BALADA PRIA 70 TAHUN


oleh A. Slamet Raharjo

Rasanya belum lama, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Anak-anak yang dulu kecil, tak terasa besar dengan sendirinya, mereka sudah jadi sarjana dan kerja, sudah punya anak yg lucu lucu. Kita kita sudah punya cucu, kita sudah tidur dengan nenekĀ², tapi ada teman2 kita yg anaknya belum kawin karena telat kawinnya.

Bahagianya dekat cucu, karena dulu dengan anak tak dekat, tak banyak waktu, saat itu sedang berat-beratnya bekerja, kurang waktu untuk mereka.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Burung yg dulu perkasa, sekarang sudah kurang berdaya, kalaupun bisa: may be yes, may be no, malah ada yang sudah disfungsi.

Semakin tua, istri juga mulai malas melayani, kalau melayani setengah terpaksa, menopause bikin susah menikmatinya. Akibatnya kena prostat. Tapi kalau lihat barang bening, mata masih nakal, pikiran masih binal, tapi hanya sampai disitu. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Sudah mengalami pahit manis getirnya dunia, asin hambar kecut gurihnya bumi. Dulu banyak yg orang tuanya melarat, moto orang tua dulu: banyak anak banyak rejeki. Ternyata tidak begitu, hidupnya jadi berat dan melarat. Bisa kuliah di Universitas, itu sebuah keberuntungan. Kebanyakan kuliah dengan biaya sendiri, sambil kuliah ngajar/ngasih les, sambil kuliah nyopir taksi, sambil kuliah bikin skripsi, sambil kuliah jual beli: jual celana beli nasi.

Bekerja keras, bertahan hidup, alhamdulilah lulus, lalu merangkak dari bawah, berjuang menjadi kepala kereta api, menggeret gerbong keluarga, membiayai saudara agar lulus sarjana, membiayai orang tua yg kehabisan dana. Tak mengeluh dan mengaduh, menjalaninya dengan ikhlas dan gembira.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Momen paling bahagia adalah ketika diterima di Universitas, ketika lulus jadi sarjana: yang pinter jadi peneliti atau dosen, yang malas dan nyontekan malah jadi bos. Yg jadi wiraswasta, mentalnya harus jadi orang kaya, modalnya nyali dan doa, harus berani ngomong besar, harus kerja keras, tidak siang tidak malam, kerja, jatuh, bangun lagi, jatuh, bangkit lagi, hingga kurang waktu untuk anak2, kurang waktu untuk isteri.

Ada yg beruntung sukses, ada yg tidak beruntung nyungsep, rejeki tak bisa dikejar, kalau waktunya tiba, rejeki datang sendiri, tapi kalau tanpa usaha, mana mungkin rejeki menghampiri. Alhasil sejak umur empat puluhan, banyak yg sudah mulai terjaga: rumah mobil tanah sudah ada, piknik keluar negeri, makan mahal dan nginap di hotel berbintang, nonton musik dan nyawer.

Rasanya belum lama, ternjata sudah 70 tahun umurnya.

Waktu kerja dulu adalah waktunya mencari dan menyimpan, waktu sudah tua, waktunya pensiun berhenti kerja, waktunya menjaga harta dan melepas perlahan sesuai kebutuhan agar di masa tua aman, bisa mencukupi semua kebutuhan, syukur bisa memberi warisan, bisa mengurus kebutuhan sendiri tanpa mengganggu anak, karena anak kita punya kebutuhan sendiri.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Sudah saatnya pikirkan masa depan bila diberi hidup 10 tahun lagi, berapa kebutuhan 10 tahun ke depan, berapa dana yang harus disimpan, taruh dana di deposito, pilih bank meyakinkan, walau kecil bunganya tapi aman. Dana cadangan tunai harus cukup, apalagi kalau tak ada asuransi, bila ada yang sakit dibutuhkan, bila ada kebutuhan mendadak, diperlukan.

