BALADA PRIA 75 TAHUN

BALADA PRIA 75 TAHUN

oleh A. Slamet Raharjo

Rasanya belum lama, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Anak-anak yang dulu kecil, tak terasa besar dengan sendirinya, mereka sudah jadi sarjana dan kerja, sudah punya anak yg lucu lucu. Kita kita sudah punya cucu, kita sudah tidur dengan nenek², tapi ada teman2 kita yg anaknya belum kawin karena telat kawinnya.

Bahagianya dekat cucu, karena dulu dengan anak tak dekat, tak banyak waktu, saat itu sedang berat-beratnya bekerja, kurang waktu untuk mereka.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Burung yg dulu perkasa, sekarang sudah kurang berdaya, kalaupun bisa: may be yes, may be no, malah ada yang sudah disfungsi.

Semakin tua, istri juga mulai malas melayani, kalau melayani setengah terpaksa, menopause bikin susah menikmatinya. Akibatnya kena prostat. Tapi kalau lihat barang bening, mata masih nakal, pikiran masih binal, tapi hanya sampai disitu. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Sudah mengalami pahit manis getirnya dunia, asin hambar kecut gurihnya bumi. Dulu banyak yg orang tuanya melarat, moto orang tua dulu: banyak anak banyak rejeki. Ternyata tidak begitu, hidupnya jadi berat dan melarat. Bisa kuliah di Universitas, itu sebuah keberuntungan. Kebanyakan kuliah dengan biaya sendiri, sambil kuliah ngajar/ngasih les, sambil kuliah nyopir taksi, sambil kuliah bikin skripsi, sambil kuliah jual beli: jual celana beli nasi.

Bekerja keras, bertahan hidup, alhamdulilah lulus, lalu merangkak dari bawah, berjuang menjadi kepala kereta api, menggeret gerbong keluarga, membiayai saudara agar lulus sarjana, membiayai orang tua yg kehabisan dana. Tak mengeluh dan mengaduh, menjalaninya dengan ikhlas dan gembira.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Momen paling bahagia adalah ketika diterima di Universitas, ketika lulus jadi sarjana: yang pinter jadi peneliti atau dosen, yang malas dan nyontekan malah jadi bos. Yg jadi wiraswasta, mentalnya harus jadi orang kaya, modalnya nyali dan doa, harus berani ngomong besar, harus kerja keras, tidak siang tidak malam, kerja, jatuh, bangun lagi, jatuh, bangkit lagi, hingga kurang waktu untuk anak2, kurang waktu untuk isteri.

Ada yg beruntung sukses, ada yg tidak beruntung nyungsep, rejeki tak bisa dikejar, kalau waktunya tiba, rejeki datang sendiri, tapi kalau tanpa usaha, mana mungkin rejeki menghampiri. Alhasil sejak umur empat puluhan, banyak yg sudah mulai terjaga: rumah mobil tanah sudah ada, piknik keluar negeri, makan mahal dan nginap di hotel berbintang, nonton musik dan nyawer.

Rasanya belum lama, ternjata sudah 75 tahun umurnya.

Waktu kerja dulu adalah waktunya mencari dan menyimpan, waktu sudah tua, waktunya pensiun berhenti kerja, waktunya menjaga harta dan melepas perlahan sesuai kebutuhan agar di masa tua aman, bisa mencukupi semua kebutuhan, syukur bisa memberi warisan, bisa mengurus kebutuhan sendiri tanpa mengganggu anak, karena anak kita punya kebutuhan sendiri.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Sudah saatnya pikirkan masa depan bila diberi hidup 10 tahun lagi, berapa kebutuhan 10 tahun ke depan, berapa dana yang harus disimpan, taruh dana di deposito, pilih bank meyakinkan, walau kecil bunganya tapi aman. Dana cadangan tunai harus cukup, apalagi kalau tak ada asuransi, bila ada yang sakit dibutuhkan, bila ada kebutuhan mendadak, diperlukan.

