tahun 1999. Sisanya diberangus, direvisi, atau court rulling bahasa salah satu koran English merevisi judul artikel saya ttg Energy masa itu.

UU Telekomunikasi yg mampu bertahan telah memberikan kemudahan dan mutu layanan yg lumayan bagi konsumen, hingga kini. Yang lain? Ya.. itu tadi, membuat hidup dan tugas kita jadi lebih sulit.

Ceceran darah, tulang patah dan kepala rengkah para korban dilindas truk BBM puluhan ton itu memang sebuah kecelakaan.

However, revisi / pembatalan UU atau court ruling is not by accident, though🙏

Di atasnya Gajayana Kutoarjo-Yogya, dini hari 19 Juli 2022.

ProKon BRIsat

Alhamdulillah. Apapun kondisinya, pro atau kontra, peluncuran BRIsat harus disyukuri sbg prestasi bangsa Indonesia setelah sekian lama vakum. Ia sekaligus menjadi “tamparan” bagi operator telcos Indonesia yg tdk memprioritaskan satelit di era mobile Internet sekarang. Juga jeweran kepada pemerintah yg termasuk abai dalam mengarahkan pemegang saham operator nasional termasuk yg pelat merah utk tetap memperhatikan peran archipelago dalam berkomunikasi dan mem fasilitas infrastruktur nasional.

Di sisi lain peluncuran BRIsat ini juga berpotensi pemborosan secara aggregate nasional karena Main Control System baik di Cibinong atau di Daan Mogot mestinya bisa digunakan, tidak mesti membangun baru. Untuk pengembangan SDM, sy kira sangat menantang buat puluhan ahli satelit kita yg kemaren relatif “nganggur” utk siap2 dibajak oleh BRI.

Tentu saja kalau BRI bisa mengerti dan menahan diri dari gempuran dan tipuan tenaga asing yg sering hanya English nya better off, sementara skill untuk komunikasi satelit dan pengendalian satelit tenaga lokal kita tidak kalah bersaing.

So…just a zero sum game…no thing is really special except banking sector is now on the satellite business. Pengambilan slot satelit oleh perbankan ini mudah 2 an tidak ada cacat hukum sehingga KPK tidak perlu turun tangan suatu saat nanti.

Semoga operator telcos sadar akan pentingnya secara kontinu mengembangkan SKSD yg hampir 40 tahun lalu persis mengukir sejarah penting Indonesia dalam persatelitan dunia. Memang tidak mudah menuju atau naik tingkat ke developed country.

The WSIS 2015 is officially now opened.

Sepuluh tahun setelah dibuka di Tunisia, yang saya tidak ikuti, World Summit on Information Society kembali dibuka hari ini di gedung WIPO (World Intelectual Properti Organization) oleh sederetan pejabat terkait di organisasi internasional seperti ITU, Unesco, dan UN relevant organization juga berbagai CEO perusahaan ICT terkait dari berbagai penjuru dunia. SIngkat kata, WSIS 2015 kembali menjadi ajang internasional terbesar untuk membahas berbagai dampak dari ICT.

Setelah beberapa sambutan optimis dan ucapan terima kasih dari berbagai pihak, tampil Menteri ICT dan Digital Economy TUnisia H.E. Mr. Noaman Fehri. Dimulai ucapan terima kasih ia menyampaikan sambutan dan mengingatkan akan 17 goals dan 169 targets yang pernah dicanangkan di TUnis 10 tahun yang lalu. Tetapi dia juga mengingatkan digital gap yang mungkin saja menjadi semakin besar. Ia mengundang juga untuk datang ke Tunisia November 2015 yang akan datang. Pada bagian penutup juga ia mengingatkan hadirin akan anak2 kita yang sekarang bersekolah dan 10 tahun yang akan datang akan bekerja di lapangan kerja that is not exist yet, ya di lapangan kerja yang sekarang mungkin dalam proses penciptaan nya karena kemajuan ICT.

Juga hadir DR. John E. Davies, Vice PResiden World Ahead Program. John menyampaikan tentang programmnya yang mendorong partisipasi masyarakat, terutama di daerah rural, untuk memanfaatkan ICT untuk ekonomi dan lingkungan mereka seperti yang ada di Korala, India, juga di daerah2 terpencil di Mongolia dan Bangladesh. John juga mengingatkan kita semua yang hadir dalam ruangan untuk men”share” program apapun yang sedang kita kerjakan karena itu akan sangat berguna bagi masayarakat luas.