Investasi di masa tua dihindari, salah salah habis merugi, salah salah mewariskan hutang. Siapkan dana tunai yang cukup, aset yg ada dijual, berlian, emas kalau perlu dijual, rumah yg besar dan luas, kalau terpaksa dijual juga lalu beli rumah yang dibutuhkan, bukan yang diimpikan, atau tinggal di apartemen, bahkan tinggal di panti jompo, toh kembali pokok, tinggal berdua, anak anak sudah meninggalkan rumah, sudah 4 L: lu lagi, lu lagi.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Harus bersiap tinggal di panti jompo, tidak perlu gengsi, tidak perlu malu, jaman sudah berubah, tak perlu dengar gunjingan orang karena akan banyak panti jompo bagus, di situ ada banyak fasilitas lengkap: ada suster, dokter yg setiap saat bertugas, ada menu makanan sehat berkualitas, karena anak anak belum tentu punya waktu mengurus, seperti saat mengurus mereka.

Bukankah sekarang terasa rumah membebani, biaya listrik, air dan iuran sarana, besar. Ketika pembantu tak ada, sopir tak ada, baru terasa beratnya urusan rumah. Padahal capai sedikit badan sudah menjerit, malah malah bisa jatuh sakit. Biaya kesehatan makin besar, seperti memelihara mobil tua. Ternyata makin tua, makin kaya, makin kaya penyakit.

Kesehatan jadi urutan pertama, sehat ukurannya gampang, tidur nyenyak, makan enak, dan lancar berak.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Saatnya jangan terlalu pelit untuk diri sendiri, sudah cukup cinta dan materi, kepada anak, isteri, orang tua dan saudara, kita beri. Saatnya memperhatikan diri. Siapkan duit untuk kebutuhan ini. Celakanya, saat muda mau makan enak duit tak ada, saat tua, duit ada, makan enak tak bisa. Itu namanya apes. Polisinya istri dan anak, mereka galak semua. Ini dilarang, itu dilarang, ketika lemes, pusing dan sakit2an, dibilang dokter kurang gizi. Alamak!

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Celaka, kita masih memikirkan masa depan anak kita, bahkan cucu kita. Ingin membantu keuangan mereka, merasa itu tanggung jawab kita. Kita jadi stres sendiri, kita bisa stroke malah bisa out. Bukankah anak anak punya rejeki masing masing? Kita tidak boleh terlalu protektif, bisa bisa mereka tidak mandiri. Tugas kita sebagai orang tua adalah mengenalkan anak ke Sang Pencipta, memberi panutan dan tuntunan, mengajarkan moral dan budi pekerti, membiayai anak jadi sarjana, bisa membiayai perkawinan mereka, bisa kasih uang muka rumah sederhana, yang terpenting memberi waktu, perhatian dan cinta.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Anak anak keluar rumah, mereka sudah berkeluarga, di rumah tinggal berdua, rumah besar yg dimimpi, sudah ada dan nyata, tapi sunyi.

Di rumah ada isteri, teman bercanda, berbagi rasa, teman dalam untung dan malang, partner berbincang juga partner perang, bisa perang mulut atau perang bisu, kata orang, itu buahnya pernikahan. Semua itu tidak mengapa, itu biasa, selama menyempurnakan rumah tangga, asal menambah kemesraan dan cinta.

Isteri tambah tua, tambah pula bawelnya, tambah pula bobotnya, tambah banyak cemburunya. Itu dari sononya, terima saja. Kita juga begitu, gampang tersinggung, gampang marah, merasa mau menang, padahal kurang memberi uang, malah kadang ngutang.

Kita sekamar tapi nonton TV nya beda. Kita suka film action, dia suka drama Korea, manusia diciptakan berbeda, justru itulah keindahannya, seperti pelangi di cakrawala, indah karena kombinasi berbagai warna.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Dulu waktu muda, semua sibuk, di luar sibuk kerja, ada isteri kerja, ada isteri jadi ibu rumah tangga, waktu berdua terbatas karenanya.

Saat tua ada baiknya, banyak waktu bersama, berjalan, bergandengan tangan, beribadah, ziarah dan piknik bersama, saling memberi saling melayani, saatnya menambal luka.