Investasi di masa tua dihindari, salah salah habis merugi, salah salah mewariskan hutang. Siapkan dana tunai yang cukup, aset yg ada dijual, berlian, emas kalau perlu dijual, rumah yg besar dan luas, kalau terpaksa dijual juga lalu beli rumah yang dibutuhkan, bukan yang diimpikan, atau tinggal di apartemen, bahkan tinggal di panti jompo, toh kembali pokok, tinggal berdua, anak anak sudah meninggalkan rumah, sudah 4 L: lu lagi, lu lagi.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Harus bersiap tinggal di panti jompo, tidak perlu gengsi, tidak perlu malu, jaman sudah berubah, tak perlu dengar gunjingan orang karena akan banyak panti jompo bagus, di situ ada banyak fasilitas lengkap: ada suster, dokter yg setiap saat bertugas, ada menu makanan sehat berkualitas, karena anak anak belum tentu punya waktu mengurus, seperti saat mengurus mereka.

Bukankah sekarang terasa rumah membebani, biaya listrik, air dan iuran sarana, besar. Ketika pembantu tak ada, sopir tak ada, baru terasa beratnya urusan rumah. Padahal capai sedikit badan sudah menjerit, malah malah bisa jatuh sakit. Biaya kesehatan makin besar, seperti memelihara mobil tua. Ternyata makin tua, makin kaya, makin kaya penyakit.

Kesehatan jadi urutan pertama, sehat ukurannya gampang, tidur nyenyak, makan enak, dan lancar berak.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Saatnya jangan terlalu pelit untuk diri sendiri, sudah cukup cinta dan materi, kepada anak, isteri, orang tua dan saudara, kita beri. Saatnya memperhatikan diri. Siapkan duit untuk kebutuhan ini. Celakanya, saat muda mau makan enak duit tak ada, saat tua, duit ada, makan enak tak bisa. Itu namanya apes. Polisinya istri dan anak, mereka galak semua. Ini dilarang, itu dilarang, ketika lemes, pusing dan sakit2an, dibilang dokter kurang gizi. Alamak!

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Celaka, kita masih memikirkan masa depan anak kita, bahkan cucu kita. Ingin membantu keuangan mereka, merasa itu tanggung jawab kita. Kita jadi stres sendiri, kita bisa stroke malah bisa out. Bukankah anak anak punya rejeki masing masing? Kita tidak boleh terlalu protektif, bisa bisa mereka tidak mandiri. Tugas kita sebagai orang tua adalah mengenalkan anak ke Sang Pencipta, memberi panutan dan tuntunan, mengajarkan moral dan budi pekerti, membiayai anak jadi sarjana, bisa membiayai perkawinan mereka, bisa kasih uang muka rumah sederhana, yang terpenting memberi waktu, perhatian dan cinta.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Anak anak keluar rumah, mereka sudah berkeluarga, di rumah tinggal berdua, rumah besar yg dimimpi, sudah ada dan nyata, tapi sunyi.

Di rumah ada isteri, teman bercanda, berbagi rasa, teman dalam untung dan malang, partner berbincang juga partner perang, bisa perang mulut atau perang bisu, kata orang, itu buahnya pernikahan. Semua itu tidak mengapa, itu biasa, selama menyempurnakan rumah tangga, asal menambah kemesraan dan cinta.

Isteri tambah tua, tambah pula bawelnya, tambah pula bobotnya, tambah banyak cemburunya. Itu dari sononya, terima saja. Kita juga begitu, gampang tersinggung, gampang marah, merasa mau menang, padahal kurang memberi uang, malah kadang ngutang.

Kita sekamar tapi nonton TV nya beda. Kita suka film action, dia suka drama Korea, manusia diciptakan berbeda, justru itulah keindahannya, seperti pelangi di cakrawala, indah karena kombinasi berbagai warna.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Dulu waktu muda, semua sibuk, di luar sibuk kerja, ada isteri kerja, ada isteri jadi ibu rumah tangga, waktu berdua terbatas karenanya.

Saat tua ada baiknya, banyak waktu bersama, berjalan, bergandengan tangan, beribadah, ziarah dan piknik bersama, saling memberi saling melayani, saatnya menambal luka.