Dari civil society mendapat kehormatan Cyril Ritchie, President of Conference of Non-Governmental Organization (coNGO). Cyril mengingatkan peran dari NGO untuk terus secara berkesinambungan hand in hand dengan pemerintah maupun masyarakat dalam memajukan kesejahteraan manusia untuk masa depan. “I recall and echoe the public declaration…” dia menggaris bawahi.

Last but not least, dari pihak swasta, hadir Joseph Alhadeff dari Internationa Chamber of COmmerce Commisssion on the Digital Economy (ICC). Ia menekankan kepada peran ICC dalam merealisasikan  people-centered economy. Ia  menekanan juga akan peran IGF dimasa datang. Ia menekankan juga akan iklim investasi yang baik utk investasi dan juga regional development.

Acara pembukaan kemudian diserahkan  oleh Houlin Zhao, Secretary General ITU. Ia lalu mempersilakan si wanita molek dari Poland, Ms Magdalena Gaj, Presiden Office for Electronic Communication yang mengatakan technology tidaklah berarti jika tidak diarahkan untuk memberikan solusi dari berbagai masalah komplek dalam dunia kita sekarang ini. Sepuluh tahun terakhir, jumlah pengguna internet telah menjadi 3 kali lipat. Ia menegaskan, pelayanan telekomunikasi adalah pelayanan dasar, bukan lah barang mewah!! (jadi ingat teman Kemkeu yang masih ngotot mau memberikan PPNBM..). Magdalena mempertanyakan bagaimanakah bentuk masyarakat masa depan? “MobileSociety!”, karena itu kita harus mengantisipasinya dari sekarang. Ia menegaskan pula perlunya kolaborasi antara Unesco, Untad dan UNDP untuk memperhatikan kurikulum dan berbagai variabel yang harus diantisipasi proses pengembangannya. Karena semua itu sangat vital that WSIS target and objectives bisa dicapai.

Dalam beberapa pembicara kunci (key note) juga tampil berbagai pemibcara dari berbagai organisasi.  UPU menekankan financial inclusion and unbanked. Ia memberikan strategi bagaimana pos dapat memberikan akses kepada lapisan masyarakat tsb yang dikombinasikan dengan solusi ICT. Semoga postal services di Indonesia juga semakin maju.

Juga hadir Ms Elia Amstrong dari Department of Economics and Social Affairs (UNDESA). Elia mengignatkan resolusi ttg kemungkinan akan tantangan yang tidak mudah yang dapat ditimbulkan oleh kemajuan ICT, termasuk digital gap, masih.

Tidak ketinggalan dari UN Office on Drugs and Crime (UNODC). Ms Loide Lungameni, she underlined taht ICT progress cannot be understated juga ia menegaskan bahwa 80% cybercrime are linked to ordinary crime. Scarry huuhhh.

To be continued…

_________

Inilah Manfaat Internet bagi Ekonomi Indonesia

Tulisan di Kompas.com ini semoga bisa membuka mata elite bangsa ini untuk lebih commit dalam membangun ICT di Indonesia dan tidak terus dinomorduakan setelah infrastruktur fisik lainnya. Juga leadership dan keseriusan pemimpin tertinggi juga mampu memanfaatkan kemajuan ICT, salah satunya Internet untuk mempercepat pengembangan ekonomi dan pengetahuan masyarakat luas di seluruh pelosok nusantara.
Semoga.
======
Didik Purwanto | Wicaksono Surya Hidayat | Selasa, 13 Desember 2011 | 16:15 WIB

SHUTTERSTOCK
Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com — Internet dinilai mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Caranya, dengan menggunakan internet untuk membantu peningkatan bisnisnya masing-masing.

Dalam laporan “Peran Internet terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” yang dirilis oleh Deloitte Access Economics mewakili Google Asia Pasifik, menjelaskan, kontribusi internet terhadap ekonomi Indonesia mencapai 1,6 persen atau sekitar Rp 116 triliun atau setara 13 miliar dollar AS dari total pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia di tahun 2011.