Saatnya mesra, saatnya berbagi suka, karena sejatinya, istri adalah garwo, sigaraning nyowo. Istri adalah pembawa rejeki kita.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Ketika berhenti kerja, saatnya bisa mengisi hari hari, mencari passion kita.

Yg hobi menulis, menulislah, yg hobi melukis, melukislah, yg hobi membaca, membacalah, yg hobi tanaman, bertanamlah, yg hobi menyanyi, menyanyilah, yg hobi kerja, bekerjalah, boleh kerja tapi yang ringan saja. Raga harus aktif, pikiran harus dilatih stay happy,. Otak harus on, seperti naik sepeda, kalau berhenti, jatuh bangun lagi.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Teman teman berguguran, kita antri menunggu panggilan, yang alim, dermawan dan baik, biasanya duluan.

Waktunya bertobat, belum terlambat, waktunya dengan Allah, kita dekat. Waktunya taat beribadah, waktunya banyak amal kita buat, waktunya kita membuat wasiat, membagi warisan untuk anak kita, supaya tidak menjadi bencana, bila terjadi sesuatu pada kita. Semua tahu semua terencana, karena warisan itu bermata dua: bisa jadi hadiah, bisa jadi musibah, setidaknya kita bisa mengantisipasi.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Anak-anak sekarang bukan seperti kita dulu, nurut sama orang tua. Mereka kini punya pendapat sendiri, kadang kita tidak mengerti. Kita tidak bisa memaksa, hanya bisa mengarahkan dan memberikan nasehat bila didengar. Belum tentu anak kita mau melanjutkan usaha kita, yang nyata sudah terbukti hasilnya. Bila anak lelaki kita kawin, kita harus siap kehilangan, bila anak perempuan kita kawin, mudah mudahan ia masih kita miliki, harta berharga kita hanyalah melihat anak.

Mereka bahagia, kita ikut bahagia, semua pencapaian kita, akan tidak berarti ketika anak kita gagal.

Bandung 18 September 2022.

From McKinsey: What is the metaverse?

From McKinsey Insights: What is the metaverse? https://www.mckinsey.com/featured-insights/mckinsey-explainers/what-is-the-metaverse?cid=soc-app

The metaverse is the emerging 3-D-enabled digital space that uses virtual reality, augmented reality, and other advanced internet and semiconductor technology to allow people to have lifelike personal and business experiences online.

3D layered shape cyborg head on neon colored background

We strive to provide individuals with disabilities equal access to our website. If you would like information about this content we will be happy to work with you. Please email us at: McKinsey_Website_Accessibility@mckinsey.com

The metaverse is having a moment: if youā€™ve ever done a Google search for the term ā€œmetaverse,ā€ youā€™re not alone. In 2021, internet searches for the term increased by 7,200 percent. And once people get the gist, most of them are all in: recent McKinsey research shows that approximately 60 percent of consumers are excited about the transition of everyday activities like shopping, dating, and working out to the metaverse.

But itā€™s not just individuals who are meta-curious: private capital is betting big money on the metaverse. In 2021, metaverse-related companies reportedly raised more than $10 billion, more than twice what they did in 2020. And so far in 2022, more than $120 billion has flowed into the metaverse. The latest McKinsey research shows that the metaverse has the potential to generate up to $5 trillion in value by 2030. Itā€™s an opportunity that is too big to ignore.

The metaverse means different things to different people. Some believe itā€™s a digital playground for friends. Others think it has the potential to be a commercial space for companies and customers.

We believe both interpretations are correct. In June 2022, McKinsey released Value creation in the metaverse, a new report based on surveys of more than 3,400 consumers and executives, as well as interviews with 13 senior leaders and metaverse experts. Based on this analysis, we believe the metaverse is best characterized as an evolution of todayā€™s internetā€”something we are deeply immersed in, rather than something we primarily look at. It represents a convergence of digital technology to combine and extend the reach and use of cryptocurrency, artificial intelligence (AI), augmented reality (AR) and virtual reality (VR), spatial computing, and more. And the ā€œenterprise metaverseā€ may coalesce in a way that unlocks even more opportunity, beyond simply serving as a virtual place where people interact.