Saatnya mesra, saatnya berbagi suka, karena sejatinya, istri adalah garwo, sigaraning nyowo. Istri adalah pembawa rejeki kita.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Ketika berhenti kerja, saatnya bisa mengisi hari hari, mencari passion kita.

Yg hobi menulis, menulislah, yg hobi melukis, melukislah, yg hobi membaca, membacalah, yg hobi tanaman, bertanamlah, yg hobi menyanyi, menyanyilah, yg hobi kerja, bekerjalah, boleh kerja tapi yang ringan saja. Raga harus aktif, pikiran harus dilatih stay happy,. Otak harus on, seperti naik sepeda, kalau berhenti, jatuh bangun lagi.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Teman teman berguguran, kita antri menunggu panggilan, yang alim, dermawan dan baik, biasanya duluan.

Waktunya bertobat, belum terlambat, waktunya dengan Allah, kita dekat. Waktunya taat beribadah, waktunya banyak amal kita buat, waktunya kita membuat wasiat, membagi warisan untuk anak kita, supaya tidak menjadi bencana, bila terjadi sesuatu pada kita. Semua tahu semua terencana, karena warisan itu bermata dua: bisa jadi hadiah, bisa jadi musibah, setidaknya kita bisa mengantisipasi.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 75 tahun umurnya.

Anak-anak sekarang bukan seperti kita dulu, nurut sama orang tua. Mereka kini punya pendapat sendiri, kadang kita tidak mengerti. Kita tidak bisa memaksa, hanya bisa mengarahkan dan memberikan nasehat bila didengar. Belum tentu anak kita mau melanjutkan usaha kita, yang nyata sudah terbukti hasilnya. Bila anak lelaki kita kawin, kita harus siap kehilangan, bila anak perempuan kita kawin, mudah mudahan ia masih kita miliki, harta berharga kita hanyalah melihat anak.

Mereka bahagia, kita ikut bahagia, semua pencapaian kita, akan tidak berarti ketika anak kita gagal.

BALADA PRIA 70 TAHUN


oleh A. Slamet Raharjo

Rasanya belum lama, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Anak-anak yang dulu kecil, tak terasa besar dengan sendirinya, mereka sudah jadi sarjana dan kerja, sudah punya anak yg lucu lucu. Kita kita sudah punya cucu, kita sudah tidur dengan nenek², tapi ada teman2 kita yg anaknya belum kawin karena telat kawinnya.

Bahagianya dekat cucu, karena dulu dengan anak tak dekat, tak banyak waktu, saat itu sedang berat-beratnya bekerja, kurang waktu untuk mereka.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Burung yg dulu perkasa, sekarang sudah kurang berdaya, kalaupun bisa: may be yes, may be no, malah ada yang sudah disfungsi.

Semakin tua, istri juga mulai malas melayani, kalau melayani setengah terpaksa, menopause bikin susah menikmatinya. Akibatnya kena prostat. Tapi kalau lihat barang bening, mata masih nakal, pikiran masih binal, tapi hanya sampai disitu. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Sudah mengalami pahit manis getirnya dunia, asin hambar kecut gurihnya bumi. Dulu banyak yg orang tuanya melarat, moto orang tua dulu: banyak anak banyak rejeki. Ternyata tidak begitu, hidupnya jadi berat dan melarat. Bisa kuliah di Universitas, itu sebuah keberuntungan. Kebanyakan kuliah dengan biaya sendiri, sambil kuliah ngajar/ngasih les, sambil kuliah nyopir taksi, sambil kuliah bikin skripsi, sambil kuliah jual beli: jual celana beli nasi.

