BPK Beberkan ‘Salah Urus’ Impor Pangan Era Jokowi

https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20180404160843-92-288238/bpk-beberkan-salah-urus-impor-pangan-era-jokowi

Best Ten.

*Ranking 10 Perusahaan Terbesar dan Terbaik di Indonesia*

Perusahaan mana saja yang layak ditabalkan sebagai yang terbaik dan terbesar (greatest and biggest) di tanah air?

Berikut adalah daftar peringkat 10 besar perusaahaan paling fenomenal kinerjanya di Indonesia.

Daftar peringkat 10 perusahaan terbaik Indonesia ini layak dianggap sebagai potret wajah bisnis di Indonesia. Masa depan mereka adalah masa depan ekonomi bangsa juga.

Daftar peringkat ini disusun berdasar satu kriteria kunci yakni kemampuan mencetak laba bersih. PROFIT adalah ultimate goal yang pada akhirnya nyaris selalu menjadi tujuan utama sebuah perusahaan bisnis.

Profitability power pada sisi lain juga merupakan cermin elegan untuk menunjukkan profesionalisme sebuah bisnis dalam mengelola segenap proses didalamnya, baik yang menyangkut pengelolaan SDM, sumber daya finansial, dan strategi bisnis yang dilakoni.

Kemampuan sebuah bisnis untuk mencetak profit menunjukkan kecakapan mereka dalam merumuskan strategi dan arah bisnis perusahaannya.

Profit yang berkesinambungan (sustainable profit) juga indikator bahwa sebuah bisnis cakap dalam mengeksekusi segenap rencana strategis yang telah mereka rajut.

*Berikut adalah Daftar Ranking Terkini – 10 Perusahaan Terbesar dan Terbaik di Indonesia (berdasar jumlah profit di sepanjang tahun lalu).*

1. Pertamina – Laba bersih Rp 32 Ttriliun
2. Telkomsel/Telkom – Laba Bersih Rp 30 Triliun
3. BRI – Rp 29 triliun
4. BCA – Rp 23 triliun
5. Mandiri – Rp 20 triliun
6. ASTRA – Rp 19 triliun
7. BNI – Rp 13 triliun
8. Sampoerna – Rp 12,6 triliun
9. Gudang Garam – Rp 7,8 triliun
10. Unilever – Rp 7 triliun

Ada 3 catatan krusial yang layak di-dedahkan berdasar peringkat 10 perusahaan terbesar di Indonesia diatas.

*Catatan Bisnis # 1 : Telkomsel is Big Money Machine*

Kemampuan Telkomsel dalam mencetak profit tergolong amat fenomenal (Rp 30 triliun).

Angka ini makin fantastis jika mengingat jumlah karyawan Telkomsel hanya 5 ribu – bandingkan dengan jumlah karyawan Pertamina yang 27.000 (5 kalinya), namun labanya hanya sedikit diatasnya.

Sayang, 30% an saham Telkomsel ini milik Singtel, sehingga laba yang masuk ke induknya, yakni Telkom hanya sekitar Rp 20 triliun.

Laba Telkom total adalah Rp 22 triliun, dimana yang 20 triliun disumbangkan oleh Telkomsel.

Sebuah paradoks amazing terjadi : Telkom sebagai induk hanya generate laba Rp 2 triliun dengan 23 ribu karyawan, sementara sang anak menyusui induknya dengan Rp 20 triliun per tahun, meski hanya punya 5000 karyawan.

Dari data-data diatas, kita bisa melihat produktivitas SDM di Telkomsel jauh lebih tinggi dibanding di Telkom dan juga Pertamina.

Satu hal lagi, profit Telkomsel Rp 30 triliun itu adalah hasil dari total pendapatan sebesar Rp 93 triliun. Dengan demikian, profit margin Telkomsel adalah 32%, sebuah angka tertinggi di dunia untuk ukuran perusahaan sekelasnya.