At its most basic, the metaverse will have three features:

  • a sense of immersion
  • real-time interactivity
  • user agency

And ultimately, the full vision of the metaverse will include the following:

  • platforms and devices that work seamlessly with each other
  • the possibility for thousands of people to interact simultaneously
  • use cases well beyond gaming

The metaverse isnā€™t about escaping reality, says futurist Cathy Hackl. Instead, itā€™s about ā€œembracing and augmenting it with virtual content and experiences that can make things more fulfilling and make us feel more connected to our loved ones, more productive at work, and happier.ā€ For Brian Solis, Salesforceā€™s global innovation evangelist, ā€œwhat the metaverse is really all about is community. The value of belonging to this community. The role you can play as a user in this community so that you feel like a stakeholder and not a ā€˜user.ā€™ā€

HIDUP TAK PERLU PENSIUN

oleh : Prof. Dr. Shigeaki Hinohara (106 tahun)

https://en.m.wikipedia.org/wiki/Shigeaki_Hinohara

Dokter HINOHARA, adalah Professor Medicine, pendiri paliatif pertama di Asia

Dr. Shigeaki Hinohara bukan dokter biasa. Beliau adalah aset nasional Jepang! Lahir tahun 1911, dan wafat 2017.
Beliau mungkin Dokter dan Pendidik tertua dan terlama di Dunia.

Dr. Hinohara telah menerbitkan lebih dari 150 Buku, salah satunya adalah Best Seller “LIVING LONG, Living GOOD” yang terjual lebih dari 1,2 juta Copy.

Ini adalah Protokol menyegarkan dari Dr. Hinohara mengenai hidup umur panjang dan bahagia, yang berbeda dari panduan gaya hidup sehat pd umumnya.

  1. ā€œEnergi Berasal Terutama dari Perasaan yang Baik”.
    Anak2 sering ber-senang2 sampai lupa makan atau tidur. Kita harus meniru anak2, mengurangi aturan seperti waktu makan dan waktu tidur. Have more fun..!
  2. ā€œJangan Kelebihan Berat Badanā€
    Orang2 yang berumur panjang tidak Overweight. Dr. Hinohara ber-hati2 dengan makanannya. Untuk sarapan, dia minum kopi dan susu, jus jeruk + 1 sendok makan minyak zaitun.
    Ia percaya zaitun sangat bagus utk arteri & kesehatan kulit.
    Untuk makan siang ia minum susu dgn bbrp kue atau tidak sama sekali kalau sangat sibuk.
    Untuk makan malam, ia memilih *sayuran, ikan & nasi.
    Dan 2x seminggu, *dia menghadiahkanā€™ dirinya dengan 100g daging.*
  3. ā€œSelalu Membuat Rencana Kedepanā€
    Dr. Hinohara selalu membuat jadwal setahun, dengan Ceramah, kerja di Rumah Sakit dan Pertemuan2.
    Ia suka menghibur dirinya dan merencanakan menghadiri Olimpiade Tokyo thn 2020..!
  4. ā€œAnda Tidak Harus Pensiunā€
    Jika anda ingin pensiun, lakukanlah pada usia yang lebih tua, bukan di umur 65.
  5. ā€œBerbagilah Apa yang Anda Ketahuiā€
    Dr. Hinohara memberikan 150 kuliah setahun, bbrp bahkan utk anak2 SD dan komunitas bisnis. Ia memberikan kuliah sambil berdiri sampai 90 menit.
    Dia percaya berdiri membuatnya kuat.
  6. ā€œJangan Percaya Semua yg Dikatakan/Dianjurkan Dokter Andaā€
    Dokter tdk dpt menyembuhkan semua org.
    Coba tanyakan apakah dokter anda akan menyarankan orang yang dicintainya melalui prosedur yang disarankannya kepada anda.
    Mengapa hrs menyebabkan rasa sakit dan penderitaan yang tdk perlu bagi pasien..?
  7. ā€œAgar Tetap Sehat, Pilihlah Tangga dari pada Lift dan Bawa Sendiri Barang2 Andaā€
    Ini adalah bentuk latihan kaki dan otot2 paha.
  8. ā€œCarilah Inspirasiā€
    Dr. Hinohara terinspirasi oleh puisi Robert Browning “Abt Vogler” yang menyarankan utk merencanakan sesuatu yang besar bahkan yang anda tak bisa menyelesaikannya saat masih hidup.
  9. ā€œRasa Sakit itu Misteriusā€
    Cobalah mengatasi rasa sakit dengan melupakannya. Jika seorg anak kecil sakit gigi, dan anda mengajak dia bermain, ia akan segera melupakan sakitnya.
    Di rumah sakit Dr. Hinohara, ada terapi musik dan kelas seni.
  10. ā€œJangan Mabuk dengan Materiā€
    Tidak ada yang tahu sampai kapan anda hidup, dan anda tidak dapat membawa apa2 ketika meninggal.
  11. ā€œIlmu Saja Tidak Dapat Menyembuhkan Orangā€
    Ilmu memperlakukan sama semua org, padahal penyakit bersifat individual. Untuk dapat menyembuhkan seseorg, dokter perlu lebih liberal dan visual.
  12. ā€œHidup Sukar Diduga dan Penuh dengan Insidenā€
    Ketika berusia 59 thn, Dr. Hinohara berada di pesawat yang dibajak.
    Ia diborgol 4 hari di tempat duduknya di bawah panas 40 derajat.
    Ia menganggap itu sebagai eksperimen dan kagum bagaimana tubuhnya beradaptasi dgn situasi krisis.
  13. ā€œCarilah Model Peranā€
    Salah satu model peran Dr. Hinohara adalah ayahnya yang pergi ke Amerika thn 1900 untuk belajar di Duke University. Kita hrs punya tujuan untuk mencapai lebih dari yang ā€˜bisaā€™ dicapai.
  14. ā€œHidup Lama Itu Sangat Menyenangkanā€
    Dalam usia lanjut, kita harus berusaha melayani masyarakat.
    Sejak usia 65 thn, Dr. Hinohara telah bekerja sebagai sukarelawan.
    Dia msh aktif 18 jam sehari, 7 hari seminggu, dan ia menikmati setiap menit dari hidupnya.