Bekerja keras, bertahan hidup, alhamdulilah lulus, lalu merangkak dari bawah, berjuang menjadi kepala kereta api, menggeret gerbong keluarga, membiayai saudara agar lulus sarjana, membiayai orang tua yg kehabisan dana. Tak mengeluh dan mengaduh, menjalaninya dengan ikhlas dan gembira.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Momen paling bahagia adalah ketika diterima di Universitas, ketika lulus jadi sarjana: yang pinter jadi peneliti atau dosen, yang malas dan nyontekan malah jadi bos. Yg jadi wiraswasta, mentalnya harus jadi orang kaya, modalnya nyali dan doa, harus berani ngomong besar, harus kerja keras, tidak siang tidak malam, kerja, jatuh, bangun lagi, jatuh, bangkit lagi, hingga kurang waktu untuk anak2, kurang waktu untuk isteri.

Ada yg beruntung sukses, ada yg tidak beruntung nyungsep, rejeki tak bisa dikejar, kalau waktunya tiba, rejeki datang sendiri, tapi kalau tanpa usaha, mana mungkin rejeki menghampiri. Alhasil sejak umur empat puluhan, banyak yg sudah mulai terjaga: rumah mobil tanah sudah ada, piknik keluar negeri, makan mahal dan nginap di hotel berbintang, nonton musik dan nyawer.

Rasanya belum lama, ternjata sudah 70 tahun umurnya.

Waktu kerja dulu adalah waktunya mencari dan menyimpan, waktu sudah tua, waktunya pensiun berhenti kerja, waktunya menjaga harta dan melepas perlahan sesuai kebutuhan agar di masa tua aman, bisa mencukupi semua kebutuhan, syukur bisa memberi warisan, bisa mengurus kebutuhan sendiri tanpa mengganggu anak, karena anak kita punya kebutuhan sendiri.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Sudah saatnya pikirkan masa depan bila diberi hidup 10 tahun lagi, berapa kebutuhan 10 tahun ke depan, berapa dana yang harus disimpan, taruh dana di deposito, pilih bank meyakinkan, walau kecil bunganya tapi aman. Dana cadangan tunai harus cukup, apalagi kalau tak ada asuransi, bila ada yang sakit dibutuhkan, bila ada kebutuhan mendadak, diperlukan.

Investasi di masa tua dihindari, salah salah habis merugi, salah salah mewariskan hutang. Siapkan dana tunai yang cukup, aset yg ada dijual, berlian, emas kalau perlu dijual, rumah yg besar dan luas, kalau terpaksa dijual juga lalu beli rumah yang dibutuhkan, bukan yang diimpikan, atau tinggal di apartemen, bahkan tinggal di panti jompo, toh kembali pokok, tinggal berdua, anak anak sudah meninggalkan rumah, sudah 4 L: lu lagi, lu lagi.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Harus bersiap tinggal di panti jompo, tidak perlu gengsi, tidak perlu malu, jaman sudah berubah, tak perlu dengar gunjingan orang karena akan banyak panti jompo bagus, di situ ada banyak fasilitas lengkap: ada suster, dokter yg setiap saat bertugas, ada menu makanan sehat berkualitas, karena anak anak belum tentu punya waktu mengurus, seperti saat mengurus mereka.

Bukankah sekarang terasa rumah membebani, biaya listrik, air dan iuran sarana, besar. Ketika pembantu tak ada, sopir tak ada, baru terasa beratnya urusan rumah. Padahal capai sedikit badan sudah menjerit, malah malah bisa jatuh sakit. Biaya kesehatan makin besar, seperti memelihara mobil tua. Ternyata makin tua, makin kaya, makin kaya penyakit.

Kesehatan jadi urutan pertama, sehat ukurannya gampang, tidur nyenyak, makan enak, dan lancar berak.

Rasanya belum lama, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Saatnya jangan terlalu pelit untuk diri sendiri, sudah cukup cinta dan materi, kepada anak, isteri, orang tua dan saudara, kita beri. Saatnya memperhatikan diri. Siapkan duit untuk kebutuhan ini. Celakanya, saat muda mau makan enak duit tak ada, saat tua, duit ada, makan enak tak bisa. Itu namanya apes. Polisinya istri dan anak, mereka galak semua. Ini dilarang, itu dilarang, ketika lemes, pusing dan sakit2an, dibilang dokter kurang gizi. Alamak!