Profit margin tertinggi di dunia ini mungkin juga cermin *“keserakahan kapitalisme”* seperti yang pernah saya ulas disini.

Apa boleh buat. Anda sebagai pelanggannya, terima saja dengan ikhlas.

*Catatan Bisnis # 2 : Bankers are Awesome Profit Maker*

Dari rangking diatas juga dapat dilihat ada 4 kuartet bank raksasa : BRI, BCA, Bank Mandiri dan BNI.

Total net profit dari 4 dewa perbankan ini adalah Rp 85 triliun per tahun, sebuah angka yang masif.

Industri keuangan perbankan memang salah satu sektor bisnis yang sangat legit di negeri ini.

Ingat, jumlah PDB (atau semacam total omzet bisnis) di tanah air sudah tembus Rp 14 triliun per tahun. Tentu sebagian besar dana ini perlu ditransfer via bank.

Dalam 15 tahun terakhir, industri perbankan juga terus melesat, tiap tahun laba-nya tumbuh 15 – 20%.

Namun hati-hati : ancaman distruptif dari para Fintech seperti Go Pay dan Peer to Peer Lending bisa pelan-pelan mengancam kenikmatan profit perbankan.

Kecakapan perbankan dalam melakukan tranformasi digital akan sangat menentukan masa depan mereka dalam membungkus profit triliunan.

*Catatan Bisnis # 3 : Cigarettes Keep Making Billions*

Dari data diatas juga terlihat adanya dua produsen rokok besar negeri ini, yakni Samporena (dengan profit Rp 12,6 triliun) dan Gudang Garam (7,8 triliun). Djarum yang tidak masuk dalam daftar diperkirakan memiliki net profit sekitar Rp 6 triliun.

Angka diatas memunculkan duka yang rada kelam : industri rokok yang destruktif bagi kesehatan, ternyata masih terus tumbuh di negeri ini. Faktanya, pertumbuhan jumlah penjualan rokok di kalangan remaja Indonesia termasuk paling cepat di dunia, sekitar 19% per tahun.

Jutaan anak remaja dan dewasa Indonesia menikmati kepulan asap semu, sembari memberikan profit puluhan triliun bagi para juragan rokok tanah air. Sedap.

Yang kelam, data dari Balitbang Kemenkes menghitung angka kerugian kesehatan akibat merokok di tanah air mencapai angka yang mind-blowing : Rp 500 triliun.

Angka ini mencakup bukan saja biaya pengobatan sakit akibat rokok (kanker, paru-paru, jantung), namun juga hilangnya produktivitas jutaan orang karena tak lagi bisa kerja gegara sakit, atau keburu meninggal sebelum usia 55 tahun.

(Fyi, tiga saudara saya meninggal akibat kanker paru-paru karena mereka semua perokok berat. Dan semuanya meninggal sebelum usia 50an tahun. Sebuah kisah lost productivity yang sangat muram.).

Jika Telkomsel layak disebut sebaga *Greedy Capitalism,* maka industri rokok di Indonesia mungkin layak disebut sebagai *Killer Capitalism.*

DEMIKIANLAH, tiga catatan bisnis ringkas yang layak dikenang dari data peringkat 10 perusahaan terbesar di Indonesia untuk tahun 2018.

Bagaimanapun harap dicatat juga : 10 perusahaan diatas telah menyumbang penciptaan lapangan kerja yang cukup masif di negeri ini.

Selain itu, pajak yang mereka bayarkan juga cukup epik jumlahnya. Pajak 10 perusahaaan ini telah ikut membiayai sekolah jutaan penduduk negeri ini, termasuk pendidikan Anda yang dulu lulus dari Sekolah Negeri.

*Perjalanan masa depan bisnis 10 perusahaan diatas pasti akan juga memberikan warna bagi lansekap ekonomi negri ini di masa mendatang.* (Yodhia Antariksa)