“Hidup adalah Anugerah.
Mari jalani dgn Niat Baik dan Semangat Berkarya”.

Bagus sekali untuk jadi renungan ā€¦šŸ˜‡šŸ˜‡

THE NEED FOR BRETTON WOODS III World Affairs – Non-Partisan and Objective

No info about the source, yet.

ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦.
Sep 16

Are we on the verge of Bretton Woods III when a new financial system will be born in which the US$ will be replaced by a multipolar currency?

THE NEED FOR BRETTON WOODS III World Affairs – Non-Partisan and Objective

The United States of America is in big trouble, short term and long term. In 2022, the stock market is crashing, bond market is down the most in 40 years, housing bubble is bursting, inflation is skyrocketing, debt is exploding, and GDP is shrinking. These are not temporary crises. Instead, they reveal systemic flaws in the American economy that is propped up by a rigged global financial system. However, that system is starting to crumble and the primacy of US dollar is in serious trouble, thanks to an emerging multipolar world. (Don’t believe the nonsense that the US can keep printing infinite amount of dollars).

The US needs to default on its debt and start new. Declare bankruptcy and yet remain the #1 country. This will be the “Bretton Woods III” agreement.

Sounds ridiculous? Well, it’s possible only if all the other countries are weak and nobody is strong enough to challenge the US.

This is why the US must not only crush Russia and China — the two biggest geopolitical rivals — but also weaken Europe, and establish the new global order to prolong the American Century.

Dollar Hegemony

America’s extraordinary power comes from the power of US dollar, which is the preferred global currency for trade. This also means that countries around the world have to accumulate US dollars in their foreign exchange reserves. But the US has been abusing its power by weaponizing the dollar through sanctions and confiscations of hard-earned reserves.

No wonder that China, Russia and others are finding ways to circumvent the dollar in trade. The share of US dollar in global reserves is only 59% now. When that number falls below 50%, the tectonic shifts in global finance will become more apparent to Americans.