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Celaka, kita masih memikirkan masa depan anak kita, bahkan cucu kita. Ingin membantu keuangan mereka, merasa itu tanggung jawab kita. Kita jadi stres sendiri, kita bisa stroke malah bisa out. Bukankah anak anak punya rejeki masing masing? Kita tidak boleh terlalu protektif, bisa bisa mereka tidak mandiri. Tugas kita sebagai orang tua adalah mengenalkan anak ke Sang Pencipta, memberi panutan dan tuntunan, mengajarkan moral dan budi pekerti, membiayai anak jadi sarjana, bisa membiayai perkawinan mereka, bisa kasih uang muka rumah sederhana, yang terpenting memberi waktu, perhatian dan cinta.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Anak anak keluar rumah, mereka sudah berkeluarga, di rumah tinggal berdua, rumah besar yg dimimpi, sudah ada dan nyata, tapi sunyi.

Di rumah ada isteri, teman bercanda, berbagi rasa, teman dalam untung dan malang, partner berbincang juga partner perang, bisa perang mulut atau perang bisu, kata orang, itu buahnya pernikahan. Semua itu tidak mengapa, itu biasa, selama menyempurnakan rumah tangga, asal menambah kemesraan dan cinta.

Isteri tambah tua, tambah pula bawelnya, tambah pula bobotnya, tambah banyak cemburunya. Itu dari sononya, terima saja. Kita juga begitu, gampang tersinggung, gampang marah, merasa mau menang, padahal kurang memberi uang, malah kadang ngutang.

Kita sekamar tapi nonton TV nya beda. Kita suka film action, dia suka drama Korea, manusia diciptakan berbeda, justru itulah keindahannya, seperti pelangi di cakrawala, indah karena kombinasi berbagai warna.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Dulu waktu muda, semua sibuk, di luar sibuk kerja, ada isteri kerja, ada isteri jadi ibu rumah tangga, waktu berdua terbatas karenanya.

Saat tua ada baiknya, banyak waktu bersama, berjalan, bergandengan tangan, beribadah, ziarah dan piknik bersama, saling memberi saling melayani, saatnya menambal luka.

Saatnya mesra, saatnya berbagi suka, karena sejatinya, istri adalah garwo, sigaraning nyowo. Istri adalah pembawa rejeki kita.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Ketika berhenti kerja, saatnya bisa mengisi hari hari, mencari passion kita.

Yg hobi menulis, menulislah, yg hobi melukis, melukislah, yg hobi membaca, membacalah, yg hobi tanaman, bertanamlah, yg hobi menyanyi, menyanyilah, yg hobi kerja, bekerjalah, boleh kerja tapi yang ringan saja. Raga harus aktif, pikiran harus dilatih stay happy,. Otak harus on, seperti naik sepeda, kalau berhenti, jatuh bangun lagi.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Teman teman berguguran, kita antri menunggu panggilan, yang alim, dermawan dan baik, biasanya duluan.

Waktunya bertobat, belum terlambat, waktunya dengan Allah, kita dekat. Waktunya taat beribadah, waktunya banyak amal kita buat, waktunya kita membuat wasiat, membagi warisan untuk anak kita, supaya tidak menjadi bencana, bila terjadi sesuatu pada kita. Semua tahu semua terencana, karena warisan itu bermata dua: bisa jadi hadiah, bisa jadi musibah, setidaknya kita bisa mengantisipasi.

Rasanya baru kemarin, ternyata sudah 70 tahun umurnya.

Anak-anak sekarang bukan seperti kita dulu, nurut sama orang tua. Mereka kini punya pendapat sendiri, kadang kita tidak mengerti. Kita tidak bisa memaksa, hanya bisa mengarahkan dan memberikan nasehat bila didengar. Belum tentu anak kita mau melanjutkan usaha kita, yang nyata sudah terbukti hasilnya. Bila anak lelaki kita kawin, kita harus siap kehilangan, bila anak perempuan kita kawin, mudah mudahan ia masih kita miliki, harta berharga kita hanyalah melihat anak.

Mereka bahagia, kita ikut bahagia, semua pencapaian kita, akan tidak berarti ketika anak kita gagal.