Dalam lima tahun ke depan, kontribusi internet akan meningkat tiga kali lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi Indonesia dan diharapkan mencapai 2,5 persen dari total  (PDB hingga 2016 atau mencapai Rp 324 triliun.

Direktur Deloitte Access Economics Ric Simes menyatakan, pertumbuhan internet tersebut justru mengalahkan pertumbuhan industri lainnya, seperti tekstil dan produk kulit olahan.

Dengan menggunakan internet, para pelaku bisnis atau individu yang melakukan usaha di internet dapat meningkatkan pendapatan bisnisnya. Manfaat internet yang dirasakan langsung oleh para pelaku bisnis di Indonesia adalah sebagai berikut.

  • Mampu menggarap peluang pasar lokal (dirasakan oleh 78 persen responden)
  • Biaya promosi yang murah (70 persen)
  • Sistem distribusi yang murah (65 persen)
  • Memperoleh pasar baru di Indonesia (60 persen)
  • Dapat mengakses pasar yang lebih luas (15 persen)

“Kontribusi internet terhadap ekonomi Indonesia itu angka yang positif. Nilai tersebut akan berdampak ke sektor ekonomi lainnya sehingga juga akan meningkatkan PDB Indonesia,” kata Ric di Jakarta, Selasa (13/12/2011).

Dengan kekuatan internet, pembelanjaan di dunia maya (e-commerce) diperkirakan akan mencapai Rp 2 triliun atau setara 230 juta dollar AS selama 2010 atau kurang dari 0,1 persen dari PDB.

Survei ini dilakukan Deloitte Access Economics terhadap 200 pengusaha usaha kecil dan menengah (UKM) di beberapa kota di Indonesia.

Referensi: http://tekno.kompas.com/read/2011/12/13/16152949/Inilah.Manfaat.Internet.bagi.Ekonomi.Indonesia

eBook Menara Telekomunikasi: Antara Regulasi, PAD, dan Ekonomi Nasional

THis is an ebook -fact book- about the dispute of the management on telecommunication tower in Indonesia. PLEASE CLICK HERE TO READ.

TELEKOMUNIKASI, INDUSTRI KREATIF, DAN TANTANGANNYA

….Liberalisasi perdagangan jasa turut pula mewarnai perkembangan telekomunikasi di Indonesia. Pasar telekomunikasi yang sebelumnya monopolistik mengalami transformasi menuju pasar bebas berbasis kompetisi. Saat ini terdapat sebelas operator layanan telekomunikasi, sepuluh di antaranya bergerak dalam pasar layanan telekomunikasi nirkabel. Sejak besaran tarif interkoneksi diturunkan oleh pemerintah pada tahun 2007, tiga operator seluler terbesar telah menurunkan tarifnya sebesar 44%-70% yang memberikan kenaikan volume percakapan rata-rata pelanggan sebanyak 35%-280%. Namun demikian, tingginya okupasi jaringan yang didorong oleh perang tarif telekomunikasi telah berpengaruh terhadap turunnya mutu layanan (service level) karena keterbatasan kapasitas jaringan. Bentuk penurunan mutu layanan yang banyak dialami adalah tingkat successful call ratio (SCR) yang rendah, tingginya delay untuk melakukan panggilan, dropped call di tengah pembicaraan, sinyal yang tiba-tiba melemah, hingga kualitas sambungan yang kurang bagus. …….

Selengkapnya…

for i-paper is here

Telekomunikasi: Lain Padang, Lain Belalang

Untuk negeri China ini penulis juga mengutip “Let the Chinese people share the benefit of technology progress and dividend of telecom reform”.

Disinilah pokok permasalahan bangsa kita saat ini, termasuk untuk urusan telekomunikasi. Apapun yang dibuat – maaf terasa a priori – , maksud saya, berbagai program restrukturisasi sektor yang telah dan sedang dibuat, nyaris tidak berlandaskan kata-kata “demi rakyat Indonesia”. Meskipun teoritisnya demikian, namun prakteknya masih belum. :”Jauh Panggang daripada Api”, demikian sindiran pepatah lama.

Pls clik here untuk lengkapnya