To fully grasp the nature of the current world order, let’s see how the US established the dollar as the world currency, carried about the biggest gold heist in human history, then defaulted on its obligations, but revived the moribund dollar with a clever deal. That’s the story of Bretton Woods I and II.

Bretton Woods I — Gold-backed Dollar

WW2 was a wonderful thing for the US. First, it took the US economy out of the Great Depression. The US played the role of arms supplier and gladly watched European empires destroy themselves. Even before the war was over, the US brought in all the allies to Bretton Woods, New Hampshire, and said, “When the war is over, you will all be weak and broke. I will be the new empire and my dollar will be the global currency. And it will be as good as gold — a guaranteed rate of $35 per ounce of gold.”

This meant that if you have $35, you can go to a bank and get an ounce of gold!

The world agreed. When the war was over, everyone bought US dollar with gold and used it for trade. Huge amounts of gold were also physically transferred from Japan, Germany and other parts of the world into the vaults of the Federal Reserve Bank in New York.

This system worked until 1971 when the US suddenly declared that, “Oops, the dollar is not backed by gold anymore. If you have US dollars, they are just pieces of paper now. You cannot get your gold back!” People called it the “Nixon Shock.”

1970s – When Fiat Dollar almost died

This was also the biggest gold theft in human history. But what could the world do? America had nuclear weapons and the mightiest military.

Of course, the switch to a fiat currency caused havoc. The value of US dollar fell precipitously and inflation skyrocketed. The US economy was in deep trouble. That’s when the US elites came up with a clever idea to rescue the dollar and restore its primacy.

Bretton Woods II — The Birth of Petrodollar

How to make the dollar relevant? Hmm ā€¦ What if everyone needed US dollar to buy something essential?

Like ā€¦ OIL. Brilliant!

This was the birth of Petrodollar.

Basically, the U.S. used Saudi Arabiaā€™s oil to save the dollar. That is, Saudi Arabia (and other smaller producers) would sell oil only for US dollars. And to make sure that the Saudis don’t get too powerful, they will be forced to recycle most of their profits back into the US economy. It was also a protection racket, which meant the US military would occupy Saudi Arabia and protect it from enemies.

Saudi King Faisal with Kissinger. Birth of Petrodollar
But why would the Saudis agree to this? Because the U.S. make Saudi Arabia the new king of oil and the most influential Middle East power ā€¦ after crippling Iran.

Win-Win.

Thus, the U.S. armed and funded Saddam Hussein of Iraq to wage a decade-long war on Iran. US provided arms/intelligence. Germany and France provided deadly chemical/biological weapons to Iraq. Hereā€™s Donald Rumsfeld with Saddam in 1983.

Of course, the same Rumsfeld would bomb Iraq and kill Saddam twenty years later.

Thus, the Petrodollar deal with Saudi Arabia could be called as Bretton Woods II. It extended the life of the American Empire by a few more decades.

Bretton Woods III

For the last four decades, countries around the world have been foolishly working hard for US dollars, buying US treasuries, and funding the American Empire. But within the next decade, those U.S. treasury bills and bonds might be worthless. Deja vu all over again.

The U.S. needs Bretton Woods, Version 3. Somehow, the world needs to write off all American debt and start new. But ā€¦ with America still as #1 How the hell could this happen?? This is how:

If the world is full of weak countries, they will accept the new rules — just like they did in 1944 and 1974. Imagine a world where Russia and Europe destroy one another. Imagine a world where Japan and India attack China ā€¦ and they all get destroyed. A world on fire, destroyed by passion and bombs.

In that world, America will come in as the savior at the last moment, stop the war, and make everyone a happy vassal.

Great Reset. Bretton Woods III. New World Order. Call it what you will.

Conclusion

The wheels are in motion. After eight years of provocation, the US successfully forced Russia to invade Ukraine. And the US also brilliantly pulled Europe into the mess. Europe’s economy is being crushed and de-industrialized.

As for China, the U.S. is trying its best to start a war using Taiwan as the pawn. Japan is being asked to re-militarize and procure 1000 long-range missiles. The US needs a few more years to manufacture this mother of all wars. A lot depends on India, since Japan wouldn’t want to be the only Asian country to attack China.