Bandung 18 September 2022.

Nikmatnya dan Nikmatilah Dunia

Ini hadiah untuk. Anda : 40 link, setiap klik pada sebuah link, para fotografer akan membawa Anda ke mata mereka saat yang sangat menakjubkan : dalam cahaya dan warna dunia yang diukir.

Anda akan melihat pemandangan yang indah, membuat Anda merasa nyaman.

Mari bersyukur menikmati indahnya karunia Tuhan utk kita semua…

Es dan perak

https://www.geimian.com/wx/41537.html

Keindahan matahari terbit

https://www.geimian.com/wx/37721.html

Warna bulan cahaya

https://www.geimian.com/wx/82012.html

Pemandangan yang berbahaya

https://www.geimian.com/wx/65439.html

Cahaya bulan

https://www.geimian.com/wx/50220.html

Pemandangan gua

https://www.geimian.com/wx/73168.html

Aurora adegan warna

https://www.geimian.com/wx/63417.html

Salju Lodge

https://www.geimian.com/wx/46898.html

Warna musim gugur

https://www.geimian.com/wx/50047.html

Keindahan gunung

https://www.geimian.com/wx/49716.html

Danau Borga

https://www.geimian.com/wx/90534.html

Burma Po Gan King Choi

https://www.geimian.com/wx/85946.html?from=singlemessage&isappinstalled=0

Pemandangan danau suci di pegunungan Tibet

https://www.geimian.com/wx/46898.html

Awan keindahan

https://www.geimian.com/wx/21343.html

Huangshan

https://www.geimian.com/wx/47661.html

King di kereta

https://www.geimian.com/wx/83931.html

Padang rumput Xilin Gol

https://www.geimian.com/wx/22832.html

Istana kuno Corner House

https://www.geimian.com/wx/49982.html

Perahu nelayan menyanyikan pemandangan malam

https://www.geimian.com/wx/73420.html

Aliran air hujan

https://www.geimian.com/wx/39645.html

Joe di tempat kejadian

https://www.geimian.com/wx/42725.html

Awan Great Wall

https://www.geimian.com/wx/21589.html

Adegan di TKP

https://www.geimian.com/wx/49307.html

Peta sihir Hyun

https://www.geimian.com/wx/10833.html

Tampilan gelombang

https://www.geimian.com/wx/48435.html

Pemandangan bagus

https://www.geimian.com/wx/74448.html

Gaun indah india

https://www.geimian.com/wx/39614.html

Musim gugur

http://me2.do/Giu0HgiU

Krisan

http://me2.do/GdENI49S

Memancing berwarna

http://www.geimian.com/wx/40271.html

Keindahan ubur-ubur

http://www.geimian.com/wx/45414.html

Tanaman pot yang indah

http://www.geimian.com/wx/43419.html

Permata kuning merah dan hijau

http://www.geimian.com/wx/12969.html

Pemandangan berjejer

http://www.geimian.com/wx/17372.html

Jalan pohon bunga

http://www.geimian.com/wx/38149.html

Shell dari Amerika Serikat

http://www.geimian.com/wx/47033.html

Air terjun

http://www.geimian.com/wx/39645.html

Taman kreatif

http://www.geimian.com/wx/41757.html

Interior istana mewah

http://www.geimian.com/wx/41674.html

Jembatan indah

http://www.geimian.com/wx/45315.html

E M O S I

Emosi pria mempengaruhi karirnya.

Emosi wanita mempengaruhi pernikahannya.

Setiap hari bacalah artikel ini sekali.

Perlahan diri anda akan berubah.

Menurut seorang arif : “Asalkan bisa mengatur emosi dengan baik, maka hal-hal duniawi pun akan lancar.”

Banyak orang berkonsultasi tentang kelancaran masa depan bisnisnya, rumah tangganya, anak-anaknya, atau pernikahannya. Saya hanya menjawab dengan satu pertanyaan, “Bagaimana dengan emosi anda, baik atau tidak?”.