Four years ago, I predicted all this in the article “The Most Dangerous Decade.” However, much of the world is still happy to be mesmerized and led into the slaughterhouse.

Only Russia and China can change how this story evolves. If Putin can quickly and decisively win the Ukraine war, he can force a peace settlement with Europe.

And China needs to accelerate the internationalization of Yuan. There is no de-dollarization without a robust alternative financial system. China also needs to muster the greatest diplomatic efforts to make peace with Japan and India, the two most potent adversaries and puppets of the US.

In the most optimistic scenario, the Global South or the people of the developing nations can bring into fruition a new fair world without catastrophic wars or financial devastation. As Sun Tzu said, “The supreme art of war is to subdue the enemy without fighting.”

Mancari Pitih

“Apo namonyo kalau di Padang mak?”

“Langkitang”, dijawab si Amak penjual.

Begitu wawancara saya Minggu pagi di pantai Padang yang ramai, meriah dan cukup heboh.

Sebelum pulang siang ini ke Jakarta saya menyempatkan jalan pagi di pantai. Pengganti beberapa hari ini tidak keluar karena hujan, sekaligus bentuk komitmen untuk berolahraga karena selama tugas di Padang dan Bukittinggi 26 sd 28 Agustus ini, jumlah masukan makanan so pasti melebihi kebutuhan.

Hampir semua titik kuliner di check list oleh staf saya yg ikut dalam tugas saya kali ini. Mendarat jumat pagi, kami langsung ke venue acara di Hotel Mercure. Namun dampingan saya seorang anggota dewan Yth ketika saya telpon memberi isyarat bahwa dia akan telat, maka buru-buru saya putuskan juga utk mencari sarapan. “Ajo Ponggo” menjadi sasaran kami utk bersantap sarapan, terdekat dari hotel.

Kembali ke “laptop”, saya ikut arus orang yg jalan pagi bersantai dan Olga pagi.

Langkitang yang saya tanyakan tadi sangat mirip dengan Tutut sejenis siput Sawah yang sering digulai dan dijual di perempatan jalan di Pondok Cabe dan beberapa lokasi lain di Jakarta. Binatang ini adalah sejenis keong kecil di Sawah. Banyak varian nya, tergantung daerah. Di samping tabung plastik atau ember itu, juga ada ember berisi jenis siput lain, yaitu pensi nama lokal nya di Minang. Biasanya kalau hitam itu dan kecil ukuran nya berasal dari danau Maninjau. Ada jenis pensi lain yg saya beserta adik2, tentu saja alm/h Papa Mama, selalu kami “sanduak” atau ciduk alias kami serok atau gali dan panen di danau Singkarak.

Begitulah usaha dan jualan di banyak lapak pagi ini saya amati. Tentu bukan itu saja, makanan dan kuliner lokal, tadi saya lihat juga ada Sala lauak plus sate udang goreng yg crunchy dan enak banget. Sala lauak adalah sejenis baso ikan yg di goreng, dominan tepungnya namun ikan laut nya sangat terasa. Sate tusuknya juga di goreng.

Terus menyusuri trotoar ke arah Utara, saya menemukan banyak sekali pelaku usaha mikro, begitu pemerintah menyebutnya, menyewakan mainan anak2. Mulai dari mobil dan sepeda an yg kecil, hingga mobil2an dg ukuran cukup besar untuk dua anak.

Kreativitas urang awak dalam berjualan atau Mancari Makan alias Mancari Pitih memang sdh tidak perlu diragukan lagi. Ketika orang tua perlu hiburan dan Olga ke pantai, tentu saja anak2 juga hrs dipuaskan hasrat bermain nya.

Banyak sekali jenis jualan di pantai Padang ini, di muaro. Jika dulu terkenal dengan rujak muaro, hari ini segala rupa usaha dipagi weekend ini sungguh tidak terbilang.

Begitulah orang Minang Mancari Pitih alias mencari uang untuk penghidupan keluarga nya, earning a life for the rest of family.

Finishing di Nusa Dua, 8 Sept 2022

Jgn lupa, berdoa.