Sepanjang hidupnya manusia selalu belajar bagaimana “menjadi orang”. Ini adalah materi pelajaran seumur hidup yang tidak ada istilah kelulusan. Tidak peduli kaum ilmuwan, petani, pekerja, maupun pedagang, semuanya sama. “Asalkan mau belajar, pasti akan maju.”

Beberapa pelajaran dalam hidup:

1. Belajar meminta maaf

Seringkali manusia tidak mau mengakui kesalahannya, menganggap semuanya adalah kesalahan orang lain, dan dirinya sendiri yang benar. Sebenarnya “tidak bisa mengakui kesalahan” merupakan suatu kesalahan. Kita harus bisa meminta maaf kepada orang tua, rekan kerja, masyarakat, bahkan kepada anak-anak dan musuh kita. Meminta maaf tidak akan membuat kita kekurangan apapun, malahan bisa menunjukkan kelapangan hati kita.

“Belajar meminta maaf adalah hal yang baik dan merupakan suatu bentuk pelatihan diri.”

2. Belajar kelembutan hati

Gigi kita keras, namun lidah kita lembut. Saat kita menua, gigi akan tanggal, sedangkan lidah kita tetap ada. Jadi kita harus bisa lembut, barulah bisa panjang umur. Sifat keras hati malah merugikan diri kita. Hati yang lembut merupakan pencapaian besar dalam hidup manusia. Orang yang keras kepala biasanya dijuluki berhati dingin, sifatnya dingin, atau hatinya keras seperti besi.

Jika kita bisa mengatur nafas, mengatur postur tubuh, dan mengatur hati kita, ibarat kita menenangkan kuda liar atau monyet liar supaya jinak, maka hidup kita akan lebih bahagia dan panjang umur.

3. Belajar menahan diri

Dalam hidup ini, jika kita bisa “menahan emosi, badai dan ombak pun akan reda” (tiada masalah). “Mundur selangkah, melihat langit dan laut masih luas” (tiada masalah). Dengan menahan diri, semua masalah bisa dibereskan. Menahan diri berarti bisa memakai kebijaksanaan untuk mengatur dan mengubah masalah besar menjadi masalah kecil, dan masalah kecil menjadi tiada masalah. Jika kita mau hidup dengan damai, kita harus bisa menahan diri terhadap kebaikan dan keburukan dunia dan masyarakat serta gosip-gosip di masyarakat. Bahkan kita bisa menerimanya (memakluminya).

4. Belajar berkomunikasi

Kurangnya komunikasi bisa menimbulkan gosip, perselisihan, dan kesalahpahaman. Hal terpenting dalam hidup bermasyarakat adalah bisa berkomunikasi dengan baik, saling memahami, toleransi, saling membantu. Kita semua adalah saudara, jika selalu bertikai dan miskomunikasi, maka tidak akan bisa hidup berdampingan dengan damai.

5. Belajar melepas (tidak melekat)

Hidup kita ibarat sebuah koper yang diangkat saat perlu dan ditaruh saat tidak perlu. Saat harus melepas, jika kita malah melekatinya, maka seperti mengangkat koper yang berat dan tidak bisa bebas leluasa. Hidup manusia ada batasnya. Belajar mengakui kesalahan, menghargai orang lain, dan memaklumi orang lain, barulah kita bisa diterima oleh orang lain. Belajar melepas barulah kita bisa bebas leluasa.

6. Belajar merasa terharu

Saat melihat kebaikan orang lain, kita merasa senang melihat orang baik dan hal-hal baik, dan kita merasa terharu. Bisa merasa terharu adalah suatu bentuk kasih sayang. Dalam hidup banyak hal dan kata-kata yang bisa membuat kita terharu. Jadi kita pun harus berusaha supaya bisa membuat orang lain terharu (dengan berbuat hal-hal baik dan berkata-kata baik).

7. Belajar bertahan hidup

Untuk bertahan hidup, kita harus menjaga kesehatan. Tubuh sehat tidak hanya menguntungkan diri sendiri, tetapi juga membuat teman dan keluarga kita merasa tenang. Menjaga kesehatan juga merupakan suatu bentuk bakti kepada orang tua.
sumber: unknown

For a better life, some are in Qoran

*Randy Pausch* 47 years old, a computer science lecturer from Mellon University died of pancreatic cancer in 2008, but wrote a book *”The Last Lecture*” before then, one of the bestsellers in 2007. What a legacy to leave behind… 
In a letter to his wife Jai and his children, Dylan, Logan, and Chloe, he wrote this beautiful “guide to a better life” for his wife and children to follow.
May you be blessed by his insight. 

POINTS ON HOW TO IMPROVE YOUR LIFE 

Personality:
1. Don’t compare your life to others’. You have no idea what their journey is all about.
2. Don’t have negative thoughts of things you cannot control. Instead invest your energy in the positive present moment 
3. Don’t over do; keep your limits 
4. Don’t take yourself so seriously; no one else does 
5. Don’t waste your precious energy on gossip 
6. Dream more while you are awake 
7. Envy is a waste of time. You already have all you need..
8. Forget issues of the past. Don’t remind your partner of his/her mistakes of the past. That will ruin your present happiness.
9. Life is too short to waste time hating anyone. Don’t hate others.
10. Make peace with your past so it won’t spoil the present 
11. No one is in charge of your happiness except you 
12. Realize that life is a school and you are here to learn. 
Problems are simply part of the curriculum that appear and fade away like algebra class but the lessons you learn will last a lifetime.
13. Smile and laugh more
14. You don’t have to win every argument. Agree to disagree.

Community:
15. Call your family often
16. Each day give something good to others 
17. Forgive everyone for everything 
18. Spend time with people over the age of 70 & under the age of 6 
19. Try to make at least three people smile each day 
20. What other people think of you is none of your business 
21. Your job will not take care of you when you are sick. Your family and friends will. Stay in touch.

Life:
22. Put GOD first in anything and everything that you think, say and do. 
23. GOD heals everything 
24. Do the right things 
25. However good or bad a situation is, it will change 
26. No matter how you feel, get up, dress up and show up 
27. The best is yet to come 
28. Get rid of anything that isn’t useful, beautiful or joyful 
29. When you awake alive in the morning, thank GOD for it 
30. If you know GOD you will always be happy. So, be happy. 

While you practice all of the above, share this knowledge with the people you love, people you school with, 
people you play with, people you work with and people you live with.
Not only will it enrich YOUR life, but also that of those around you. 

Remember, 
  
GOOD THINGS ARE FOR US TO SHARE…..!!!!!!

That’ life. Let’s live

A Beautiful Message🌿

Arthur Ashe, The Legendary Wimbledon Player was dying of AIDS which he got due to Infected Blood he received during a Heart Surgery in 1983!
He received letters from his fans, one of which conveyed:
“Why did God have to select you for such a bad disease??”
To this Arthur Ashe replied:
50 Million children started playing Tennis,
5 Million learnt to play Tennis,
500 000 learnt Professional Tennis,
50 Thousand came to Circuit,
5 Thousand reached Grandslam,
50 reached Wimbledon, 4 reached the Semifinals, 2 reached the Finals and when I was holding the cup in my hand,
I never asked God “Why Me?”

So now that I’m in  pain how can I ask God “Why Me?”

Happiness keeps you Sweet!!
Trials keeps you Strong!! Sorrows keeps you Human!!
Failure keeps you Humble!!
Success keeps you Glowing!!
But only,
Faith keeps you Going!

Worth a Share :

Sometimes you are
unsatisfied with your life,
while many people in this world are dreaming of living your life..

A child on a farm sees a plane fly overhead & dreams of flying.
But, a pilot on the plane sees
the farmhouse & dreams of returning home.

That’s life!!
Enjoy yours…
If wealth is the secret to happiness,
then the rich should be dancing on the streets.
But only poor kids do that.👍

If power ensures security,
then VIPs should walk unguarded.
But those who live simply, sleep soundly.

If beauty and fame bring ideal relationships,
then celebrities should have the best marriages.

Live Simply.
Walk Humbly.
and Love Genuinely..!

Good morning 🌸 Happy Thursday